Saturday, October 1, 2022

Extra Part 03 - I Lost You, Ustadz [Prekuel Assalamualaikum, Ya Habib]

 BAB 3

OBSESI ANJANI



Anjani mondar-mandir di dalam kamar berkali-kali sambil sesekali menggigit jemari kukunya. Kalimat Ustadz Zuhri yang berniat untuk mengkhitbah Halimah, terus terngiang-ngiang di telinganya.

“Kalau Ustadz Zuhri beneran mau khotbah Halimah, itu artinya Halimah bakal jadi calon istrinya di masa depan? Kok bisa Ustadz Zuhri mau lamar dia? Kita masih sekolah. Emang Halimah mau nikah muda?” gumam Anjani.

“Halimah nggak mungkin menolak Ustadz Zuhri. Apalagi dia udah mau tujuh belas tahun. Sudah boleh untuk menikah. Apa Ustadz Zuhri bakal langsung menikahi Halimah atau menunggu dia lulus sekolah dulu, ya?”

“Aargh ...! Nggak peduli bakal nunggu atau langsung menikah. Intinya, kalau Ustadz Zuhri beneran ngelamar Halimah, mereka bakal tetap jadi suami istri,” ucap Anjani.

“Nggak boleh! Ini nggak boleh terjadi. Yang kenal sama Ustadz Zuhri itu aku duluan. Harusnya Ustadz Zuhri sukanya sama aku! Kenapa malah sama Halimah. Kesel banget sama Halimah. Caper banget di depan Ustadz Zuhri,” cerocos Anjani. Ia sibuk berdialog dengan dirinya sendiri.

Anjani menatap wajahnya di cermin. “Aku sama Halimah masih cantikan mana? Cantik aku ‘kan?” tanyanya pada bayangannya sendiri. “Abi aku juga guru Agama dan Ummi guru ngaji. Keluargaku juga keluarga yang agamanya baik. Kenapa Ustadz Zuhri malah pilih Halimah yang nggak punya orang tua dan kakaknya juga nggak alim. Kak Annisa, ke mana-mana nggak pernah pake hijab.”

“Anjani ... kamu nggak boleh kalah dari Halimah. Kamu harus bisa dapetin Ustadz Zuhri sebelum dia kembali ke kampungnya karena masa pengabdiannya selesai. Ayahnya Ustadz Zuhri itu Kiai dan punya pesantren. Kalau aku menikah dengan dia, masa depanku akan cerah,” ucapnya. Ia menegakkan tubuhnya dan tersenyum bangga pada dirinya sendiri. Ia akan melakukan apa pun untuk membuat Ustadz Zuhri menjadi suaminya.

Anjani melangkahkan kakinya keluar dari kamar. Ia langsung menghampiri ayahnya yang sedang bersantai sambil menonton televisi. “Abi ...!” panggilnya manja.

“Ada apa?”

“Anjani boleh minta sesuatu?” tanyanya sambil bergelayut manja di pundak ayahnya.

“Apa?”

“Anjani pengen menikah.”

“APA!? Kamu masih sekolah, sudah pengen nikah?” tanya Ayah Anjani sambil memperhatikan wajah puterinya. Matanya langsung berpindah ke bagian perut puterinya. “Kamu hamil?”

“Astagfirullah, Abi! Kenapa Abi berprasangka seburuk itu? Anjani masih suci, Bi. Mana mungkin Anjani hamil.”

“Terus, kenapa minta nikah?”

“Sebentar lagi lulus sekolah, Abi. Anjani pengen nikah aja. Soalnya, Anjani suka sama seseorang dan ingin menghindari zina dengan menikah. Boleh ya, Bi!”

Ayah Anjani menghela napas. “Kamu mau menikah dengan siapa? Anak-anak di kampung ini tidak ada yang masa depannya bagus. Mereka Cuma lulusan SMA. Paling-paling kerja di kebun setiap hari. Kamu mau punya suami begitu?”

Anjani menggeleng. “Nggak mau, Abi. Makanya aku mau dinikahkan dengan Ustadz Zuhri. Dia masih muda, tampan dan pandai agama.”

“Astagfirullah, Anjani! Kamu ini jangan sembarangan bicara! Ustadz Zuhri yang di kampung sebelah itu? Apa dia mau punya istri sepertimu? Dia hanya bertugas sementara saja di desa itu. Tidak akan lama tinggal di sana.”

“Anjani akan ikut ke manapun Ustadz Zuhri pergi jika Abi mau melamar kan Ustadz Zuhri jadi suamiku.”

“Astagfirullah ...! Harusnya kamu yang dilamar. Bukan melamar, Anjani!”

“Buat Ustadz Zuhri melamarku, Abi!”

“Gimana caranya? Kamu ingin menurunkan martabat Abi di depan semua orang?”

“Abi kenal dengan orang tua Ustadz Zuhri ‘kan?”

“Iya, kenal. Tapi tidak begitu dekat.”

“Minta orang tuanya untuk menjodohkan aku dan Ustadz Zuhri, Abi.”

Ayah Anjani terdiam sambil berpikir selama beberapa saat.

“Abi ... Anjani cuma mau menikah sama Ustadz Zuhri seumur hidup. Kalau tidak menikah dengan dia, Anjani tidak akan menikah seumur hidup!” ancamnya sambil bangkit dari sofa saat ayahnya tak kunjung memberikan keputusan. Ia langsung melangkah kasar menuju kamar.

“Kamu jangan marah-marah dulu! Abi akan usahakan. Tapi tidak janji. Semoga Ustadz Zuhri juga bersedia menikahimu.”

Anjani langsung tersenyum lebar mendengar ucapan ayahnya. “Terima kasih, Abi ...!” Ia berlari ke arah ayahnya dan memeluk tubuh pria itu sambil tersenyum ceria. Ia sudah mendapatkan akses untuk membuat ikatan dengan Ustadz Zuhri. Ia hanya butuh usaha lagi untuk membuat Ustadz Zuhri menyukainya. Ia harus bisa menggagalkan Ustadz Zuhri untuk mengkhitbah Halimah agar ia menjadi pemilik satu-satunya pria tampan nan sholeh tersebut.

 

[[Bersambung ...]]

 

Terima kasih buat kalian yang udah mau nunggu cerita ini!

Cerita ini adalah Prequel “Assalamualikum, Ya Habib!” yang ada di aplikasi Fizzo.

Jadi, kalau mau tahu kenapa ada cerita ini, baca dulu novel sebelumnya, ya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 



0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas