Monday, February 17, 2025

Perfect Hero Bab 150 Rapat Dadakan || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Pak Bos, semua dewan komisaris sudah menunggu di ruang rapat,” tutur Riyan sambil membukakan pintu mobil untuk Yeriko.

 

Yeriko mengangguk kecil. Ia keluar dari mobil dan bergegas masuk ke gedung perkantoran miliknya.

 

“Pak, gosip soal Nyonya Muda mempengaruhi kredibilitas perusahaan kita. Sehingga, semua pemegang saham meminta untuk diadakan rapat secepatnya karena minggu ini saham perusahaan kita menurun drastis. Beberapa klien yang sedang dalam proses kontrak dengan perusahaan kita, memilih untuk membatalkan kerjasama dengan perusahaan kita.”

 

“Kamu atasi mereka. Soal dewan komisaris, aku atasi secepatnya. Semua bakal baik-baik aja.”

 

“He-em.” Riyan menganggukkan kepala.

 

Yeriko memasuki ruang rapat dan langsung duduk di kursinya. Ia menatap dingin semua orang yang telah menunggunya sejak beberapa menit yang lalu. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan jemari tangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

 

“Ehem ...!” Salah satu dewan komisaris tertua berdehem, sebab Yeriko tak kunjung mengatakan apa pun untuk membuka rapat.

 

“Sampaikan! Apa yang kalian inginkan?” Yeriko menatap dingin ke semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.

 

Semua orang saling pandang dan berbisik selama beberapa saat.

 

“Mmh ... Direktur Ye, saham perusahaan kita merosot drastis minggu ini. Ini pertama kalinya Galaxy Group mengalami krisis kepercayaan. Berita yang beredar di media, sangat mempengaruhi kredibilitas perusahaan.”

 

“Terus?” Yeriko menanggapinya dengan santai.

 

“Kalau saham terus menurun, kita bisa mengalami kerugian terus-menerus. Apa yang akan Anda lakukan untuk menghadapi krisis ini?”

 

Yeriko tersenyum sinis. “Ini cuma sebentar. Setelah kehebohan ini terjadi, semua akan kembali seperti semula dan akan lebih baik lagi.”

 

Semua dewan komisaris menatap Yeriko dan saling berbisik. Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Yeriko karena sikap Yeriko yang begitu santai menghadapi krisis kepercayaan di perusahaannya.

 

“Pak Ye, kalau tidak diselesaikan dengan cepat, kami khawatir akan terus merugi,” sahut yang lain. “Jika tidak bisa diselesaikan dalam waktu satu minggu, kami akan menarik seluruh investasi.”

 

Yeriko tersenyum kecil. “Kalian mau ngancam saya?”

 

“Kami nggak punya pilihan lain.”

 

“Oke. Satu minggu, semua akan kembali seperti semula!” tegas Yeriko.

 

Semua orang yang ada di dalam ruang rapat berbisik dan mengangguk-anggukkan kepala.

 

“Kami percaya sama Anda. Kami beri waktu satu minggu untuk menyelesaikan masalah ini.”

 

“Oke.” Yeriko menganggukkan kepala.

 

Semua orang masih saling berbisik. Walau mereka percaya dengan kinerja Yeriko, tapi tetap saja merasa khawatir kalau Yeriko tidak bisa menyelesaikan masalah keluarganya hanya dalam waktu satu minggu.

 

“Ada lagi?” tanya Yeriko sambil menatap meja yang ada di depannya.

 

Semua orang diam, tak ada yang mengeluarkan pertanyaan atau pernyataan sedikitpun di depan Yeriko.

 

Yeriko langsung bangkit dari tempat duduknya. “Kalau udah nggak ada, aku pergi dulu!” pamit Yeriko. Ia bergegas meninggalkan ruang rapat bersama dengan Riyan.

 

Yeriko masuk ke ruang kerja sembari membanting pintu dengan keras. Ia duduk di kursi kerjanya sambil menyandarkan punggungnya.

 

“Gimana hasil pelacakan majalah itu?” tanya Yeriko sambil melonggarkan dasinya.

 

“Penulis artikelnya menggunakan akun anonim untuk menyebarkan rumor. Masih ditangani oleh departemen IT untuk mencari tahu dari mana posisi pelaku saat mengakses internet.”

 

“Dua jam!” pinta Yeriko.

 

“Eh!?” Riyan melongo sambil menatap Yeriko.

 

“Saya kasih waktu dua jam buat dapetin semua informasinya!” sentak Yeriko.

 

“Oke, Pak!” sahut Riyan. Ia bergegas keluar dari ruang kerja Yeriko dan melangkahkan kakinya menuju ruang departemen IT.

 

“Selamat siang temen-temen!” sapa Riyan ramah.

 

“Siang!” sahut yang lainnya.

 

“Gimana soal data yang aku minta kemarin? Apa sudah ada hasilnya? Pak Ye cuma ngasih waktu dua jam dari sekarang,” tutur Riyan pada kepala Departemen IT.

 

“Masih proses, Mas Riyan.”

 

“Bisa dipercepat!” pintanya. “Pak Bos minta secepatnya.”

 

“Hah!? Oke. Oke.” Kepala Departemen langsung menepuk tangan meminta perhatian dari timnya. “Pekerjaan yang lain, kalian hold dulu sementara. Kerjain tugas dari Pak Ye untuk mencari pembuat berita di media.”

 

Semua mengangguk.

 

“Pak, saya sudah dapet IP pengguna. Dia mengakses internet lewat warnet saat mengunggah berita tersebut.” Salah satu IT junior telah lebih dahulu mendapatkan informasi.

 

“Warnet?” Riyan mengernyitkan dahi. “Apa itu artinya, nggak bisa dilacak?”

 

“Bisa. Harus menghubungi pemilik warnet untuk mencari tahu nama pelanggan yang mengakses komputer mereka di hari tersebut,” jawab Kepala Departemen IT. “Akan lebih baik lagi kalau di tempat itu ada CCTV.”

 

“Oke. Good!” Riyan mengacungkan jempol. “Apa alamat warnetnya bisa dilacak?”

 

“Sudah terlacak.”

 

“Oke. Dua orang ikut saya ke warnet itu sekarang juga!”

 

Kepala Departemen menganggukkan kepala. Ia menunjuk dua orang berbakat yang berada di dalam tim kerjanya.

 

Riyan bergegas keluar dari perusahaan untuk mendapatkan informasi pelaku penyebaran berita hoax yang telah mempengaruhi kredibilitas perusahaan.

 

Kurang dari dua jam, Riyan sudah berhasil mengumpulkan informasi dan membawakannya ke hadapan Yeriko.

 

“Pak Bos, ini informasi yang kami dapat.” Riyan menyodorkan map berisi informasi tentang pelaku yang menyebarkan isu di internet.

 

Yeriko meraih map tersebut dan membukanya. Ia tersenyum sinis melihat foto yang ada di dalam map tersebut.

 

“Pak Bos kenal sama orang ini?” tanya Riyan.

 

Yeriko hanya tersenyum sinis. “Panggilkan Kepala Departemen Humas ke sini!” perintah Yeriko.

 

Riyan menganggukkan kepala, ia bergegas keluar dari ruangan Yeriko dan pergi ke ruang Departemen Humas sesuai dengan perintah Yeriko.

 

“Yeriko!” Rullyta langsung berteriak begitu masuk ke ruang kerja Yeriko.

 

“Ma, ada apa?” tanya Yeriko.

 

“Masih tanya ada apa, hah!? Kalau kamu nggak menyelesaikan secepatnya, kakek kamu akan segera tahu masalah ini. Mama nggak bisa menutupinya lagi.”

 

“Mama tenang aja. Aku bakal selesaikan secepatnya,” sahut Yeriko. “Masalah kakek, tolong Mama kendalikan dia dulu!” pintanya.

 

“Mama cuma bisa melakukannya sementara. Kalau kamu belum bisa ngatasi dalam minggu ini, Kakek kamu akan segera tahu soal kondisi perusahaan.”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Mama tenang aja!”

 

Rullyta menarik napas dalam-dalam. Ia masih tidak mengerti kenapa anaknya terlihat sangat tenang menghadapi masalah keluarga dan masalah perusahaan.

 

“Huft, kalian akan segera menikah dan banyak hal yang harus kalian hadapi sekarang,” celetuk Rullyta sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

 

“Ma, kita udah nikah.”

 

“Ya, ya, ya. Mama tahu. Tapi, pernikahan kalian belum banyak yang tahu. Bahkan, Mama dan kakek pun nggak tahu saat kamu menikahi Yuna. Apa kamu pikir itu bagus? Nyembunyikan pernikahan di depan keluarga sendiri, hah!?”

 

“Ck, Mama nggak usah ungkit soal itu lagi! Pernikahan kami bukan buat dapetin pengakuan dari semua orang.”

 

“Sekarang kamu biarin orang luar ngacau semuanya? Ini karena kamu ngerahasiain pernikahan kamu di depan publik.”

 

“Aku nggak ngerahasiain. Semua orang di perusahaan tahu pernikahan kami.”

 

“Orang perusahaan kamu nggak akan berbuat onar seperti Refi,” sahut Rullyta. “Mama heran, kenapa dia tiba-tiba muncul lagi dan bikin kekacauan kayak gini.”

 

“Ck, Ma ... aku lagi banyak kerjaan. Bisa diomongin nanti di rumah?”

 

Rullyta mengernyitkan dahi menatap Yeriko. “Masalah sepenting ini, kamu masih santai dan mau ngomongin nanti?”

 

“Huft ...” Yeriko menarik napas dalam-dalam. “Ma, masalah perusahaan juga sama pentingnya. Aku selesaikan dulu. Soal Refi, kita omongin di rumah.”

 

Rullyta menghela napas. Ia bangkit dan langsung bergegas keluar dari ruangan Yeriko. “Dasar, anak nggak berguna,” celetuknya kesal.

 

Yeriko langsung menoleh ke arah pintu saat mamanya keluar sambil membanting pintu dengan keras. Yeriko menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum kecil. Ia merasa sangat bahagia karena mamanya sangat memperhatikan hubungannya dengan Yuna, juga menyayangi istrinya seperti anak sendiri.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas