Setelah
menempuh perjalanan selama dua jam. Akhirnya, Yuna dan Yeriko sampai di Vanda.
Salah satu resort mewah milik keluarga Lutfi.
“Yer,
kenapa tiba-tiba ngajak liburan?” tanya Yuna sambil masuk ke dalam kamar untuk
menyimpan koper yang ia bawa.
“Suntuk.
Pengen liburan,” jawab Yeriko sambil merebahkan tubuhnya ke kasur.
“Tumben
banget? Ini kan hari kerja. Kenapa nggak nunggu weekend?”
“Aku
maunya sekarang. Sini!” pinta Yeriko sambil menepuk kasur di sampingnya.
“Apa?”
tanya Yuna sambil naik ke kasur dan duduk di sebelah Yeriko.
Yeriko
menarik tubuh Yuna ke dalam pelukannya. “Apa masih takut?”
Yuna
menggelengkan kepala.
“Sebenarnya,
apa yang bikin kamu takut?”
“Kamu,”
jawab Yuna sambil meringis.
“Apa
aku harus pergi supaya kamu nggak takut lagi?”
“Jangan!
Aku takut kalo kamu nggak ada lagi di samping aku. Sekarang, aku cuma punya
kamu.”
“Kalo
gitu, kamu harus ngomong sama aku kalo lagi ada masalah!” pinta Yeriko.
Yuna
mengangguk. Ia tersenyum sambil meletakkan wajahnya ke dada Yeriko.
Beberapa
menit kemudian, mereka berkumpul di meja makan.
“Yer,
abis makan kita berenang!” ajak Lutfi.
“Boleh.”
“Balapan.
Siapa yang paling cepat, boleh minta apa aja,” tutur Lutfi.
“Kalian
berdua aja!” pinta Yeriko. “Aku lagi nggak butuh apa-apa. Jadi wasit aja.”
“Jiiaah
… sombongnya keluar lagi,” sahut Lutfi.
Yeriko
tersenyum kecil. “Aku yang nentuin tantangannya. Gimana?”
“Boleh,”
sahut Lutfi. “Gimana, Chan?” tanyanya sambil menatap Chandra.
Chandra
tersenyum sambil menganggukkan kepala.
“Apa
tantangannya?” tanya Lutfi.
“Yang
kalah, harus masak buat kita semua malam ini. Sendirian. Gimana?”
“Oke.
Tantangan diterima!” sahut Lutfi.
Yuna
dan kedua sahabatnya tersenyum melihat tiga pria yang begitu hangat di meja
makan.
“Cha,
kenapa kamu kurusan?” tanya Yuna sambil memerhatikan Icha.
“Eh!?
Masa sih?”
“Makanmu
gak teratur? Banyak kerjaan? Atau lagi banyak tekanan?” tanya Yuna sambil
menatap Icha.
“Nggak
ada. Aku baik-baik aja,” jawab Icha.
“Ck,
akhir-akhir ini aku lihat kamu selalu murung. Kalau ada masalah, cerita ke
kita!” pinta Yuna. “Kamu anggap kita orang asing?” tanya Yuna sambil melirik
Lutfi.
Lutfi
langsung salah tingkah begitu Yuna melirik ke arahnya.
“Lutfi
...!” seru Yuna.
“Apa
sih? Aku deket ini, nggak usah teriak,” sahut Lutfi sambil menatap Yuna.
“Kamu
itu pacarnya Icha, nggak perhatiin dia?”
“Eh!?
Perhatiin, kok. Dia baik-baik aja. Kayak yang dia bilang.”
Yuna
menatap wajah Lutfi tanpa berkedip. “Hubungan kalian lagi ada masalah?”
“Eh!?
Enggak. Kami baik-baik aja. Iya kan, Cha?” jawab Lutfi sambil merangkul Icha
yang duduk di sampingnya.
Icha
tersenyum sambil menganggukkan kepala.
“Kalau
kamu berani macam-macam sama Icha, awas aja ya! Kita nggak akan ngelepasin
kamu.” ancam Yuna sambil menatap ke arah Lutfi.
“Eh!?
Nggaklah. Masa aku tega macam-macam sama pacar aku sendiri?”
Yuna
mencebik ke arah Lutfi.
“Kakak
Ipar, kenapa kalo sama aku sewot banget? Chandra tuh, nggak pernah disewotin.”
“Karena
kamu yang paling slengean!” dengus Yuna.
Lutfi
tertawa kecil menanggapi ucapan Yuna. “Kalo nggak ada orang kayak aku, dunia
ini nggak rame.” semua orang tertawa lalu melanjutkan makannya.
Usai
makan, mereka bersiap untuk berenang di kolam renang milik Vanda. Sesuai
kesepakatan, Yeriko berdiri di tepi kolam sambil memegang stopwatch. Lutfi dan
Chandra memulai aksi mereka, menunjukkan kecepatan berenangnya masing-masing.
“Huu
... menang!” seru Lutfi sambil naik ke lantai.
Chandra
hanya tersenyum kecil sambil keluar dari kolam renang.
“Chan,
siap-siap masak buat kita!” seru Lutfi.
Chandra
menganggukkan kepala.
“Yer,
kamu mau makan apa aja?” tanya Lutfi sambil menoleh ke arah Yeriko.
“Sate.
Cocok,” sahut Yeriko.
“Kakak
Ipar mau makan apa?” tanya Lutfi sambil menatap Yuna. “Kalian juga?” tanyanya
pada Icha dan Jheni.
