Keesokan harinya, Chandra dan dan Lutfi menunjukkan sifat
aslinya saat berlatih di ring tinju.
“Kamu nggak ikutan main?” tanya Yuna sambil menghampiri
Yeriko yang sedang duduk di kursi sambil mengamati kedua sahabatnya.
“Nggak ada lawannya, kamu mau main sama aku?” tanya Yeriko
sambil menatap wajah Yuna.
“Boleh,” jawab Yuna sambil tertawa kecil.
“Nggak yakin,” sahut Yeriko. “Kamu jadi lawanku di atas
ranjang aja, nggak usah di atas ring!” pintanya sambil mencubit dagu Yuna.
Yuna tersenyum dan langsung mengecup bibir Yeriko. “Siap,
Bos!”
Yeriko tersenyum dan langsung mengulum bibir Yuna penuh
kehangatan.
“Weh ...! Semalam masih kurang jatahnya? Sempat-sempatnya
mesum di sini!” teriak Lutfi dari atas ring tinju.
Yeriko langsung melepas ciumannya dan menoleh ke arah
Lutfi. “Ganggu orang aja!” sahutnya.
Yuna menjulurkan lidahnya ke arah Lutfi.
“Suami istri nggak berperasaan!” celetuk Lutfi. “Nggak
kasihan apa sama kita yang belum nikah ini?”
Yuna dan Yeriko tergelak mendengar ucapan Lutfi.
Lutfi langsung turun dari ring dan memberikan sarung
tinjunya kepada Yeriko. “Gantian!” perintahnya.
Yeriko menerima sarung tangan tersebut dan bergegas naik ke
atas ring untuk berlatih bersama Chandra.
“Icha sama Jheni mana?” tanya Lutfi.
“Kayaknya, mereka lagi jalan-jalan di luar.”
“Oh.” Lutfi duduk, ia meraih botol mineral yang ada di
sebelah Yuna dan menenggaknya hingga habis.
Yuna tersenyum, ia melihat Yeriko dan Chandra yang sedang
bergulat di atas ring.
“Eh, itu bukannya si Andre itu ya?” tanya Lutfi sambil
menunjuk ke arah pintu yang terbuka.
“Iya. Kok, dia di sini?” Yuna ikut menoleh ke arah pintu
dan langsung bertatapan dengan Andre.
“Sama siapa tuh?” tanya Lutfi sambil menatap gadis yang
menggandeng lengan Andre.
“Nggak tahu, mungkin pacarnya.” Yuna bangkit dan melangkah
menghampiri Andre.
Andre ikut melangkah menghampiri Yuna. “Kamu di sini juga,
Yun?”
Yuna menganggukkan kepala. “Kamu sendiri, ngapain di sini?”
“Liburan. Kamu?”
“Iya. Liburan juga sama suamiku dan temen-temen yang lain.”
“Rame-rame?”
Yuna menganggukkan kepala.
“Kayaknya asyik banget?”
“Iya. Eh, ini siapa kamu?” tanya Yuna sambil tersenyum ke
arah Yulia.
Yulia tersenyum, ia mengulurkan tangan ke arah Yuna.
“Yulia, tunangannya Andre.”
Yuna menyambut uluran tangan Yulia dan tersenyum manis.
“Ayuna. Temennya Andre waktu masih kecil.”
“Kamu kenapa nggak bilang kalo udah punya tunangan?” tanya
Yuna sambil menepuk lengan Andre.
“Kami baru aja tunangan,” sela Yulia.
“Oh ... selamat ya! Semoga hubungan kalian langgeng sampai
ke pelaminan. Awas aja kalo nikah nggak undang aku!” dengus Yuna sambil menatap
wajah Andre.
Andre terdiam selama beberapa saat. Ucapan selamat yang
keluar dari mulut Yuna begitu menyayat hatinya. Ia merasa hubungannya dengan
Yuna menjadi semakin jauh.
Yeriko menghentikan latihannya begitu melihat Yuna
berbincang dengan Andre. “Penggangu datang lagi,” celetuk Yeriko. Ia melepas
sarung tinju, melemparkannya begitu saja dan melompat turun dari ring tinju.
Chandra dan Lutfi saling pandang. Lutfi mengedikkan bahu.
Chandra turun dari ring dan menghampiri Lutfi.
“Kayaknya, bakal ada pertunjukkan bagus,” bisik Lutfi di
telinga Chandra.
Chandra hanya tersenyum kecil menanggapinya.
“Kamu ngapain di sini?” tanya Yeriko sambil menatap Andre
dan merangkul pinggang Yuna.
“Liburan,” jawab Andre santai.
“Kamu ngasih tahu dia kalo kita lagi di sini?” tanya Yeriko
sambil menoleh ke arah Yuna.
Yuna menggelengkan kepala.
“Kenapa dia ada di sini juga?”
“Tanya aja ke dia!” sahut Yuna sambil mengedikkan bahu.
“Aku ke sini buat liburan,” sela Andre. “Nggak sengaja
ketemu sama Yuna. Emang kalo jodoh itu nggak akan ke mana,” lanjutnya sambil
tersenyum.
“Jodoh apaan!? Yuna udah jadi istriku, masih aja kamu
kejar-kejar!” sentak Yeriko.
Andre tersenyum sinis. “Yuna nikah sama kamu karena
terpaksa. Kamu gunain ayahnya dia buat dapetin Yuna.”
“Seandainya yang biayain pengobatan ayah kamu itu aku. Apa
kamu juga bersedia nikah sama aku?” tanya Andre sambil menatap Yuna.
“Kamu apa-apaan sih, Ndre!?” sentak Yuna.
“Oh, jadi ini cewek yang lagi dikejar-kejar sama Andre. Dia
sudah bersuami?” batin Yulia dalam hati.
Yeriko menatap tajam ke arah Andre. “Aku nggak maksa Yuna
buat nikah. Dia sendiri yang bersedia jadi istriku!” tegasnya.
Andre tersenyum sinis. “Kamu pikir aku nggak tahu isinya
otak kamu yang licik itu?”
Yeriko mengepalkan tangannya sambil menatap Andre penuh
amarah.
Yuna langsung memeluk lengan Yeriko begitu menyadari kalau
emosi suaminya terpancing. “Udah, kita balik aja!” pinta Yuna sambil memutar
tubuh Yeriko yang kaku.
“Gimana kalo kita main tinju? Kalo kamu kalah, kamu nggak
boleh ngelarang aku deketin Yuna!” seru Andre.
“Kamu ke sini sama perempuan lain dan masih pengen ngerebut
Yuna dari aku?” Dengan cepat tangan Yeriko mencengkeram bagian depan kaos
Andre.
“Yer, nggak usah berantem!” pinta Yuna sambil berusaha
melepas lengan Yeriko dari tubuh Andre.
Yeriko melepaskan tangannya dan mendorong tubuh Andre.
Andre tertawa kecil. “Kenapa? Kamu takut kalah?”
tantangnya.
Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata.
“Oke. Aku ambil tantangan kamu. Kalo kamu kalah, mobil kamu harus kamu tinggal
di sini buat aku!”
Andre mengangkat dua alisnya. “Oke.” Andre menganggukkan
kepala. Permintaan Yeriko bukan hal yang sulit baginya. Ia pikir, Yeriko akan
memintanya menjauhi Yuna. Ternyata, Yeriko pria yang begitu terang-terangan.
“Kenapa kamu minta mobilnya dia?” bisik Yuna sambil
mengiringi langkah Yeriko.
“Lumayan kan dapet satu mobil Porsche,” jawab Yeriko sambil
memainkan alisnya.
“Licik! Aku pikir, kamu bakal nyuruh dia jauhin aku. Kayak
di film-film gitu.”
“Kamu kira ini drama? Biar cinta, tetep aja harus
realistis.” Yeriko tertawa kecil sambil memakai sarung tinju. “Aku percaya kalo
kamu nggak bakal berpaling dari aku. Buat apa aku minta dia jauhin kamu? Kamu
yang harus jauhin dia! Oke?” Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Yuna.
Yuna menganggukkan kepala.
“Mmh ... aku udah lemes banget nih. Butuh energi tambahan.
Cium!” pinta Yeriko sambil menyodorkan wajahnya ke hadapan Yuna.
Yuna tersenyum kecil sambil mengecup bibir Yeriko.
“Semangat!”
Yeriko mengerdipkan mata sambil mengacungkan jari
telunjuknya. “Porsche,” tuturnya tanpa suara.
Yuna tersenyum kecil sambil mengacungkan jempolnya. Ia tak
menyangka kalau suaminya yang sudah kaya raya itu begitu mata duitan.
Yuna menggigit jarinya sambil menatap Yeriko dan Andre yang
sudah saling berhadapan di atas ring. Ia langsung memejamkan mata begitu mereka
mulai saling pukul.
Sementara itu, Yulia sangat yakin kalau Andre akan
memenangkan pertandingan.
Andre terus menghujani pukulan ke arah Yeriko. Membuat
jantung Yuna ingin melompat dari tempatnya. “Ya Allah ... tolong suamiku,
jangan sampai kalah!” Ia terus berdoa dalam hati.
Pertahanan Yeriko sangat kuat. Meski dihujani pukulan
beberapa kali, ia masih bisa tetap bertahan.
Yeriko menatap tajam ke arah Andre. Ia mengamati napas dan
tenaga Andre yang semakin berkurang. Ia menoleh ke arah Yuna yang berdiri
menatapnya. Senyuman manis istrinya berhasil membuat semangatnya semakin
meningkat.
Dalam waktu beberapa menit, Yeriko balas menghujani pukulan
ke tubuh Andre hingga Andre tersungkur ke lantai dan tak sanggup bangkit lagi.
Yeriko tersenyum sinis. Ia melepas sarung tinju,
melemparkan tepat di hadapan Andre yang tak berdaya. “Payah! Kalau mau
main-main, jangan sama aku!”
Andre menatap Yeriko penuh kebencian. “Sial!”
Yulia langsung menghampiri Andre dan memapahnya turun dari
ring. Ia menatap sengit ke arah Yuna dan Yeriko. Ia langsung membawa Andre
keluar dari ruang olahraga tersebut.
Yuna dan Yeriko tersenyum sambil menatap kepergian Andre
dan Yulia.
“Good job, My Husband!” seru Yuna. Ia langsung mengusap
peluh Yeriko menggunakan handuk kecil yang ia bawa.
Yeriko tersenyum. “Dapet dua-duanya kan? Aku bisa ngelarang
Andre deketin kamu dan dapet kunci mobil sekalian.”
(( Bersambung ... ))
Makasih udah dukung cerita ini terus.
Selalu sapa aku dengan komen di bawah ya! Kasih
kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi

0 komentar:
Post a Comment