Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 209 - Serangan Balik untuk Bellina || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Jhen, ibu itu tahu dari mana ya kalo aku punya masalah sama rahimku ya?” tanya Yuna sambil menatap kartu nama yang ada di tangannya.

 

“Temen mama mertua kamu kali, Yun.”

 

“Mama nggak akan nyebarin gosip ke mana-mana.”

 

Jheni mengedarkan pandangannya. Ia menangkap tubuh Bellina yang sedang berbincang dengan seorang ibu yang memberikan kartu kepada Yuna. Ia perlahan mendekatkan tubuhnya hingga bisa menangkap pembicaraan Bellina dengan baik.

 

Jheni menarik napas dalam-dalam. Dugaannya benar, Bellina yang menyebarkan rumor kalau Yuna tidak bisa memiliki anak. Ia geram melihat tingkah Bellina yang sengaja menyebarkan rumor ke para tamu tentang kondisi Yuna.

 

“Heh!? Tukang gosip!” sentak Jheni sambil menarik pundak Bellina agar berbalik ke arahnya.

 

Bellina langsung berbalik dan menatap Jheni yang berdiri di belakangnya. “Oh ... sahabatnya Yuna kan? Pasti kamu lebih tahu kondisi Yuna yang sebenarnya. Apa bener dia mandul? Kenapa sampai sekarang masih belum hamil juga?”

 

Jheni gelagapan mendengar pertanyaan Bellina. “Kamu jangan ngomong macem-macem! Kata siapa Yuna nggak bisa hamil?”

 

Bellina tersenyum sinis. “Masalah kayak gini nggak bisa disembunyikan. Bukannya, Yuna lagi program hamil? Dia pasti bakal ngelakuin banyak cara supaya bisa hamil, kan?”

 

“Belum hamil bukan berarti nggak bisa hamil!” tegas Jheni.

 

“Ya udah sih, lebih baik bilang aja ke semua orang kalau Yuna memang lagi program buat cepet hamil. Siapa tahu, ada banyak orang yang bisa bantu. Sebagai sahabat, kamu harusnya peduli kan?”

 

“Mulutmu rombeng banget sih?” Jheni menatap sengit ke arah Bellina. “Sama murahnya kayak badanmu!”

 

“Kamu ...!?” Bellina menunjuk wajah Jheni dengan jari telunjuknya.

 

“Apa!?” Jheni semakin menantang Bellina untuk berkelahi. “Kalo mau ngata-ngatain orang, ngaca dulu!” sentak Jheni.

 

Yuna langsung meletakkan gelas jusnya ke meja dan menghampiri Jheni yang terlihat akan berkelahi dengan kakak sepupunya.

 

“Jhen ...!” Yuna menarik lengan Jheni agar menghentikan perdebatannya dengan Bellina. “Nggak usah diladeni!” pinta Yuna.

 

Bellina tersenyum sinis. “Kenapa? Kamu takut kalau semua orang tahu, istri Tuan Ye yang terhormat ini nggak bisa ngasih keturunan alias mandul?”

 

Yuna mengeratkan gigi dan bibirnya. Ia menatap tajam ke arah Bellina. “Bukan urusan kamu!” sentaknya.

 

“Jelas jadi urusan aku, dong. Aku peduli sama kamu. Makanya, aku carikan orang sebanyak mungkin yang bisa bantu kamu. Kalau mandul, masih bisa program bayi tabung kan?”

 

Yuna terdiam. Ia tidak bisa mengingkari kalau ia butuh banyak referensi untuk mendukung program kehamilannya. Tapi, ia juga merasa sakit ketika Bellina menyebutnya mandul. Ia masih bisa memiliki seorang anak, bukan seorang wanita yang mandul.

 

“Bel, aku nggak mandul. Kamu jangan nyebarin gosip aneh-aneh!” pinta Yuna.

 

Bellina tersenyum sinis. “Nggak bisa hamil, apa namanya kalo bukan mandul?”

 

“Aku masih bisa hamil. Yang bilang aku nggak bisa hamil siapa?” tanya Yuna balik. “Kamu jangan suka mengada-ngada ya!”

 

“Kalo bisa hamil, buat apa kamu nerima kartu rumah sakit infertilitas itu? Mau program bayi tabung?”

 

“Emang kenapa? Masalah buat kamu?”

 

Bellina tertawa kecil. “Yuna, Yuna … kamu harusnya udah mulai sadar kamu ini siapa. Nggak cocok jadi keluarga Hadikusuma. Kamu nggak bisa ngasih keturunan. Sebentar lagi, bakal didepak sama keluarga Yeriko.”

 

“Kata siapa? Aku nggak seburuk kamu, Bel. Yang ngelakuin semua cara demi dapetin harta keluarga Wijaya. Suatu saat, kamu bakal dapet balasan atas semua yang udah kamu lakuin ke aku selama ini!” Yuna meninggikan nada suaranya.

 

“Kamu pikir aku takut sama ancaman kamu? Kalo nggak dipungut sama Yeriko, kamu Cuma gembel di jalanan. Nggak usah ngancam-ngancam aku!”

 

“Heh, jaga mulutmu, Bel!” Jheni mendorong pundak Bellina. “Kamu nggak sadar lagi berhadapan sama siapa?”

 

Rullyta dan Yana yang melihat perselisihan antara Bellina dan Yuna, langsung bergegas menghampiri Yuna.

 

“Ada apa ini?” tanya Rullyta.

 

“Dia tuh, Tante!” Jheni menunjuk Bellina dengan dagunya. “Nggak ada bosen-bosennya cari masalah sama Yuna.”

 

“Bel, kamu masih gangguin Yuna terus? Jangan bikin kesabaran kami habis!” pinta Rullyta.

 

“Tante, aku nggak gangguin Yuna sama sekali. Aku cuma ngomong apa adanya. Menantu kesayangan Tante ini mandul, nggak bakal bisa ngasih keturunan buat Yeriko. Emangnya, mau pelihara menantu nggak berguna kayak gini!”

 

“Jaga mulutmu, Bel!” sentak Jheni. “Pengen kusobek bener ini mulut,” ucapnya geram.

 

“Yuna bisa hamil dan bakal ngasih keturunan buat Yeriko. Kamu nggak perlu ikut sibuk ngurusin dia. Lebih baik, kamu urus dirimu sendiri dengan baik!” tutur Rullyta sambil tersenyum penuh arti.

 

“Bener banget! Lebih baik, kamu fokus urus bayi yang ada dalam perut kamu itu. Jangan keseringan gangguin Yuna, kualat baru tahu rasa!” Jheni menjulurkan lidahnya ke arah Bellina.

 

“Kalian berkomplot buat nyerang aku?”

 

“Kami bakal belain Yuna sampai titik darah penghabisan. Aku nggak akan biarin kamu menindas Yuna lagi!” tegas Jheni. “Selama ini, kamu masih belum puas sama apa yang udah kamu lakuin ke Yuna, hah!?”

 

“Aku nggak akan puas sebelum lihat dia bener-bener menderita,” bisik Bellina di telinga Jheni.

 

Jheni melebarkan kelopak matanya. Ia sangat mengetahui bagaimana keluarga Bellina memperlakukan Yuna sebelum akhirnya Yuna bisa pergi ke luar negeri.

 

“Kali ini, aku nggak akan ngebiarin kamu nyakitin Yuna!” tegas Jheni sambil mendorong pundak Bellina.

 

Bellina tertawa kecil. “Kalian berdua ino cocoknya jadi preman pasar. Di tempat seperti ini, kamu masih aja berani main kasar.”

 

“Kami nggak akan main kasar kalau kamu nggak cari gara-gara duluan!” tegas Rullyta. “Kamu nggak tahu lagi berhadapan sama siapa? Kalau sampai terjadi apa-apa sama Yuna. Aku bikin perhitungan sama kamu!”

 

Belina menatap empat wanita yang berdiri di depannya. Ia semakin membenci Yuna karena perhatian dan dukungan semua orang mengarah pada Yuna.

 

“Ada apa ini?” tanya Yeriko. Ia merangkul pinggang Yuna dengan mesra.

 

“Nggak ada apa-apa,” sahut Bellina.

 

“Heh, kamu tadi abis ngata-ngatain Yuna. Sekarang bilang nggak papa. Dasar penjilat!” Jheni langsung memaki Bellina.

 

“Kenapa kamu masih aja menindas Yuna?” tanya Yeriko dingin.

 

“Aku nggak menindas dia. Aku cuma mau dia sadar kalo dia itu nggak pantes buat kamu. Emangnya kamu mau hidup selamanya sama perempuan yang nggak bisa ngasih keturunan buat kamu?”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Bisa ngasih keturunan atau nggak. Cintaku sama dia nggak akan berubah!” tegasnya.

 

Yuna terharu mendengar ucapan Yeriko. Ia tak menyangka kalau suaminya yang begitu sempurna, bisa menerima dirinya yang memiliki banyak kekurangan.

 

“Jangan ganggu Yuna lagi! Lebih baik, kamu fokus ngurusin bayi yang ada di dalam perut kamu!” pinta Yeriko.

 

Rullyta menatap perut Bellina. “Kamu hamil? Bukannya kamu belum nikah?”

 

Bellina terdiam. Ia tidak bisa menjawab apa-apa ketika semua mata tertuju padanya.

 

Rullyta tersenyum sinis. “Daripada kami sibuk ngurusin masalah kehamilan Yuna, lebih baik kamu urus anak kamu itu dengan baik!”

 

Bellina menundukkan kepala, ia menahan air mata dan rasa malunya karena dipermalukan di depan umum.

 

(( Bersambung ... ))

 

Awal bulan nih, semua balik ke nol lagi. Dukung terus cerita ini dengan cara kasih Star, hadiah atau review ya. Kasih peluk_kiss juga boleh, biar aku makin semangat bikin cerita yang lebih seru dan lebih manis lagi. Jiayou!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas