“Ada apa ini?”
tanya Lian sambil menghampiri Bellina.
“Bagus kamu
datang. Kasih tahu tunangan kamu ini buat berhenti ganggu istriku!” sahut
Yeriko dingin.
“Ini ada apa?”
tanya Lian bingung.
“Li, Bellina nggak
ada capeknya gangguin Yuna mulu. Aku heran, kenapa sih dia masih aja bikin Yuna
susah. Yuna udah memilih keluar dari keluarga kalian. Masih kurang puas?” sahut
Jheni kesal.
Lian menoleh ke
arah Bellina. “Kamu ... gangguin Yuna lagi?”
Bellina
menggelengkan kepala.
“Aku udah
peringatin kamu berkali-kali. Jangan sampe kesabaranku habis!” Yeriko menunjuk
wajah Bellina penuh kebencian.
Bellina semakin
kesal karena Lian juga memilih untuk membela Yuna.
“Sorry, Yer!” Lian
langsung menarik Bellina menjauhi kerumunan orang-orang tersebut.
“Ckckck, itu anak
bener-bener nggak tahu malu,” celetuk Bunda Yana.
“Maaf, Bunda ...
aku bikin kekacauan di sini,” tutur Yuna.
“Bukan salah
kamu,” sahut Bunda Yana sambil tersenyum menatap Yuna.
Yuna balas
tersenyum. Sebenarnya, ia tidak ingin membuat kekacauan di acara pesta. Namun,
sikap Bellina yang sudah keterlaluan membuatnya tidak tahan dan mereka menjadi
pusat perhatian banyak orang. Untungnya, suami, mama mertua dan sahabatnya ikut
membantunya menyelesaikan Bellina.
Sementara itu,
Lian membawa tunangannya menjauh dari keramaian. “Bel, kamu bisa nggak berhenti
gangguin Yuna?”
“Kamu belain dia?”
“Aku bukan belain
dia. Tapi, sikap kamu ini udah keterlaluan. Nggak seharusnya kamu kayak gini di
sini. Kamu selalu aja bikin masalah setiap kali ada Yuna. Apa nggak bisa diam-diam aja?”
“Dia yang cari
masalah duluan sama aku.”
“Nggak mungkin dia
yang cari gara-gara duluan. Aku tahu banget gimana dia. Dia nggak akan bikin
keributan sama orang lain kalau dia nggak terganggu.”
“Oh ... sekarang
kamu lebih belain dia daripada aku? Bilang aja kalo kamu masih cinta sama dia!”
seru Bellina.
“Bel, bisa nggak
kamu berpikir santai? Aku sama Yuna udah nggak ada hubungan apa-apa lagi. Dia
juga udah nikah sama Yeriko.”
“Kenapa? Nggak ada
hubungannya dia udah nikah atau belum. Bisa aja kamu suka sama istri orang.
Sama aja kayak Andre yang ngejar Yuna terang-terangan walau dia tahu kalau Yuna
udah nikah.”
“Bel, bisa nggak
kamu berpikir lebih terbuka? Kamu lagi hamil muda. Nggak usah berpikir
macam-macam!” pinta Lian. “Lebih baik, kamu pikirkan kondisi perkembangan anak
kita!”
Bellina terdiam.
Ia semakin merasa posisinya tersingkir karena semua orang membela Yuna termasuk
tunangannya sendiri.
“Bel, sudahlah.
Kamu lupain semua masa lalu yang udah terjadi antara kita bertiga. Kita udah
punya kehidupan masing-masing. Daripada kamu sibuk ngurusin Yuna, lebih baik
kamu fokus sama hubungan kita!” pinta Lian sambil merengkuh tubuh Bellina ke
pelukannya. Ia tidak tahu bagaimana menghadapi Bellina agar tidak terus menerus mengintimidasi Yuna.
Semakin banyak hal
yang dilakukan Bellina, bukan membuatnya semakin cinta. Ia justru merasa kalau
Yuna jauh lebih baik dari Bellina. Ia tidak tahu bagaimana cara melindungi Yuna
tanpa menyakiti Bellina dan calon anak yang ada dalam rahim tunangannya itu.
Bellina tersenyum
bahagia dalam pelukan Lian. Matanya tiba-tiba tertuju pada sosok Andre yang
menggandeng wanita cantik masuk ke ruangan. Ia tersenyum puas melihatnya.
Di saat bersamaan,
Walikota masuk ke ruangan. Ia langsung menyapa Yeriko dan Chandra yang sedang
asyik berbincang.
“Hei, gimana kabar
kalian?” tanya Damono sambil menatap Yeriko dan Chandra.
Yeriko dan Chandra
menunduk hormat.
“Baik, Pak. Gimana
kabar Bapak?” sapa Yeriko.
“Baik, baik.
Gimana proyek yang lagi kamu kerjakan? Lancar?” tanya Damono.
Yeriko mengangguk.
“Semua lancar.”
Damono
menepuk-nepuk bahu Yeriko. “Saya dengar, kamu juga sudah menikah ya?”
Yeriko tersenyun
sambil mengangguk.
Damono tertawa
kecil. “Memang benar apa kata orang, menikah itu bisa mendatangkan rejeki. Saya
dengar, dalam waktu lima bulan ini kamu sudah mengakuisisi beberapa perusahaan
dan mulai mengembangkan bisnis ke sektor lain. Apa benar?”
Yeriko tertawa
kecil. “Bapak bisa aja.”
“Kamu gimana?”
tanya Damono sambil menatap Chandra.
Chandra tersenyum
kecil menanggapi pertanyaan Damono. “Belum ada jodohnya, Pak.”
“Sudah sedewasa
ini, harusnya kamu sudah menikah. Jangan kalah sama Yeri!”
Chandra hanya
tertawa kecil sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Lihat Yeriko!
Setelah menikah, bisnisnya berkembang pesat. Kalian tahu, istri itu membawa
keberuntungan. Kalau rumah tangga harmonis, rejeki keluarga mengalir dengan
baik. Kamu pikirkan buat segera menikah!” pinta Damono. “Muda dan sukses, semua
perempuan pasti mau sama kamu,” lanjutnya sambil menatap Chandra.
“Ah, Bapak bisa
aja,” sahut Chandra sambil tersenyum kecil.
“Oh ya, istri kamu
yang mana?” tanya Damono sambil mengedarkan pandangannya.
“Itu, lagi sama
Mama!” Yeriko menunjuk Yuna yang sedang berbincang kembali dengan Bunda Yana
dan yang lainnya.
“Cantik banget.
Bukan cuma pandai berbisnis, pandai juga pilih istri,” puji Damono.
“Hahaha.”
“Gadis di
sebelahnya lagi, pacarnya Chandra,” bisik Yeriko di telinga Damono.
“Oh ... ternyata
sudah punya calon? Saya tunggu kabar baiknya segera!” Damono tertawa kecil
sambil menatap Chandra.
“Kapan aku bilang
pacaran sama Jheni?” bisik Chandra di telinga Yeriko.
Yeriko hanya
tersenyum kecil.
“Ayo, kita datangi
bidadari-bidadari kita!” ajak Damono sambil mengajak Yeriko dan Chandra
menghampiri Yana dan yang lainnya.
Yeriko dan Chandra
tertawa kecil dan mengikuti langkah Damono. Ia kembali menghampiri Yuna dan
langsung memeluknya dengan mesra.
“Bellina nggak
ganggu kamu lagi kan?” bisik Yeriko di telinga Yuna.
Yuna menggelengkan
kepala sambil menatap Yeriko.
“Pengantin baru,
mesra banget!” tutur Damono.
Yeriko tersenyum
kecil. Ia mengecup pelipis Yun dan mengeratkan pelukannya.
Damono ikut
merangkul istrinya. “Kita jangan kalah sama yang muda. Semakin tua, harus makin
sayang.” Ia mengecup kening istrinya. “Selamat ulang tahun Bunda-nya anak-anak
di kota ini. Dapet salam dari semua warga lewat twitter.”
“Oh ya? Sampaikan
salam balik Mama ke semuanya!”
Damono tersenyum
sambil menganggukkan kepala.
Semua orang
tersenyum bahagia melihat kemesraan Walikota dengan istrinya. Mereka juga
sangat senang dengan sikap Walikota yang humble, menyapa semua orang yang hadir
di ruangan itu dengan ramah.
“Selamat malam,
Pak!” sapa Andre yang tiba-tiba muncul bersama Yulia. “Maaf, kami terlambat,”
ucapnya sambil menunduk hormat.
“Selamat ulang
tahun, Bunda!” Yulia mengulurkan tangannya ke arah Yana.
“Makasih!” Yana
membalas uluran tangan Yulia dan tersenyum manis.
“Selamat ulang
tahun, Bunda.” Ande mengulurkan tangannya sambil mengucapkan selamat untuk
Yana.
Yana tersenyum. Ia
membalas uluran tangan Andre. “Makasih banyak, ya!”
Yulia tersenyum
sambil menyodorkan paper bag ke arah Yana. “Hadiah dari kami.”
“Ah, kalian
repot-repot bawa hadiah. Kalian datang aja, Bunda udah senang.”
Yulia dan Andre
saling pandang sambil tersenyum. Mereka juga menyapa semua orang.
Andre terus
menatap Yuna yang berada dalam pelukan Yeriko. Membuat Yulia, ikut menatap
kesal ke arah Yuna.
Yulia masih tidak
mengerti kenapa Andre terus mengejar Yuna yang sudah menikah dan terlihat
sangat bahagia bersama suaminya.
(( Bersambung ... ))
Awal bulan nih, semua balik ke nol lagi. Dukung terus cerita ini dengan
cara kasih Star, hadiah atau review ya. Kasih peluk_kiss juga boleh, biar aku
makin semangat bikin cerita yang lebih seru dan lebih manis lagi. Jiayou!
Much Love,
@vellanine.tjahjadi

0 komentar:
Post a Comment