Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 199 -Cold Uterus || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Nyonya, udah siap?” tanya Yeriko sambil menatap tubuh Yuna dari balik cermin.

 

Yuna menganggukkan kepala. “Gimana? Bagus?” tanyanya sambil menunjukkan gaun yang sudah ia kenakan.

 

Yeriko mengangguk sambil meletakkan dagunya di pundak Yuna. “Cantik,” pujinya.

 

Yuna tersenyum kecil sambil mengelus pipi Yeriko. “Ayo, berangkat!” ajaknya.

 

Yeriko mengangguk. Ia menggandeng tangan Yuna keluar dari rumah dan membawanya menuju rumah sakit bersalin untuk melakukan pemeriksaan.

 

Yuna meremas tangan dan menggigit bibir berkali-kali selama dalam perjalanan.

 

“Kamu kenapa? Gelisah banget?”

 

“Aku takut,” jawab Yuna sambil menatap pilu ke arah Yeriko.

 

“Takut kenapa?”

 

Yuna menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Entahlah. Aku ngerasa takut aja.”

 

Yeriko tersenyum sambil mengusap ujung kepala Yuna. “Nggak usah takut. Pasti semua baik-baik aja.”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. Ia langsung menatap layar dashboard yang tersambung ke ponsel Yeriko.

 

 

 

Refina Calling ...

 

 

 

“Mantanmu tuh. Kangen,” celetuk Yuna.

 

Yeriko tak menghiraukan. Ia membiarkan teleponnya berdering, tak ada keinginan untuk menjawab panggilan dari Refina.

 

“Yer, angkat gih!” pinta Yuna.

 

“Ck, males banget!” sahut Yeriko kesal. Ia membiarkan Refina meneleponnya beberapa kali.

 

“Siapa tahu ada sesuatu yang terjadi sama Refi.”

 

“Chandra pasti udah ngabarin duluan kalo ada masalah sama Refi.”

 

“Emangnya Chandra lagi di rumah sakit?”

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Gimana dia bisa tahu update kondisi Refi?” tanya Yuna.

 

“Yun, kenapa sih kamu masih aja peduliin Refi!?” tanya Yeriko balik.

 

“Aku harus peduli sama dia. Setidaknya, dia bisa cepet sembuh dan nggak ngerecokin kamu terus,” sahut Yuna.

 

“Ck, kamu ini ...!?” gumam Yeriko kesal. Ia langsung menjawab telepon dari Refi penuh kekesalan.

 

“Halo ...!” sapa Yeriko ketus.

 

“Halo, Yer. Kamu bisa temui aku?” tanya Refi.

 

“Nggak bisa,” jawab Yeriko tanpa pikir panjang.

 

“Badanku tiba-tiba demam. Aku nggak bisa apa-apa. Kamu bisa ke sini temani aku?” tanya Refina.

 

“Di sana ada suster yang jaga kamu, kan?”

 

“Iya. Tapi semua orang lagi sibuk. Belum ada yang masuk ke sini. Sepertinya, lagi pergantian shift kerja.”

 

Yeriko menghela napas. “Kamu tunggu di sana, aku kirim orangku buat jagain kamu.”

 

Yuna menatap Yeriko yang duduk di sebelahnya.

 

“Aku maunya kamu yang nemenin aku, please!”

 

“Nggak bisa, Ref. Aku lagi ada urusan penting banget. Aku kirim orangku ke sana. Kamu tunggu aja!” Yeriko melirik Yuna yang duduk di sebelahnya dan langsung mematikan telepon.

 

“Kamu ke sana aja!” pinta Yuna.

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Aku temenin kamu periksa. Bisa suruh Riyan ke sana.”

 

“Yer, dia pasti bisa lebih baik kalo kamu yang datang ke sana. Bukan malah nyuruh Riyan.”

 

“Ck, Yuna!” Yeriko geram sambil menatap Yuna. “Kamu ini malah nyodorin suami kamu ke Refi. Kamu jangan terlalu baik sama dia!”

 

“Iih .. kamu ini nggak ngerti juga. Dia itu maunya cuma sama kamu. Kalo kamu yang datang, suasana hatinya dia pasti bisa lebih baik. Supaya terapi dia berjalan lancar, dia cepet sembuh dan nggak perlu nempel sama kamu lagi.”

 

“Oke. Kita ke sana setelah periksa kandungan kamu.”

 

Yuna tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia percaya, suaminya tidak akan berpaling darinya.

 

Yeriko tersenyum sambil menatap Yuna sejenak. Kemudian, ia kembali fokus menatap jalanan kota yang lumayan padat. Ia sangat bangga dengan sifat istrinya yang baik dan berlapang dada. Kebaikan Yuna, memberikan ruang yang begitu luas pada orang-orang yang akan menghancurkan hidupnya. Sebagai suami, ia punya tekad besar untuk melindungi kepolosan dan kebaikan hati Yuna.

 

Beberapa menit kemudian, Yeriko sudah sampai di halaman parkir rumah sakit bersalin.

 

“Yer, kamu langsung susul Refi aja ya!” pinta Yuna sambil melepas safety belt dari pinggangnya. “Aku bisa periksa sendiri, kok.”

 

“Tapi …”

 

“Aku baik-baik aja. Kamu pergi urus Refi dulu!” pinta Yuna. “Nanti, aku nyusul pakai taksi.”

 

“Ah, aku nggak bisa pergi ke sana tanpa kamu.”

 

“Aku nggak apa-apa. Jangan membiasakan manjain aku!” pinta Yuna sambil menahan tawa. “Kamu pergi ke sana aja! Nanti aku kasih tahu hasil pemeriksan dokter. Doain ya!”

 

Yeriko mengangguk. “Goodluck my wife! Semoga, cepet ada Yeri kecil di keluarga kita.”

 

“Aamiin,” sahut Yuna penuh harap. Ia mengecup pipi Yeriko dan bergegas keluar dari mobil.

 

Yeriko tersenyum sambil menatap tubuh istrinya yang perlahan masuk ke rumah sakit. Ia kembali menjalankan mobilnya menuju rumah sakit orthopedi setelah tubuh Yuna tak terlihat lagi.

 

Yuna melenggang masuk ke lobi rumah sakit. Mengambil nomor antrian dari mesin antrian yang ada di sudut ruangan. Setelah menunggu beberapa menit, akhirnya nomor antrian yang ada di tangan Yuna dipanggil oleh resepsionis. Ia bangkit, menghampiri meja resepsionis untuk melengkapi keperluan pemeriksaan. Kemudian, ia bergegas ke ruang pemeriksaan dokter kandungan.

 

“Gimana hasilnya, Dok?” tanya Yuna setelah ia menjalani pemeriksaan.

 

“Kamu mengalami Cold Uterus atau rahim dingin.”

 

“Rahim dingin?”

 

“Iya. Kondisi seperti ini membuat embrio sulit berkembang.”

 

“Maksud Dokter? Aku nggak bisa hamil?”

 

“Saya tidak bilang seperti itu. Kamu masih bisa hamil. Hanya saja, kondisi seperti ini memang sulit untuk hamil.”

 

“Berapa besar kemungkinan aku bisa hamil, Dok?”

 

“Lima puluh persen. Kamu masih bisa hamil jika memperhatikan kondisi kesehatan kamu. Jaga pola makan, jaga kesehatan, jangan sampai stres berlebihan dan harus banyak istirahat.”

 

Yuna mengangguk. “Mmh … apa lagi yang bisa aku lakukan supaya bisa cepat hamil?”

 

Dokter tersebut tersenyum. Ia menyodorkan hasil pemeriksaan dan memberikan resep untuk Yuna. “Saya kasih pil hormon untuk membantu mempercepat kehamilan kamu. Semuanya, tergantung sama usaha kamu mengubah pola hidup sehat menjadi lebih baik lagi. Hindari makan-makanan yang terlalu dingin dan terlalu pedas!” pinta dokter tersebut.

 

Yuna mengangguk. Ia mengambil kertas hasil pemeriksaan. “Terima kasih, Dok!”

 

Dokter tersebut mengangguk.

 

Yuna langsung berpamitan dan bergegas keluar dari ruang pemeriksaan. Ia melangkahkan kakinya menyusuri koridor. Ia duduk di salah satu kursi tunggu sambil menatap laporan pemeriksaan kesehatannya.

 

“Cold Uterus?” gumam Yuna. “Apa Yeriko bisa terima aku yang kayak gini?” Ia menyandarkan kepalanya ke dinding.

 

Mata Yuna, tiba-tiba perih, mengeluarkan bulir air mata yang tak bisa lagi ia tahan. Perasaannya kini tak karuan. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi jika ia tidak bisa melahirkan anak untuk Yeriko. Akankah suaminya itu tetap bertahan di sisinya dan menyayangi sepenuh hati?

 

Yuna bangkit, melangkah perlahan keluar dari rumah sakit tak bersemangat. Ia melihat beberapa perempuan hamil keluar masuk di rumah sakit tersebut. Membuatnya menginginkan seorang anak tumbuh di dalam rahimnya.

 

Yuna mengelus perutnya yang mungil. “Yun, kamu pasti bisa hamil!” ucapnya menyemangati diri sendiri. “Cukup berusaha lebih keras dari sebelumnya.” Ia terus melangkah keluar dari rumah sakit.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus.  

Jangan sungkan selalu sapa aku dengan komen di bawah ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas