“Yun, gimana obat
herbalnya? Masih ada?” tanya Rullyta di sela-sela makan siang bersama Yuna dan
Yeriko di Jamoo Restaurant.
“Masih, Ma.”
“Hmm ... semoga
aja, pas udah habis obatnya, kamu bisa langsung hamil,” tutur Rullyta.
“Aamiin. Aku juga
dikasih pil hormon sama dokter, Ma.”
“Bagus, deh. Kamu
minum semua?”
Yuna mengangguk.
“Yer, kamu harus
jaga istri kamu baik-baik ya! Jangan sampai bikin dia stres!” pinta Rullyta
sambil menatap Yeriko.
“He-em,” sahut
Yeriko santai.
“Gimana di kerjaan
kamu? Bellina nggak menindas kamu terus kan?”
“Kadang-kadang?”
Rullyta mengernyitkan dahi menatap Yuna.
“Dia kan
sebenarnya di kantor cabang. Kadang-kadang aja dateng ke kantor buat nemuin
tunangannya itu. Asal nggak ketemu, semua baik-baik aja.”
“Huft, Mama
khawatir kalau kamu kayak gini terus. Pokoknya, kamu jangan pikirin orang-orang
yang selalu cari gara-gara ke keluarga kita!” pinta Rullyta.
Yuna tersenyum
sambil menganggukkan kepala.
“Apa sebaiknya,
kamu berhenti kerja?”
“Eh!?” Yuna
menatap ke arah Yeriko dan Rullyta bergantian. “Kalo aku berhenti kerja, aku
nggak ada kesibukan, Ma. Yang ada akunya malah stres karena nggak ada
kegiatan.”
“Mmh ... iya juga,
sih. Kerja juga bagus, bisa belajar banyak hal baru setiap hari. Suatu saat,
kamu juga bakal bantu Yeri ngurus perusahaan. Oh ya, kalau sudah hamil, Mama
nggak mau kamu pergi kerja. Terlalu riskan. Kamu harus ingat gimana perjuangan
kalian buat bisa punya anak. Mama nggak mau kamu kenapa-kenapa,” cerocos
Rullyta.
“He-em.” Yuna
menganggukkan kepala.
“Permisi, Pak
Bos!” Riyan tiba-tiba sudah berada di samping Yeriko.
“Ya.”
“Proses akuisisi
Duta Group sudah hampir selesai.” Riyan melaporkan perkembangan terbaru
perusahaannya.
“Bagus. Update
terus informasinya setiap dua jam sekali!”
Riyan mengangguk.
Ia bergegas kembali ke meja makannya bersama Angga, supir pribadi Rullyta.
“Kamu beneran mau
ambil alih Duta Group?” tanya Rullyta.
Yeriko mengangguk
sambil mengetuk-ngetuk jarinya ke atas meja.
“Duta Group punya
...?” Yuna menoleh ke arah Yeriko yang duduk di sampingnya.
“Keluarganya
Yulia.”
“Hah!?”
“Kenapa?” Yeriko
menatap wajah Yuna.
“Kamu beneran mau
akuisisi perusahaan dia secepat ini? Bukannya, proses akuisisi nggak bisa
secepat membalikkan telapak tangan? Kamu nggak lagi bercanda kan?”
Yeriko
menggelengkan kepala. “Kapan aku pernah bercanda soal bisnis? Duta Group memang
sudah aku incar sebelumnya. Jauh sebelum acara ulang tahun Bunda Yana, kami
sudah melakukan proses akuisisi Duta Group.”
Yuna memerhatikan
wajah Yeriko sambil tersenyum. Ia tidak menyangka kalau suaminya benar-benar
memiliki kekuatan sebesar ini.
“Yeriko ...!”
Sebuah suara terdengar dari kejauhan. Membuat semua mata terarah ke sumber
suara.
Yuna menatap Yulia
yang melangkah menghampiri meja makan mereka.
“Mau kamu apa,
hah!?” Yulia langsung memukul meja yang ada di hadapan Yeriko.
Yeriko mengangkat
salah satu alis sambil menatap Yulia.
“Kamu beneran mau
akuisisi perusahaan keluarga aku? Kamu cuma bercanda
kan? Mau ngancam aku? Kamu pikir kamu bisa main-main sama aku?”
Yeriko tersenyum
kecil. “Aku nggak pernah main-main soal bisnis.”
“Kamu ...!?” Yulia
menunjuk Yeriko. “Nggak mungkin kamu bisa ambil alih perusahaan hanya dalam
waktu dua hari. Kamu pasti udah ngincar perusahaan kami sebelumnya kan?”
Yeriko tersenyum
kecil. “Aku nggak perlu jelasin lagi.”
“Aku nggak akan
ngebiarin kamu ambil alih Duta Group semudah itu!” tegas Yulia.
Yeriko mengangkat
kedua bahu dan alisnya. “Coba aja! Waktu kamu tinggal satu hari.”
Yulia gelagapan.
Ia sama sekali tidak tahu bagaimana Yeriko bisa dengan mudah menguasai para
pemegang saham di perusahaannya.
“Kamu bener-bener
licik! Masalah pribadi antara aku dan istri kamu, seharusnya nggak kamu bawa
dalam bisnis perusahaan!” sentak Yulia. “Nggak profesional!”
“Heh, kamu ngomong
apa?” Rullyta balik meneriaki Yulia. “Jelas-jelas kamu yang nggak profesional
sedikitpun. Buat apa kamu ke sini datengin kami, hah!? Harusnya, kamu evaluasi
lagi kenapa perusahaan kamu dengan mudah bisa diambil alih?”
Yulia menatap
Rullyta kesal. Otaknya tak bisa berpikir dengan baik dan semua kata yang telah
ia susun, berterbangan entah ke mana. Membuatnya tak bisa berucap. Ia
menghentakkan kaki dan berlalu pergi.
“Itu anak
kerasukan setan?” celetuk Rullyta kesal.
Yuna hanya
memerhatikan tubuh Yulia yang semakin menjauh dan keluar dari restoran. Ia juga
masih tidak mengerti kenapa suaminya bisa mengakuisisi perusahaan Yulia dengan
mudah. Julukan ‘Iblis Berdarah Dingin’ yang ditujukan untuk Yeriko, memang
sangat tepat. Perasaannya mengambang, ia tidak tahu harus bahagia atau sedih.
“Hei, kenapa
ngelamun?” tanya Yeriko sambil menempelkan potongan buah ke mulut Yuna.
“Eh!? Nggak papa.”
Yuna tersenyum sambil mengelus tengkuk.
“Ada sesuatu yang
mengganggu pikiran kamu, Yun?” tanya Rullyta.
Yuna menggelengkan
kepala.
“Lanjutin
makannya!” pinta Rullyta. “Kamu harus makan yang banyak!”
Yuna mengangguk
dan melanjutkan makan siangnya bersama suami dan mama mertuanya.
Di tempat lain,
Yulia langsung menghampiri Andre di tempat kerjanya.
“Ndre, kamu harus
tolongin aku!” Yulia memohon. “Galaxy sudah melakukan proses akuisisi ke Duta.
Besok adalah hari penandatanganan akta peralihan saham. Aku nggak bisa
ngebiarin Galaxy nyaplok Duta gitu aja.”
Andre menarik
napas. Ia tidak mengerti bagaimana harus menyelamatkan perusahaan keluarga
Yulia. “Aku udah peringatkan kamu buat nggak macem-macem!”
“Aku tahu. Tapi
itu semua masalah pribadi. Nggak ada hubungannya sama bisnis. Selama ini, aku
selalu bantu bisnis kamu. Apa kamu nggak bisa bantu aku menyelamatkan
perusahaan papa?”
“Yeriko selalu
menganggap pribadinya adalah bisnis. Kamu sudah mempermalukan dia di depan
banyak orang. Sekarang, kamu tahu siapa dia. Nggak bisa kamu anggap remeh.”
“Ndre, aku tahu
aku salah udah maki keluarga dia. Tapi, itu semua karena Yuna yang selalu
godain kamu. Siapa sih yang nggak marah kalau lihat tunangannya masih aja deket
sama perempuan lain? Apalagi, perempuan itu udah bersuami.”
“Yul, kita nggak
ada hubungan apa-apa!” tegas Andre.
“Tapi keluarga
udah jodohin kita, Ndre.”
“Perjodohan kita
batal!” tegas Andre.
“Kamu nggak bisa
ngebatalin perjodohan ini!” seru Yulia. “Setelah apa yang aku lakuin ke kamu.
Kamu balas aku kayak gini?”
“Aku nggak pernah
minta kamu datang ke sini. Kamu yang datang dengan sendirinya. Masalah
perusahaan kamu. Sama sekali nggak ada hubungannya sama aku.”
“Tapi, Ndre ...
aku butuh bantuan kamu kali ini.”
“Maaf, Yul. Aku
nggak bisa bantu kamu. Yeriko terlalu cepat mengambil alih perusahaan kamu.
Kalau bukan karena kesalahan perusahaan kamu sendiri,dia nggak akan semudah itu
mengambil alih. Aku percaya kamu bukan perempuan bodoh soal bisnis. Tapi,
ketika kamu melakukan kesalahan dan kehilangan kepercayaan. Kerja keras kamu
selama ini nggak ada gunanya.”
“Aku yakin banget
kalo dia udah ngincar Duta dari dulu. Perselisihan antara aku sama Yuna, cuma dijadiin alasan supaya aku berlutut di depan dia yang
angkuh itu!” seru Yulia.
“Sikap kamu yang
keras kepala ini ... bener-bener nggak cocok sama aku!”
“Ndre ...? Kamu
...!?”
“Lebih baik, kamu
introspeksi diri!” pinta Andre. “Sampai kapan pun, aku nggak akan ngebiarin
orang lain nyakitin Yuna!” tegasnya sambil berlalu pergi meninggalkan Yulia
yang menangis histeris di ruang kerjanya.
“Ndre, kamu udah
dibikin buta sama cewek itu? Kenapa? Kenapa sampai sekarang kamu masih nggak
lihat aku?” Yulia merosot ke lantai. Ia menatap lantai yang kosong. Samar
tergambar wajah Yuna yang tersenyum kepadanya. Membuatnya semakin membenci
sikap Yuna dan Yeriko yang keterlaluan terhadap dirinya.
(( Bersambung ... ))
Awal bulan nih, semua balik ke nol lagi. Dukung terus cerita ini dengan
cara kasih Star, hadiah atau review ya. Kasih peluk_kiss juga boleh, biar aku
makin semangat bikin cerita yang lebih seru dan lebih manis lagi. Jiayou!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi

0 komentar:
Post a Comment