“Mmh
... apa ya?” Yuna mengetuk-ngetuk dagunya.
“Yang
agak susah masaknya!” pinta Lutfi. “Ngerjain orang jangan setengah-setengah.
Dosanya sama, hahaha.”
Yuna
tergelak mendengar ucapan Lutfi. “Aku mau bebek bakar, pakai sambal yang
pedas.”
“Cari
bebeknya di mana?” sahut Chandra. “Kamu mau nyusahin aku?”
Yuna
menjulurkan lidahnya. “Di pasar pasti ada.”
Chandra
menggeleng-gelengkan kepala. Teman-temannya, sepertinya sengaja mengerjai
dirinya.
“Cha,
kamu mau makan apa ntar malem?” tanya Lutfi.
“Ayam
bakar aja.”
“Hadeh,
Cha. Yang agak susah dikit napa? Ayam bakar? Apaan itu? Gampang banget
buatnya,” sahut Lutfi. “Jhen, kamu mau makan apa?” Lutfi menatap Jheni.
“Ikut
aja sama yang lain.”
“Halah,
kamu pasti nggak tega kan sama Chandra?” sahut Lutfi.
Jheni
hanya tersenyum kecil menanggapi ucapan Lutfi.
“Giliran
aku,” tutur Lutfi. “Chan, dengerin baik-baik ya! Aku mau makan rendang, Gudeg,
rica-rica mentok, iga bakar sama kepiting.”
Chandra
mengeratkan bibirnya, ia berkacak pinggang sambil menatap tajam ke arah Lutfi.
“Astaga!
Body Chandra bagus banget!” seru Jheny dalam hati.
Lutfi
tergelak mendapati tatapan Chandra.
“Kamu
minta dibunuh, Lut?” Chandra langsung merangkul leher Lutfi dan menceburkan
diri kembali ke kolam.
Yeriko
tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala melihat tingkah dua sahabatnya itu.
Chandra
dengan sengaja menenggelamkan kepala Lutfi selama beberapa detik.
Icha
yang melihatnya langsung panik dan berlari ke tepi kolam. “Chan, kamu gila ya!
Lepasin Lutfi!” teriaknya.
Chandra
melepas tangannya dari kepala Lutfi.
Lutfi
langsung muncul dari balik air dan bernapas lega.
Chandra
tersenyum dan kembali menenggelamkan kepala Lutfi. Lutfi langsung menarik kaki
Chandra dan membuatnya masuk ke dalam air. Mereka terus bergulat di dalam air.
“Yer,
pisahin mereka!” pinta Jheni. Ia mulai panik melihat pergulatan antara Lutfi
dan Chandra. “Mereka berantem beneran!”
Yeriko
tertawa kecil. “Mereka nggak bakal mati. Kalo udah capek, berhenti sendiri,”
tuturnya.
Yuna
ikut tertawa. “Mereka sering kayak gitu?”
Yeriko
mengangguk. Ia duduk di sebelah Yuna sambil memerhatikan Chandra dan Lutfi yang
masih bergulat di dalam air.
“Udah,
Chan!” seru Jheni. Ia ikut masuk ke dalam air dan menahan tubuh Chandra. Begitu
juga dengan Icha.
Lutfi
tergelak sambil menatap Chandra. “Buruan cari bahan buat dimasak!”
“Awas
kamu! Tunggu pembalasanku!” dengus Chandra kesal. Ia dan Jheni langsung keluar
dari dalam kolam.
Lutfi
terus tersenyum sambil memeluk tubuh Icha. “Jhen, bantuin Chandra sebelum dia
nangis!” seru Lutfi sambil tertawa.
“Kamu
ini ... kenapa sih seneng banget ngerjain orang?” tanya Icha.
“Biar
aja. Kapan lagi bisa ngerjain Chandra,” sahutnya sambil mengecup pipi Icha.
“Berenang lagi, yuk!” ajaknya.
Sementara
itu, Yuna dan Yeriko memilih untuk duduk santai di tepi kolam.
“Yer,
aku ngerasa hubungan Icha dan Lutfi nggak begitu baik. Kayaknya, mereka sering
berantem di belakang kita.”
“Nggak
usah mikir macem-macem! Mereka kelihatan baik-baik aja.”
“Baik-baik
aja gimana? Icha kelihatan murung akhir-akhir ini. Dia juga kurusan. Kalo dia
nggak mau cerita masalahnya, pasti ada hubungannya sama Lutfi.”
“Udahlah,
nggak usah ngurusin hubungan mereka. Mereka udah dewasa. Sini!” Yeriko menarik
Yuna ke pangkuannya. “Nggak mau berenang lagi?”
Yuna
menggelengkan kepala. “Dingin.”
“Mau
aku hangatin?” tanya Yeriko sambil menatap wajah Yuna.
“Caranya?”
Yeriko
langsung mengecup bibir Yuna. “Ayo, kita mandi!”
Yuna
menganggukkan kepala.
Yeriko
langsung menggendong tubuh Yuna menuju ke kamar mandi. Yeriko menurunkan tubuh
Yuna di depan toilet wanita dan bergegas pergi ke toilet pria.
(( Bersambung ... ))
Makasih udah dukung cerita ini terus. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga, bikin aku makin semangat deh.
Selalu sapa aku dengan komen di bawah ya! Kasih
kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi

0 komentar:
Post a Comment