“Pak Bos, semua dewan komisaris sudah menunggu di ruang
rapat,” tutur Riyan sambil membukakan pintu mobil untuk Yeriko.
Yeriko mengangguk kecil. Ia keluar dari mobil dan bergegas
masuk ke gedung perkantoran miliknya.
“Pak, gosip soal Nyonya Muda mempengaruhi kredibilitas
perusahaan kita. Sehingga, semua pemegang saham meminta untuk diadakan rapat
secepatnya karena minggu ini saham perusahaan kita menurun drastis. Beberapa
klien yang sedang dalam proses kontrak dengan perusahaan kita, memilih untuk
membatalkan kerjasama dengan perusahaan kita.”
“Kamu atasi mereka. Soal dewan komisaris, aku atasi
secepatnya. Semua bakal baik-baik aja.”
“He-em.” Riyan menganggukkan kepala.
Yeriko memasuki ruang rapat dan langsung duduk di kursinya.
Ia menatap dingin semua orang yang telah menunggunya sejak beberapa menit yang
lalu. Ia mengetuk-ngetuk meja dengan jemari tangan tanpa mengucapkan sepatah
kata pun.
“Ehem ...!” Salah satu dewan komisaris tertua berdehem,
sebab Yeriko tak kunjung mengatakan apa pun untuk membuka rapat.
“Sampaikan! Apa yang kalian inginkan?” Yeriko menatap
dingin ke semua orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
Semua orang saling pandang dan berbisik selama beberapa
saat.
“Mmh ... Direktur Ye, saham perusahaan kita merosot drastis
minggu ini. Ini pertama kalinya Galaxy Group mengalami krisis kepercayaan.
Berita yang beredar di media, sangat mempengaruhi kredibilitas perusahaan.”
“Terus?” Yeriko menanggapinya dengan santai.
“Kalau saham terus menurun, kita bisa mengalami kerugian
terus-menerus. Apa yang akan Anda lakukan untuk menghadapi krisis ini?”
Yeriko tersenyum sinis. “Ini cuma sebentar. Setelah
kehebohan ini terjadi, semua akan kembali seperti semula dan akan lebih baik
lagi.”
Semua dewan komisaris menatap Yeriko dan saling berbisik.
Mereka tidak tahu apa yang sebenarnya direncanakan oleh Yeriko karena sikap
Yeriko yang begitu santai menghadapi krisis kepercayaan di perusahaannya.
“Pak Ye, kalau tidak diselesaikan dengan cepat, kami
khawatir akan terus merugi,” sahut yang lain. “Jika tidak bisa diselesaikan
dalam waktu satu minggu, kami akan menarik seluruh investasi.”
Yeriko tersenyum kecil. “Kalian mau ngancam saya?”
“Kami nggak punya pilihan lain.”
“Oke. Satu minggu, semua akan kembali seperti semula!”
tegas Yeriko.
Semua orang yang ada di dalam ruang rapat berbisik dan
mengangguk-anggukkan kepala.
“Kami percaya sama Anda. Kami beri waktu satu minggu untuk
menyelesaikan masalah ini.”
“Oke.” Yeriko menganggukkan kepala.
Semua orang masih saling berbisik. Walau mereka percaya
dengan kinerja Yeriko, tapi tetap saja merasa khawatir kalau Yeriko tidak bisa
menyelesaikan masalah keluarganya hanya dalam waktu satu minggu.
“Ada lagi?” tanya Yeriko sambil menatap meja yang ada di
depannya.
Semua orang diam, tak ada yang mengeluarkan pertanyaan atau
pernyataan sedikitpun di depan Yeriko.
Yeriko langsung bangkit dari tempat duduknya. “Kalau udah
nggak ada, aku pergi dulu!” pamit Yeriko. Ia bergegas meninggalkan ruang rapat
bersama dengan Riyan.
Yeriko masuk ke ruang kerja sembari membanting pintu dengan
keras. Ia duduk di kursi kerjanya sambil menyandarkan punggungnya.
“Gimana hasil pelacakan majalah itu?” tanya Yeriko sambil
melonggarkan dasinya.
“Penulis artikelnya menggunakan akun anonim untuk
menyebarkan rumor. Masih ditangani oleh departemen IT untuk mencari tahu dari
mana posisi pelaku saat mengakses internet.”
“Dua jam!” pinta Yeriko.
“Eh!?” Riyan melongo sambil menatap Yeriko.
“Saya kasih waktu dua jam buat dapetin semua informasinya!”
sentak Yeriko.
“Oke, Pak!” sahut Riyan. Ia bergegas keluar dari ruang
kerja Yeriko dan melangkahkan kakinya menuju ruang departemen IT.
“Selamat siang temen-temen!” sapa Riyan ramah.
“Siang!” sahut yang lainnya.
“Gimana soal data yang aku minta kemarin? Apa sudah ada
hasilnya? Pak Ye cuma ngasih waktu dua jam dari sekarang,” tutur Riyan pada
kepala Departemen IT.
“Masih proses, Mas Riyan.”
“Bisa dipercepat!” pintanya. “Pak Bos minta secepatnya.”
“Hah!? Oke. Oke.” Kepala Departemen langsung menepuk tangan
meminta perhatian dari timnya. “Pekerjaan yang lain, kalian hold dulu
sementara. Kerjain tugas dari Pak Ye untuk mencari pembuat berita di media.”
Semua mengangguk.
“Pak, saya sudah dapet IP pengguna. Dia mengakses internet
lewat warnet saat mengunggah berita tersebut.” Salah satu IT junior telah lebih
dahulu mendapatkan informasi.
“Warnet?” Riyan mengernyitkan dahi. “Apa itu artinya, nggak
bisa dilacak?”
“Bisa. Harus menghubungi pemilik warnet untuk mencari tahu
nama pelanggan yang mengakses komputer mereka di hari tersebut,” jawab Kepala
Departemen IT. “Akan lebih baik lagi kalau di tempat itu ada CCTV.”
“Oke. Good!” Riyan mengacungkan jempol. “Apa alamat
warnetnya bisa dilacak?”
“Sudah terlacak.”
“Oke. Dua orang ikut saya ke warnet itu sekarang juga!”
Kepala Departemen menganggukkan kepala. Ia menunjuk dua
orang berbakat yang berada di dalam tim kerjanya.
Riyan bergegas keluar dari perusahaan untuk mendapatkan
informasi pelaku penyebaran berita hoax yang telah mempengaruhi kredibilitas
perusahaan.
Kurang dari dua jam, Riyan sudah berhasil mengumpulkan
informasi dan membawakannya ke hadapan Yeriko.
“Pak Bos, ini informasi yang kami dapat.” Riyan menyodorkan
map berisi informasi tentang pelaku yang menyebarkan isu di internet.
Yeriko meraih map tersebut dan membukanya. Ia tersenyum
sinis melihat foto yang ada di dalam map tersebut.
“Pak Bos kenal sama orang ini?” tanya Riyan.
Yeriko hanya tersenyum sinis. “Panggilkan Kepala Departemen
Humas ke sini!” perintah Yeriko.
Riyan menganggukkan kepala, ia bergegas keluar dari ruangan
Yeriko dan pergi ke ruang Departemen Humas sesuai dengan perintah Yeriko.
“Yeriko!” Rullyta langsung berteriak begitu masuk ke ruang
kerja Yeriko.
“Ma, ada apa?” tanya Yeriko.
“Masih tanya ada apa, hah!? Kalau kamu nggak menyelesaikan
secepatnya, kakek kamu akan segera tahu masalah ini. Mama nggak bisa menutupinya lagi.”
“Mama tenang aja. Aku bakal selesaikan secepatnya,” sahut
Yeriko. “Masalah kakek, tolong Mama kendalikan dia dulu!” pintanya.
“Mama cuma bisa melakukannya sementara. Kalau kamu belum
bisa ngatasi dalam minggu ini, Kakek kamu akan segera tahu soal kondisi
perusahaan.”
Yeriko menganggukkan kepala. “Mama tenang aja!”
Rullyta menarik napas dalam-dalam. Ia masih tidak mengerti
kenapa anaknya terlihat sangat tenang menghadapi masalah keluarga dan masalah
perusahaan.
“Huft, kalian akan segera menikah dan banyak hal yang harus
kalian hadapi sekarang,” celetuk Rullyta sambil menjatuhkan tubuhnya ke sofa.
“Ma, kita udah nikah.”
“Ya, ya, ya. Mama tahu. Tapi, pernikahan kalian belum
banyak yang tahu. Bahkan, Mama dan kakek pun nggak tahu saat kamu menikahi
Yuna. Apa kamu pikir itu bagus? Nyembunyikan pernikahan di depan keluarga
sendiri, hah!?”
“Ck, Mama nggak usah ungkit soal itu lagi! Pernikahan kami
bukan buat dapetin pengakuan dari semua orang.”
“Sekarang kamu biarin orang luar ngacau semuanya? Ini
karena kamu ngerahasiain pernikahan kamu di depan publik.”
“Aku nggak ngerahasiain. Semua orang di perusahaan tahu
pernikahan kami.”
“Orang perusahaan kamu nggak akan berbuat onar seperti
Refi,” sahut Rullyta. “Mama heran, kenapa dia tiba-tiba muncul lagi dan bikin
kekacauan kayak gini.”
“Ck, Ma ... aku lagi banyak kerjaan. Bisa diomongin nanti
di rumah?”
Rullyta mengernyitkan dahi menatap Yeriko. “Masalah
sepenting ini, kamu masih santai dan mau ngomongin nanti?”
“Huft ...” Yeriko menarik napas dalam-dalam. “Ma, masalah
perusahaan juga sama pentingnya. Aku selesaikan dulu. Soal Refi, kita omongin
di rumah.”
Rullyta menghela napas. Ia bangkit dan langsung bergegas
keluar dari ruangan Yeriko. “Dasar, anak nggak berguna,” celetuknya kesal.
Yeriko langsung menoleh ke arah pintu saat mamanya keluar
sambil membanting pintu dengan keras. Yeriko menggeleng-gelengkan kepala sambil
tersenyum kecil. Ia merasa sangat bahagia karena mamanya sangat memperhatikan
hubungannya dengan Yuna, juga menyayangi istrinya seperti anak sendiri.
Makasih udah baca sampai sini.
Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment