Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 208 : Ulang Tahun Bunda Yana || a Romance Novel by Vella Nine

 


Yuna dan Yeriko langsung menjadi pusat perhatian begitu mereka turun dari mobil.

 

Yeriko menggandeng tangan Yuna dengan mesra, memasuki venue perlahan.

 

Yuna menyunggingkan senyum manisnya kepada semua orang yang menatap kehadiran mereka.

 

“Yer, kenapa semua orang lihatin kita?” bisik Yuna.

 

“Nggak papa. Nanti juga terbiasa diperhatikan.” Yeriko tersenyum ke arah Yuna. Ia sudah terbiasa menjadi pusat perhatian, berbeda dengan istrinya yang lebih memilih untuk bersembunyi dari keramaian dan tidak terbiasa menjadi pusat perhatian banyak orang.

 

Yuna tersenyum, ia langsung menghampiri Bunda yana yang berdiri di antara tamu-tamu yang sudah datang di pesta tersebut.

 

“Halo ... Bunda!” sapa Yuna sambil menghampiri Bunda Yana.

 

“Halo, cantik! Udah dari tadi datangnya?” balas Bunda Yana, ia tersenyum ramah dan mengajak Yuna bersalaman pipi.

 

“Selamat ulang tahun, Bunda!” tutur Yeriko sambil mengulurkan tangannya.

 

“Iya. Makasih!” Bunda Yana menyambut uluran tangan Yeriko.

 

“Selamat ulang tahun ya, Bunda. Semoga sehat selalu, diberi umur yang bermanfaat dan makin disayang sama suami,” tutur Yuna sambil menyodorkan hadiahnya ke hadapan Yana.

 

“Ah, kamu repot-repot sekali. Makasih banyak ya, anak Bunda yang cantik!”

 

Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala.

 

“Yana, selamat ulang tahun!” Rullyta tiba-tiba datang dan langsung menghambur ke pelukan Yana.

 

“Makasih,” sahut Yana sambil membalas pelukan Rullyta.

 

“Ini hadiah buat kamu. Kamu suka hadiah yang kecil kayak gini kan?” Rullyta memberikan sebuah kotak kecil yang hanya berukuran lima sentimeter persegi.

 

“Ah, kamu bisa aja,” tutur Yana sambil tersenyum menatap Rullyta.

 

Yuna tersenyum melihat kehangatan pertemanan mama mertua dengan sahabatnya itu.

 

Semua orang menatap Rullyta dan Yuna yang berdiri di sebelah Yeriko. Berbincang hangat dengan istri walikota.

 

Di saat yang sama, Lian dan Bellina juga datang ke acara perjamuan tersebut. Yuna menarik napas, ia langsung memeluk lengan Yeriko dan tidak ingin sama sekali berhubungan dengan Bellina.

 

“Yer, kita ke sana yuk!” bisik Yuna sambil menunjuk meja prasmanan yang berisi banyak makanan enak.

 

Yeriko mengangguk.

 

“Bunda, aku ke sana dulu ya!” pamit Yuna.

 

“Iya. Banyak makanan enak. Makan apa aja yang kamu suka!”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum manis. Ia berbalik sambil menggandeng tangan Yeriko. Ia melangkah perlahan sambil mengangkat dagu penuh percaya diri dan bersikap seolah tidak melihat Bellina yang berpapasan dengannya.

 

Ke mana pun Yuna melangkah, semua mata tertuju padanya. Berparas cantik, memiliki tubuh yang indah dan mengenakan pakaian yang berkelas. Siapa yang bisa melewatkannya begitu saja.

 

Yeriko tersenyum, ia sangat mengerti kalau Yuna sedang berusaha menghindari konflik dengan sepupunya.

 

Yuna langsung menatap Jheni dan Chandra yang baru saja masuk ke dalam ruangan. Ia melambaikan tangan ke arah Jheni.

 

Jheni balas melambaikan tangannya dan menghampiri Yuna yang sedang bersama dengan Yeriko.

 

“Udah lama, Yun?” tanya Jheni sambil menghampiri Yuna.

 

Yuna mengangguk. “Kenapa nggak bilang kalau ke sini juga? Kalo tahu, kita bisa berangkat bareng.”

 

Jheni tersenyum sambil menatap Yuna. “Chandra ngajakin aku ke sini, mendadak banget. Aku nggak sempat kabarin kamu.”

 

“Hihihi. Iya juga, sih. Aku juga dapet undangannya baru tadi sore.”

 

Yeriko tersenyum menatap Yuna dan Jheni. Ia membiarkan keduanya berbincang. Ia mengajak Chandra berbincang dengan beberapa pejabat dan pengusaha lain yang diundang ke acara tersebut.

 

Jheni meraih segelas anggur merah yang ada di atas meja. “Kamu nggak minum alkohol Yun?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Aku lagi program hamil. Jadi, nggak bisa minum alkohol.”

 

“Oh ya? Berarti, bentar lagi aku bakal punya keponakan dong?”

 

Yuna tersenyum menanggapi pertanyaan Jheni. “Doain ya!”

 

“Mmh ... Yeriko pasti bakal makin sayang sama kamu.”

 

“Iya, Jhen. Dia mulai protective banget.”

 

“Pasti karena khawatir, Yun. Tahu sendiri Yeriko gimana. Saking cintanya sama cewek aneh satu ini.”

 

“Iih … kamu ngatain aku apa!?” dengus Yuna.

 

“Cewek aneh.”

 

“Bukannya kamu yang aneh?”

 

“Kok, aku?”

 

“Sering diajak jalan sama Chandra tanpa status yang jelas, tapi mau aja. Aneh kan?”

 

Jheni memonyongkan bibirnya. “Siapa sih yang bisa nolak kalo diajak jalan sama gebetan?”

 

“Makanya, buruan dijadiin, Jhen!”

 

“Iih … Kok aku sih, Yun?”

 

“Terus?”

 

“Harusnya Chandra dong yang nembak aku. Masa aku duluan yang nyatain cinta ke dia?”

 

“Emansipasi, Jhen.”

 

“Nggak ah.” Jheni mengedikkan bahu.

 

“Daripada di-PHP mulu?”

 

“Ah, udahlah. Semuanya butuh proses. Mungkin, dia belum bisa move on sepenuhnya dari Amara.”

 

“Hmm … Amara lagi, Amara lagi,” desis Yuna.

 

Jheni hanya tersenyum kecil. Bisa menemani Chandra saja sudah membuatnya bahagia. Walau belum ada status yang jelas di antara mereka. Ia ingin, Chandra benar-benar bisa melepaskan masa lalunya dan tidak perlu hidup dalam bayang-bayang Amara.

 

“Hai …!” sapa salah seorang wanita bertubuh tinggi yang tiba-tiba menghampiri Yuna.

 

“Hai, juga!” balas Yuna sambil tersenyum manis.

 

“Istrinya Pak Ye ya?”

 

Yuna mengangguk.

 

“Perkenalkan, saya Arita, salah satu pengusaha real estate di kota ini.” Ia mengulurkan tangan ke hadapan Yuna.

 

Yuna tersenyum sambil membalas uluran tangan Arita. “Yuna,” tuturnya memperkenalkan diri.

 

“Wah, seneng banget bisa ketemu sama istrinya Pak Ye di sini. Suami saya, sering banget nyeritain kalian. Yeriko, masih muda sudah jadi pengusaha sukses. Punya istri yang sangat cantik seperti ini.”

 

“Ah, Ibu terlalu berlebihan. Saya biasa saja, kok.”

 

“Eh, ini kartu nama buat kamu.” Arita menyodorkan kartu nama ke arah Yuna.

 

Yuna mengangguk. Ia meraih kartu tersebut dari tangan Arita dan membaca kartu nama sebuah rumah sakit infertilitas.

 

“Semoga, ini bisa sedikit membantu kamu agar segera mendapatkan anak.”

 

Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Terima kasih, Bu!”

 

“Nggak perlu sungkan! Eh, saya temui Ibu Walikota dulu. Kalian, selamat menikmati hidangannya!”

 

Yuna mengangguk. “Terima kasih, Bu.”

 

Arita berlalu pergi, ia melangkah menghampiri Yana yang dikerumuni beberapa orang.

 

“Yun, enak ya jadi istrinya Yeriko? Semua orang kenal sama kamu.” Jheni menatap Yuna sambil tersenyum.

 

“Huft, ada enaknya, ada nggak enaknya juga.”

 

“Eh, si Lutfi nggak diundang ke sini? Aku nggak ada lihat dia atau Icha.”

 

“Mungkin dia masih di luar kota. Tahu sendiri, Lutfi selalu sibuk ngurusin villa-nya yang tersebar di mana-mana.”

 

“Hahaha. Iya juga, sih.Dia lebih sibuk dari Yeriko.”

 

“Dia sibuknya asyik, jalan-jalan bareng selebgram atau model yang dia endorse. Bikin kepala si Icha cenat-cenut.”

 

“Oh ya? Icha masih cemburu?”

 

“Kayaknya sih gitu. Wajar sih. Apalagi si Lutfi juga ramah banget sama cewek-cewek cantik itu. Kalo aku jadi dia, aku juga nggak bakal tenang.”

 

“Berarti, hatinya Icha kuat banget,” sahut Jheni.

 

“Tetep kamu yang paling kuat, Jhen. Kuat di-PHP sama Chandra.” Yuna menahan senyum sembari menatap wajah Jheni.

 

“Rese banget kamu, Yun!” dengus Jheni sambil memukul lengan Yuna.

 

Yuna tergelak. Sebenarnya ia merasa iba dengan Jheni, tapi jiwa bercandanya meronta-ronta dan tidak bisa jika tidak tertawa bersama sahabatnya itu.

 

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Awal bulan nih, semua balik ke nol lagi. Dukung terus cerita ini dengan cara kasih Star, hadiah atau review ya. Kasih peluk_kiss juga boleh, biar aku makin semangat bikin cerita yang lebih seru dan lebih manis lagi. Jiayou!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas