Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 192 - Two Fighter, One Porsche || a Romance Novel by Vella Nine

 


Keesokan harinya, Chandra dan dan Lutfi menunjukkan sifat aslinya saat berlatih di ring tinju.

 

“Kamu nggak ikutan main?” tanya Yuna sambil menghampiri Yeriko yang sedang duduk di kursi sambil mengamati kedua sahabatnya.

 

“Nggak ada lawannya, kamu mau main sama aku?” tanya Yeriko sambil menatap wajah Yuna.

 

“Boleh,” jawab Yuna sambil tertawa kecil.

 

“Nggak yakin,” sahut Yeriko. “Kamu jadi lawanku di atas ranjang aja, nggak usah di atas ring!” pintanya sambil mencubit dagu Yuna.

 

Yuna tersenyum dan langsung mengecup bibir Yeriko. “Siap, Bos!”

 

Yeriko tersenyum dan langsung mengulum bibir Yuna penuh kehangatan.

 

“Weh ...! Semalam masih kurang jatahnya? Sempat-sempatnya mesum di sini!” teriak Lutfi dari atas ring tinju.

 

Yeriko langsung melepas ciumannya dan menoleh ke arah Lutfi. “Ganggu orang aja!” sahutnya.

 

Yuna menjulurkan lidahnya ke arah Lutfi.

 

“Suami istri nggak berperasaan!” celetuk Lutfi. “Nggak kasihan apa sama kita yang belum nikah ini?”

 

Yuna dan Yeriko tergelak mendengar ucapan Lutfi.

 

Lutfi langsung turun dari ring dan memberikan sarung tinjunya kepada Yeriko. “Gantian!” perintahnya.

 

Yeriko menerima sarung tangan tersebut dan bergegas naik ke atas ring untuk berlatih bersama Chandra.

 

“Icha sama Jheni mana?” tanya Lutfi.

 

“Kayaknya, mereka lagi jalan-jalan di luar.”

 

“Oh.” Lutfi duduk, ia meraih botol mineral yang ada di sebelah Yuna dan menenggaknya hingga habis.

 

Yuna tersenyum, ia melihat Yeriko dan Chandra yang sedang bergulat di atas ring.

 

“Eh, itu bukannya si Andre itu ya?” tanya Lutfi sambil menunjuk ke arah pintu yang terbuka.

 

“Iya. Kok, dia di sini?” Yuna ikut menoleh ke arah pintu dan langsung bertatapan dengan Andre.

 

“Sama siapa tuh?” tanya Lutfi sambil menatap gadis yang menggandeng lengan Andre.

 

“Nggak tahu, mungkin pacarnya.” Yuna bangkit dan melangkah menghampiri Andre.

 

Andre ikut melangkah menghampiri Yuna. “Kamu di sini juga, Yun?”

 

Yuna menganggukkan kepala. “Kamu sendiri, ngapain di sini?”

 

“Liburan. Kamu?”

 

“Iya. Liburan juga sama suamiku dan temen-temen yang lain.”

 

“Rame-rame?”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Kayaknya asyik banget?”

 

“Iya. Eh, ini siapa kamu?” tanya Yuna sambil tersenyum ke arah Yulia.

 

Yulia tersenyum, ia mengulurkan tangan ke arah Yuna. “Yulia, tunangannya Andre.”

 

Yuna menyambut uluran tangan Yulia dan tersenyum manis. “Ayuna. Temennya Andre waktu masih kecil.”

 

“Kamu kenapa nggak bilang kalo udah punya tunangan?” tanya Yuna sambil menepuk lengan Andre.

 

“Kami baru aja tunangan,” sela Yulia.

 

“Oh ... selamat ya! Semoga hubungan kalian langgeng sampai ke pelaminan. Awas aja kalo nikah nggak undang aku!” dengus Yuna sambil menatap wajah Andre.

 

Andre terdiam selama beberapa saat. Ucapan selamat yang keluar dari mulut Yuna begitu menyayat hatinya. Ia merasa hubungannya dengan Yuna menjadi semakin jauh.

 

Yeriko menghentikan latihannya begitu melihat Yuna berbincang dengan Andre. “Penggangu datang lagi,” celetuk Yeriko. Ia melepas sarung tinju, melemparkannya begitu saja dan melompat turun dari ring tinju.

 

Chandra dan Lutfi saling pandang. Lutfi mengedikkan bahu. Chandra turun dari ring dan menghampiri Lutfi.

 

“Kayaknya, bakal ada pertunjukkan bagus,” bisik Lutfi di telinga Chandra.

 

Chandra hanya tersenyum kecil menanggapinya.

 

“Kamu ngapain di sini?” tanya Yeriko sambil menatap Andre dan merangkul pinggang Yuna.

 

“Liburan,” jawab Andre santai.

 

“Kamu ngasih tahu dia kalo kita lagi di sini?” tanya Yeriko sambil menoleh ke arah Yuna.

 

Yuna menggelengkan kepala.

 

“Kenapa dia ada di sini juga?”

 

“Tanya aja ke dia!” sahut Yuna sambil mengedikkan bahu.

 

“Aku ke sini buat liburan,” sela Andre. “Nggak sengaja ketemu sama Yuna. Emang kalo jodoh itu nggak akan ke mana,” lanjutnya sambil tersenyum.

 

“Jodoh apaan!? Yuna udah jadi istriku, masih aja kamu kejar-kejar!” sentak Yeriko.

 

Andre tersenyum sinis. “Yuna nikah sama kamu karena terpaksa. Kamu gunain ayahnya dia buat dapetin Yuna.”

 

“Seandainya yang biayain pengobatan ayah kamu itu aku. Apa kamu juga bersedia nikah sama aku?” tanya Andre sambil menatap Yuna.

 

“Kamu apa-apaan sih, Ndre!?” sentak Yuna.

 

“Oh, jadi ini cewek yang lagi dikejar-kejar sama Andre. Dia sudah bersuami?” batin Yulia dalam hati.

 

Yeriko menatap tajam ke arah Andre. “Aku nggak maksa Yuna buat nikah. Dia sendiri yang bersedia jadi istriku!” tegasnya.

 

Andre tersenyum sinis. “Kamu pikir aku nggak tahu isinya otak kamu yang licik itu?”

 

Yeriko mengepalkan tangannya sambil menatap Andre penuh amarah.

 

Yuna langsung memeluk lengan Yeriko begitu menyadari kalau emosi suaminya terpancing. “Udah, kita balik aja!” pinta Yuna sambil memutar tubuh Yeriko yang kaku.

 

“Gimana kalo kita main tinju? Kalo kamu kalah, kamu nggak boleh ngelarang aku deketin Yuna!” seru Andre.

 

“Kamu ke sini sama perempuan lain dan masih pengen ngerebut Yuna dari aku?” Dengan cepat tangan Yeriko mencengkeram bagian depan kaos Andre.

 

“Yer, nggak usah berantem!” pinta Yuna sambil berusaha melepas lengan Yeriko dari tubuh Andre.

 

Yeriko melepaskan tangannya dan mendorong tubuh Andre.

 

Andre tertawa kecil. “Kenapa? Kamu takut kalah?” tantangnya.

 

Yeriko menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan mata. “Oke. Aku ambil tantangan kamu. Kalo kamu kalah, mobil kamu harus kamu tinggal di sini buat aku!”

 

Andre mengangkat dua alisnya. “Oke.” Andre menganggukkan kepala. Permintaan Yeriko bukan hal yang sulit baginya. Ia pikir, Yeriko akan memintanya menjauhi Yuna. Ternyata, Yeriko pria yang begitu terang-terangan.

 

“Kenapa kamu minta mobilnya dia?” bisik Yuna sambil mengiringi langkah Yeriko.

 

“Lumayan kan dapet satu mobil Porsche,” jawab Yeriko sambil memainkan alisnya.

 

“Licik! Aku pikir, kamu bakal nyuruh dia jauhin aku. Kayak di film-film gitu.”

 

“Kamu kira ini drama? Biar cinta, tetep aja harus realistis.” Yeriko tertawa kecil sambil memakai sarung tinju. “Aku percaya kalo kamu nggak bakal berpaling dari aku. Buat apa aku minta dia jauhin kamu? Kamu yang harus jauhin dia! Oke?” Ia mendekatkan wajahnya ke wajah Yuna.

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

“Mmh ... aku udah lemes banget nih. Butuh energi tambahan. Cium!” pinta Yeriko sambil menyodorkan wajahnya ke hadapan Yuna.

 

Yuna tersenyum kecil sambil mengecup bibir Yeriko. “Semangat!”

 

Yeriko mengerdipkan mata sambil mengacungkan jari telunjuknya. “Porsche,” tuturnya tanpa suara.

 

Yuna tersenyum kecil sambil mengacungkan jempolnya. Ia tak menyangka kalau suaminya yang sudah kaya raya itu begitu mata duitan.

 

Yuna menggigit jarinya sambil menatap Yeriko dan Andre yang sudah saling berhadapan di atas ring. Ia langsung memejamkan mata begitu mereka mulai saling pukul.

 

Sementara itu, Yulia sangat yakin kalau Andre akan memenangkan pertandingan.

 

Andre terus menghujani pukulan ke arah Yeriko. Membuat jantung Yuna ingin melompat dari tempatnya. “Ya Allah ... tolong suamiku, jangan sampai kalah!” Ia terus berdoa dalam hati.

 

Pertahanan Yeriko sangat kuat. Meski dihujani pukulan beberapa kali, ia masih bisa tetap bertahan.

 

Yeriko menatap tajam ke arah Andre. Ia mengamati napas dan tenaga Andre yang semakin berkurang. Ia menoleh ke arah Yuna yang berdiri menatapnya. Senyuman manis istrinya berhasil membuat semangatnya semakin meningkat.

 

Dalam waktu beberapa menit, Yeriko balas menghujani pukulan ke tubuh Andre hingga Andre tersungkur ke lantai dan tak sanggup bangkit lagi.

 

Yeriko tersenyum sinis. Ia melepas sarung tinju, melemparkan tepat di hadapan Andre yang tak berdaya. “Payah! Kalau mau main-main, jangan sama aku!”

 

Andre menatap Yeriko penuh kebencian. “Sial!”

 

Yulia langsung menghampiri Andre dan memapahnya turun dari ring. Ia menatap sengit ke arah Yuna dan Yeriko. Ia langsung membawa Andre keluar dari ruang olahraga tersebut.

 

Yuna dan Yeriko tersenyum sambil menatap kepergian Andre dan Yulia.

 

“Good job, My Husband!” seru Yuna. Ia langsung mengusap peluh Yeriko menggunakan handuk kecil yang ia bawa.

 

Yeriko tersenyum. “Dapet dua-duanya kan? Aku bisa ngelarang Andre deketin kamu dan dapet kunci mobil sekalian.”

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus.

Selalu sapa aku dengan komen di bawah ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas