Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 193 - The Power of Mr. Ye || a Romance Novel by Vella Nine

 


Andre menghampiri Yeriko yang sedang duduk di meja makan bersama teman-temannya. Ia menatap wajah Yuna yang berada dalam pelukan Yeriko dan melempar kunci mobilnya ke hadapan Yeriko dengan gaya tak bersahabat.

 

“Heh, baik-baik kalo ngasih barang!” tegur Lutfi. Sementara Yeriko hanya tersenyum kecil tanpa menatap wajah Andre.

 

“Buat apa aku baik sama orang licik kayak gini!?” sahut Andre kesal.

 

Yeriko menarik napas dan menghembuskannya perlahan. Ia meraih kunci mobil yang tergeletak di atas meja dan menyodorkannya ke wajah Yuna yang berada dalam pelukannya. “Buat kamu!” tuturnya lembut.

 

Yuna langsung menengadahkan kepalanya menatap mata Yeriko. “Eh, buat aku?”

 

Yeriko menganggukkan kepala sambil menatap Yuna.

 

“Makasih!” Yuna langsung menyambar kunci mobil dari tangan Yeriko.

 

“Yun, kamu udah ketularan jadi jahat kayak dia?” tutur Andre.

 

“Eh, jahat kenapa? Aku nggak ngapa-ngapain,” sahut Yuna.

 

“Dia itu licik banget. Kamu udah mulai ketularan sama suami kamu yang brengsek ini, hah!?”

 

“Udah, kita balik aja!” pinta Yulia sambil menarik lengan Andre. Ia tidak bisa membiarkan Andre dipermalukan di depan begitu banyak orang.

 

Andre menepis lengan Yulia dan menatap Yuna. “Ayuna yang aku kenal dulu nggak kayak gini. Baik, polos, apa adanya dan nggak melukai orang lain. Sejak kamu nikah sama Yeriko, kamu berubah banyak. Kamu jadi jahat, Yun. Sama kayak dia!” Andre menunjuk wajah Yeriko.

 

Yeriko mengernyitkan dahi sambil menatap jari telunjuk Andre yang hanya berjarak beberapa sentimeter dari hidungnya. Ia menurunkan jemari itu perlahan dan bangkit dari tempat duduknya.

 

“Ini bukan kejahatan, tapi kekuatan!” tegas Yeriko. “Kalo kamu nggak punya kekuatan yang besar, jangan pernah mimpi bisa ada di samping Yuna!”

 

Andre menatap Yeriko penuh amarah.

 

“Daripada kamu sibuk ngejar Yuna yang sama sekali nggak cinta sama kamu, mending kamu urusin tunangan kamu itu!” Yeriko menunjuk Yulia dengan dagunya.

 

“Setelah ini, aku bakal bikin perhitungan sama kamu!” ancam Andre.

 

“Silakan!” sahut Yeriko santai.

 

Andre bergegas pergi meninggalkan Yeriko dan teman-temannya.

 

“Gila, Yer! Kamu beneran taruhan mobil sama Andre?” tanya Lutfi. “Mobilnya Porsche boo ... menang banyak!” seru Lutfi.

 

Yeriko mengedikkan bahunya. “Dia cuma minta kesempatan buat deketin Yuna kalo dia menang. Daripada taruhan minta dia jauhin Yuna, mending aku ambil mobilnya dia. Aku tahu, istriku nggak bakal suka sama dia. Enak aja mau ambil istri orang, mobilnya kuambil duluan.”

 

“Hahaha. Bener, bener. Kamu pintar juga, Yer!” sahut Lutfi.

 

“Kenapa kamu nggak minta dia jauhin Yuna? Bukannya dia bakal jadi masalah buat rumah tangga kalian kalo dibiarkan?” tanya Jheni.

 

“Biar Yuna yang jauhin dia. Biar dia sadar dengan sendirinya, kalau ngambil istri orang itu nggak mudah.”

 

“Sadis kamu, Yer! Itu sih, rasanya kayak nembak cewek berkali-kali, ditolak mentah-mentah mulu,” sahut Lutfi.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia tidak akan membiarkan Yuna jatuh ke pelukan siapa pun. Siapa pun yang berani merebut Yuna dari pelukannya, maka ia akan menjatuhkan orang tersebut.

 

“Itu orang ndak waras ya? Udah tahu istri orang, masih aja dikejar-kejar,” celetuk Lutfi sambil menatap punggung Andre yang berlalu pergi.

 

“Iya, dia ke sini juga sama tunangannya. Bisa-bisanya malah ngejar Yuna terang-terangan. Kalo aku yang jadi tunangannya, udah kubunuh,” sahut Jheni kesal.

 

Yuna tertawa mendengar ucapan sahabatnya.

 

“Eh, kalian berdua kan laki-laki,” tutur Jheni sambil menatap Lutfi dan Chandra. “Apa ngejar istri orang itu lebih menarik?”

 

“Nggak,” jawab Chandra.

 

“Mmh ...” Lutfi mengamati Yuna sambil mengelus dagunya. “Kalo perempuannya kayak Kakak Ipar, aku juga mau. Cantik, mulus, baik hati. Ngejar cinta istri orang lebih menantang. Hahaha.”

 

 “Gila kamu, Lut!” dengus Jheni.

 

“Loh? Kamu kan tadi nanya. Ya aku jawab. Secara, mayoritas laki-laki suka sama perempuan karena fisiknya. Apalagi kalau hatinya baik, sempurna ...”

 

“Hahaha. Iya, juga sih. Apalagi body-nya Yuna bagus banget. Kulitnya putih mulus, aku yang cewek aja suka lihatnya, apalagi cowok?”

 

“Apa-apaan sih kamu, Jhen!?” dengus Yuna.

 

Yeriko tertawa kecil mendengar ucapan Jheni.

 

“Loh? Iya kan, Yer?” tanya Jheni sambil menatap Yeriko.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Tuh, suaminya aja ngakuin. Dia udah tahu luar dalem, hahaha,” tutur Jheni.

 

“Pantes aja Yeriko nempel terus kayak perangko,” sahut Lutfi. “Chan, kita harus berhasil bikin dia mabuk malam ini!” bisik Lutfi di telinga Chandra.

 

Chandra menganggukkan kepala.

 

“Kenapa bisik-bisik?” tanya Yeriko.

 

“Nggak papa,” jawab Lutfi. “Buat rayain kemenangan kamu hari ini, gimana kalo kita bersaing minum bir?” ajak Lutfi. “Kita lihat, siapa di antara kita bertiga yang paling kuat?”

 

Yeriko tertawa kecil. “Boleh, siapa takut?”

 

Ketiga pria itu bersaing untuk minum. Akhirnya, Yeriko yang berhasil membuat Chandra dan Lutfi mabuk berat. Jheni dan Icha kewalahan mengurus Lutfi dan Chandra yang mabuk berat.

 

Yuna juga memapah Yeriko kembali ke kamar mereka.

 

Yeriko duduk di tempat tidur sambil memijat keningnya yang berdenyut.

 

“Kalian kenapa harus bersaing minum segala?” tanya Yuna sambil menyodorkan segelas air putih ke arah Yeriko.

 

Yeriko tersenyum sambil meraih gelas dari tangan Yuna. “Mereka selalu nantangin aku minum, tapi mereka nggak lebih kuat dari aku,” tutur Yeriko. Ia menenggak air putih sampai habis dan menyodorkan gelasnya kembali ke tangan Yuna.

 

Yuna langsung meletakkan kembali gelas tersebut ke atas meja.

 

“Uweek ...!” Yeriko langsung bangkit dan bergegas ke kamar mandi. Ia langsung memuntahkan isi perutnya.

 

Yuna tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Katanya kuat minum? Masih mabuk juga?”

 

“Setidaknya, nggak separah mereka,” jawab Yeriko. Ia merangkul tubuh Yuna dan menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur.

 

Yuna memperbaiki posisi tidur Yeriko dan menyelimutinya.

 

Yuna langsung menoleh ke arah ponsel yang tergeletak di atas meja. Ia bangkit dan meraih ponsel tersebut.

 

“Siapa yang telepon malam-malam begini?” tanya Yeriko sambil memejamkan mata.

 

“Bu Citra.”

 

“Bos kamu itu?”

 

“Iya.”

 

“Jawab aja, siapa tahu penting!”

 

Yuna mengangguk dan langsung menjawab panggilan dari Citra, Labor and Project Director di Wijaya Group.

 

“Halo ...!” sapa Yuna begitu ia menjawab panggilan teleponnya.

 

“Halo, Yuna. Gimana kabarnya?”

 

“Baik, Bu.”

 

“Maaf, Ibu ganggu malam-malam gini. Kira-kira, kamu bisa nggak ke kantor besok pagi?”

 

“Pagi?”

 

“Iya.”

 

“Kayaknya nggak bisa, Bu. Aku masih di Trawas. Gimana kalau lusa?”

 

 “Oke. Lusa aku tunggu ya!”

 

“Ada apa ya?” tanya Yuna.

 

“Kita bicarakan nanti kalau kamu sudah bisa ke kantor. Oke?”

 

“Oke.”

 

“Maaf, sudah ganggu kamu malam-malam gini. Sampai ketemu lagi!”

 

Yuna menatap layar ponselnya yang menunjukkan panggilan dari Citra sudah berakhir.

 

“Kenapa?” tanya Yeriko sambil memicingkan mata menatap Yuna.

 

“Disuruh dateng ke kantornya Lian.”

 

“Ada apa? Bukannya udah resign?”

 

“Nggak tahu,” jawab Yuna.

 

“Ya udah, nggak usah dipikirin!” pinta Yeriko sambil menarik tubuh Yuna ke dalam pelukannya. “Kita bikin Ye kecil aja!” bisiknya.

 

Yuna tersenyum sambil menatap Yeriko. “Yer, apa kamu udah siap jadi seorang ayah?” tanya Yuna sambil memainkan jari telunjuknya di leher Yeriko.

 

Yeriko langsung membuka mata dan menatap wajah Yuna. “Yakin!” jawabnya penuh percaya diri. “Kamu sendiri, apa sudah siap jadi Ibu?”

 

Yuna mengangguk sambil tersenyum. “Kita udah berusaha terus, tapi ... kenapa sampai sekarang belum berhasil juga?”

 

“Mmh ... mungkin Tuhan masih pengen kita main-main dulu. Ngasih kesempatan buat kita berdua dulu.”

 

“Kalau seandainya ... aku nggak bisa hamil juga, apa aku bakal dipecat jadi menantu keluarga Hadikusuma?” tanya Yuna dengan wajah muram.

 

“Ah, jangan berpikir terlalu jauh!” pinta Yeriko. “Kita periksa ke dokter minggu ini. Gimana?”

 

Yuna mengangguk dan membenamkan wajahnya ke dada Yeriko. Ia sangat berharap bisa memberikan keturunan untuk melengkapi kebahagiaan rumah tangga mereka.

 

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus.  Kasih Star Vote dan hadiah seikhlasnya biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi.

Selalu sapa aku dengan komen di bawah ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas