Tuesday, May 20, 2025

Perfect Hero Bab 190 - Holiday in Vanda || a Romance Novel by Vella Nine

 


Setelah menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya, Yuna dan Yeriko sampai di Vanda. Salah satu resort mewah milik keluarga Lutfi.

 

“Yer, kenapa tiba-tiba ngajak liburan?” tanya Yuna sambil masuk ke dalam kamar untuk menyimpan koper yang ia bawa.

 

“Suntuk. Pengen liburan,” jawab Yeriko sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.

 

“Tumben banget? Ini kan hari kerja. Kenapa nggak nunggu weekend?”

 

“Aku maunya sekarang. Sini!” pinta Yeriko sambil menepuk kasur di sampingnya.

 

“Apa?” tanya Yuna sambil naik ke kasur dan duduk di sebelah Yeriko.

 

Yeriko menarik tubuh Yuna ke dalam pelukannya. “Apa masih takut?”

 

Yuna menggelengkan kepala.

 

“Sebenarnya, apa yang bikin kamu takut?”

 

“Kamu,” jawab Yuna sambil meringis.

 

“Apa aku harus pergi supaya kamu nggak takut lagi?”

 

“Jangan! Aku takut kalo kamu nggak ada lagi di samping aku. Sekarang, aku cuma punya kamu.”

 

“Kalo gitu, kamu harus ngomong sama aku kalo lagi ada masalah!” pinta Yeriko.

 

Yuna mengangguk. Ia tersenyum sambil meletakkan wajahnya ke dada Yeriko.

 

Beberapa menit kemudian, mereka berkumpul di meja makan.

 

“Yer, abis makan kita berenang!” ajak Lutfi.

 

“Boleh.”

 

“Balapan. Siapa yang paling cepat, boleh minta apa aja,” tutur Lutfi.

 

“Kalian berdua aja!” pinta Yeriko. “Aku lagi nggak butuh apa-apa. Jadi wasit aja.”

 

“Jiiaah … sombongnya keluar lagi,” sahut Lutfi.

 

Yeriko tersenyum kecil. “Aku yang nentuin tantangannya. Gimana?”

 

“Boleh,” sahut Lutfi. “Gimana, Chan?” tanyanya sambil menatap Chandra.

 

Chandra tersenyum sambil menganggukkan kepala.

 

“Apa tantangannya?”  tanya Lutfi.

 

“Yang kalah, harus masak buat kita semua malam ini. Sendirian. Gimana?”

 

“Oke. Tantangan diterima!” sahut Lutfi.

 

Yuna dan kedua sahabatnya tersenyum melihat tiga pria yang begitu hangat di meja makan.

 

“Cha, kenapa kamu kurusan?” tanya Yuna sambil memerhatikan Icha.

 

“Eh!? Masa sih?”

 

“Makanmu gak teratur? Banyak kerjaan? Atau lagi banyak tekanan?” tanya Yuna sambil menatap Icha.

 

“Nggak ada. Aku baik-baik aja,” jawab Icha.

 

“Ck, akhir-akhir ini aku lihat kamu selalu murung. Kalau ada masalah, cerita ke kita!” pinta Yuna. “Kamu anggap kita orang asing?” tanya Yuna sambil melirik Lutfi.

 

Lutfi langsung salah tingkah begitu Yuna melirik ke arahnya.

 

“Lutfi ...!” seru Yuna.

 

“Apa sih? Aku deket ini, nggak usah teriak,” sahut Lutfi sambil menatap Yuna.

 

“Kamu itu pacarnya Icha, nggak perhatiin dia?”

 

“Eh!? Perhatiin, kok. Dia baik-baik aja. Kayak yang dia bilang.”

 

Yuna menatap wajah Lutfi tanpa berkedip. “Hubungan kalian lagi ada masalah?”

 

“Eh!? Enggak. Kami baik-baik aja. Iya kan, Cha?” jawab Lutfi sambil merangkul Icha yang duduk di sampingnya.

 

Icha tersenyum sambil menganggukkan kepala.

 

“Kalau kamu berani macam-macam sama Icha, awas aja ya! Kita nggak akan ngelepasin kamu.” ancam Yuna sambil menatap ke arah Lutfi.

 

“Eh!? Nggaklah. Masa aku tega macam-macam sama pacar aku sendiri?”

 

Yuna mencebik ke arah Lutfi.

 

“Kakak Ipar, kenapa kalo sama aku sewot banget? Chandra tuh, nggak pernah disewotin.”

 

“Karena kamu yang paling slengean!” dengus Yuna.

 

Lutfi tertawa kecil menanggapi ucapan Yuna. “Kalo nggak ada orang kayak aku, dunia ini nggak rame.” semua orang tertawa lalu melanjutkan makannya.

 

Usai makan, mereka bersiap untuk berenang di kolam renang milik Vanda. Sesuai kesepakatan, Yeriko berdiri di tepi kolam sambil memegang stopwatch. Lutfi dan Chandra memulai aksi mereka, menunjukkan kecepatan berenangnya masing-masing.

 

“Huu ... menang!” seru Lutfi sambil naik ke lantai.

 

Chandra hanya tersenyum kecil sambil keluar dari kolam renang.

 

“Chan, siap-siap masak buat kita!” seru Lutfi.

 

Chandra menganggukkan kepala.

 

“Yer, kamu mau makan apa aja?” tanya Lutfi sambil menoleh ke arah Yeriko.

 

“Sate. Cocok,” sahut Yeriko.

 

“Kakak Ipar mau makan apa?” tanya Lutfi sambil menatap Yuna. “Kalian juga?” tanyanya pada Icha dan Jheni.

 

“Mmh ... apa ya?” Yuna mengetuk-ngetuk dagunya.

 

“Yang agak susah masaknya!” pinta Lutfi. “Ngerjain orang jangan setengah-setengah. Dosanya sama, hahaha.”

 

Yuna tergelak mendengar ucapan Lutfi. “Aku mau bebek bakar, pakai sambal yang pedas.”

 

“Cari bebeknya di mana?” sahut Chandra. “Kamu mau nyusahin aku?”

 

Yuna menjulurkan lidahnya. “Di pasar pasti ada.”

 

Chandra menggeleng-gelengkan kepala. Teman-temannya, sepertinya sengaja mengerjai dirinya.

 

“Cha, kamu mau makan apa ntar malem?” tanya Lutfi.

 

“Ayam bakar aja.”

 

“Hadeh, Cha. Yang agak susah dikit napa? Ayam bakar? Apaan itu? Gampang banget buatnya,” sahut Lutfi. “Jhen, kamu mau makan apa?” Lutfi menatap Jheni.

 

“Ikut aja sama yang lain.”

 

“Halah, kamu pasti nggak tega kan sama Chandra?” sahut Lutfi.

 

Jheni hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Lutfi.

 

“Giliran aku,” tutur Lutfi. “Chan, dengerin baik-baik ya! Aku mau makan rendang, Gudeg, rica-rica mentok, iga bakar sama kepiting.”

 

Chandra mengeratkan bibirnya, ia berkacak pinggang sambil menatap tajam ke arah Lutfi.

 

“Astaga! Body Chandra bagus banget!” seru Jheny dalam hati.

 

Lutfi tergelak mendapati tatapan Chandra.

 

“Kamu minta dibunuh, Lut?” Chandra langsung merangkul leher Lutfi dan menceburkan diri kembali ke kolam.

 

Yeriko tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala melihat tingkah dua sahabatnya itu.

 

Chandra dengan sengaja menenggelamkan kepala Lutfi selama beberapa detik.

 

Icha yang melihatnya langsung panik dan berlari ke tepi kolam. “Chan, kamu gila ya! Lepasin Lutfi!” teriaknya.

 

Chandra melepas tangannya dari kepala Lutfi.

 

Lutfi langsung muncul dari balik air dan bernapas lega.

 

Chandra tersenyum dan kembali menenggelamkan kepala Lutfi. Lutfi langsung menarik kaki Chandra dan membuatnya masuk ke dalam air. Mereka terus bergulat di dalam air.

 

“Yer, pisahin mereka!” pinta Jheni. Ia mulai panik melihat pergulatan antara Lutfi dan Chandra. “Mereka berantem beneran!”

 

Yeriko tertawa kecil. “Mereka nggak bakal mati. Kalo udah capek, berhenti sendiri,” tuturnya.

 

Yuna ikut tertawa. “Mereka sering kayak gitu?”

 

Yeriko mengangguk. Ia duduk di sebelah Yuna sambil memerhatikan Chandra dan Lutfi yang masih bergulat di dalam air.

 

“Udah, Chan!” seru Jheni. Ia ikut masuk ke dalam air dan menahan tubuh Chandra. Begitu juga dengan Icha.

 

Lutfi tergelak sambil menatap Chandra. “Buruan cari bahan buat dimasak!”

 

“Awas kamu! Tunggu pembalasanku!” dengus Chandra kesal. Ia dan Jheni langsung keluar dari dalam kolam.

 

Lutfi terus tersenyum sambil memeluk tubuh Icha. “Jhen, bantuin Chandra sebelum dia nangis!” seru Lutfi sambil tertawa.

 

“Kamu ini ... kenapa sih seneng banget ngerjain orang?” tanya Icha.

 

“Biar aja. Kapan lagi bisa ngerjain Chandra,” sahutnya sambil mengecup pipi Icha. “Berenang lagi, yuk!” ajaknya.

 

Sementara itu, Yuna dan Yeriko memilih untuk duduk santai di tepi kolam.

 

“Yer, aku ngerasa hubungan Icha dan Lutfi nggak begitu baik. Kayaknya, mereka sering berantem di belakang kita.”

 

“Nggak usah mikir macem-macem! Mereka kelihatan baik-baik aja.”

 

“Baik-baik aja gimana? Icha kelihatan murung akhir-akhir ini. Dia juga kurusan. Kalo dia nggak mau cerita masalahnya, pasti ada hubungannya sama Lutfi.”

 

“Udahlah, nggak usah ngurusin hubungan mereka. Mereka udah dewasa. Sini!” Yeriko menarik Yuna ke pangkuannya. “Nggak mau berenang lagi?”

 

Yuna menggelengkan kepala. “Dingin.”

 

“Mau aku hangatin?” tanya Yeriko sambil menatap wajah Yuna.

 

“Caranya?”

 

Yeriko langsung mengecup bibir Yuna. “Ayo, kita mandi!”

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko langsung menggendong tubuh Yuna menuju ke kamar mandi. Yeriko menurunkan tubuh Yuna di depan toilet wanita dan bergegas pergi ke toilet pria.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga, bikin aku makin semangat deh.

Selalu sapa aku dengan komen di bawah ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas