Wednesday, August 17, 2022

Bab 74 - Kesalahanmu itu Rindu

 



Karina melangkan kaki memasuki lobi kantor Amora Internasional penuh percaya diri. Di belakangnya, sudah ada Enggar, Ayu dan Nanda.

“Saya mau ketemu sama Oom Andre ...!” ucap Karina pada petugas resepsionis. Ia hanya menepuk meja resepsionis itu sekilas, kemudian bergegas pergi menuju lift yang ada di sana.

“Pagi, Pak Nanda ...!” sapa seorang satpam dan beberapa karyawan yang sudah sangat mengenal Nanda.

“Pagi ...!” balas Nanda sambil tersenyum manis, kemudian ia masuk ke dalam lift bersama dengan yang lainnya.

Beberapa saat kemudian, empat orang itu sudah berada di depan pintu ruang Presdir Amora Internasional.

“Selamat pagi, Oom ...!” sapa Karina sambil tersenyum manis saat sekretaris membukakan pintu untuknya.

“Pagi ...! Karina? Tumben main ke sini?” balas Andre sambil bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Karina. Belum sampai di hadapan Karina, langkahnya terhenti ketika melihat Nanda dan Ayu juga ada di sana. “Ada apa ini?”

Karina tersenyum sambil menatap wajah Andre. “Aku sengaja datang ke sini untuk berdiskusi dengan Oom Andre. Ada beberapa bisnis yang ingin aku diskusikan. Tapi sebelum itu, aku ingin memberitahukan satu hal pada Oom Andre.”

Karina merangkul lengan Enggar yang ada di sana. “Karena Nanda dan Roro Ayu akan menikah, aku mau perjodohan kami di batalkan. Aku juga sudah punya pria lain yang akan menggantikan posisi Nanda. Kenalin, ini Mas Enggar Prakasa Dierjaningrat. Aku lebih memilih dia menjadi suamiku, daripada Nanda,” ucapnya ceria.

“APA!? Kamu keluarga Dierja? Galaxy yang mengirimkanmu untuk menghancurkan perusahaanku, hah!?” seru Andre sambil menunjuk ke arah Enggar.

Enggar langsung menaikkan sebelah alisnya. “Apa hubungannya aku dengan Galaxy?”

“Galaxy didukung penuh bisnisnya oleh keluarga bangsawan kalian itu! Kamu sengaja ambil Karina dari saya supaya perusahaan saya jatuh lagi!? Kalian semua, KELUAR DARI SINI!” seru Andre.

“Oom Andre ini apa-apaan, sih!?” seru Karina. Amarahnya tiba-tiba meluap dan tidak mengerti dengan sikap pria ini. “Oom Andre main tuduh aja tanpa tahu kebenarannya seperti apa!?”

“Kebenaran apa? Kamu sudah memutuskan untuk menghentikan perjodohanmu dengan Nanda. Itu artinya, papamu akan segera menarik investasinya di perusahaan ini,” sahut Andre dengan perasaan tak karuan. Ia benar-benar trauma dengan jatuhnya perusahaan yang sudah ia rawat selama puluhan tahun.

Karina menghela napas dan memahami kegundahan yang terjadi pada pria paruh baya di hadapannya itu. Ia mengeluarkan dokumen dari dalam tas dan mengulurkan ke hadapan Andre. “Oom, ini surat pernyataan dari papaku. Papa sudah tanda tangani di atas materai sepuluh ribu. Dia tidak akan menarik investasinya di perusahaan ini meski aku dan Nanda tidak jadi menikah.”

“Serius?” Andre langsung menyambar dokumen dari tangan Karina dan memeriksanya. Ia menghela napas lega saat mengetahui kalau keluarga Karina tidak akan menarik investasi di perusahaannya yang baru saja bangkit dan stabil.

“Kalau Oom Andre mau, aku juga bisa berinvestasi di perusahaan ini,” ucap Enggar sambil tersenyum ke arah Andre.

Andre langsung memutar kepalanya menatap wajah Enggar. “Bukankah keluarga Dierja selalu mendukung bisnis Galaxy?”

“Tidak cuma Galaxy, semua bisnis yang punya potensi dan stabil, selalu kami dukung. Galaxy memang besar atas dukungan Oom Chandra. Tapi dukungan dari Oom Chandra juga tidak akan begitu berguna jika Tuan Ye tidak bisa membangun bisnisnya dengan baik,” jawab Enggar.

Andre mengangguk-anggukkan kepala. “Kamu cukup tahu juga?”

“Sangat tahu,” jawab Enggar sambil tersenyum.

Karina tersenyum lega saat Andre terlihat santai dan emosi yang tadi menguasainya, hilang secara perlahan. “Oom, jadi gimana? Nanda dan Roro Ayu sudah boleh menikah ‘kan?”

Andre langsung memutar kepalanya menatap Nanda dan Roro Ayu. Senyum di bibirnya tersungging saat melihat dua orang itu bergandengan tangan dengan erat. “Baiklah. Papa akan merestui kalian untuk menikah. Dengan syarat ...”

“Apa syaratnya, Pa?” tanya Nanda bersemangat.

“Kalian berdua harus mengurus Amora setelah menikah!” pinta Andre.

Nanda dan Ayu saling pandang sambil tersenyum. Kemudian, mereka mengangguk bersamaan.

Nanda langsung melompat ke arah Andre dan memeluknya. “Makasih ya, Pa!”

Andre tersenyum menanggapi sikap Nanda dan balas memeluknya. “Maafin Papa, ya! Papa terlalu takut untuk jatuh lagi. Takut kalau kamu tidak bisa hidup bahagia di masa depan,” ucapnya.

Nanda menganggukkan kepala dan menatap wajah papanya. “Iya, Pa. Aku ngerti. Tapi ... aku juga nggak akan bahagia di masa depan kalau hatiku selalu kosong. Dari sekian banyak wanita, hanya Ayu satu-satunya wanita yang berhasil membuat mengacaukan hidupku dan ... aku jatuh cinta sama wanita ini.”

Andre tersenyum sambil menatap wajah Ayu. “Ayu, maafkan Oom Andre, ya! Oom akan merestui hubungan kalian. Ayu janji satu hal sama Oom! Seburuk apa pun anak Oom, kesalahan apa pun yang dia lakukan di masa depan nanti. Tolong ... jangan penjarakan dia lagi!”

Ayu tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Ayu janji, Oom ...! Ayu akan menerima dia apa adanya. Asalkan, dia mau menghargai keberadaanku.”

Nanda tersenyum lebar dan menghampur ke pelukan Ayu. “Aku menghargai kamu. Mahal banget!” ucapnya sembari mengecup kening Ayu.

Andre ikut tersenyum melihat putera kecilnya itu sudah tumbuh dewasa dan berani melawan keputusan orang tuanya sendiri demi wanita yang dia cintai.

“Ayu, kenapa kamu harus mati-matian berusaha mendapatkan restu dari Oom Andre? Padahal, laki-laki bisa menikahi wanita tanpa wali dan restu orang tua,” tanya Karina.

Ayu tersenyum sembari menatap wajah Karina. “Karena restu orang tua itu penting, Rin. Mereka sudah melahirkan dan membesarkan kita selama bertahun-tahun. Saat sudah dewasa, pria malah akan menjadi orang yang menafkahi kita. Begitu juga wanita, dia akan menjadi orang yang melayani dan menyayangi suami. Sementara itu, orang tua kita mungkin berat. Lebih takut lagi, anak-anaknya tidak dibahagiakan oleh pasangannya di masa depan.”

“Ada banyak orang yang melawan restu orang tua atas nama cinta dan beberapa tahun kemudian ... rumah tangganya kandas. Itu pun aku alami di masa lalu. Orang tuaku tidak memberikan restu karena bagi mereka ... Sonny adalah pria terbaik yang pantas bersanding di sisiku. Tapi takdir membuatku harus  menikah dengan Nanda tanpa restu dan takdir pula yang memisahkan kami,” lanjut Ayu.

“Dan takdir juga yang mempertemukan kita kembali dalam keadaan berbeda untuk saling mencintai,” tutur Nanda menimpali.

 Ayu tersenyum menatap Nanda penuh cinta. “Terima kasih ...! Kamu sudah memberikan pelajaran hidup paling berharga dalam hidupku. Ada hal yang harus aku syukuri tanpa aku sadari. Ada hal yang seharusnya aku ucapkan terima kasih walau itu luka dan perih. Dari kisah masa lalu kita aku belajar ... bahwa tidak ada manusia yang sempurna di dunia dan aku akan cintai semua kesalahanmu.”

Nanda menangkup wajah Ayu dan mengecup lembut bibir wanita itu. “Kamu yakin ingin mencintai kesalahanku juga?”

Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Karena kesalahanmu itu rindu.”

Nanda tersenyum lebar. Ia mengecup bibir Ayu bertubi-tubi dan memeluk erat tubuh wanita itu. “Makasih juga, Ay! Kamu sudah mencintai keburukan dan kesalahanku. Aku juga ingin mencintai keburukan dan kesalahanmu juga. Tapi kamu tak punya itu. Kamu terlalu sempurna untuk aku cela. Maka, aku hanya bisa mencintai kamu, kamu dan kamu saja.”

Ayu balas memeluk erat tubuh Nanda dan tersenyum manis ke arah Karina dan Enggar. Ia benar-benar berterima kasih pada dua orang ini. Lebih tepatnya, berterima kasih pada takdir yang telah menjatuhkan cinta pada Karina dan Enggar. Jika Karina tetap ingin bersama Nanda, mungkin jalan ceritanya akan berbeda. Ia bersyukur punya pria yang buruk sifat, hingga tidak ada wanita lain yang berani berkomitmen bersama Nanda selain dirinya ... hanya dirinya seorang.

 

 

((Bersambung...))

 

 

Terima kasih sudah jadi sahabat setia bercerita!

Enam bab lagi menuju tamat.

Sejauh ini ... apa komentar kalian tentang buku ini?

Jangan sungkan untuk kasih kritik dan saran karena author sangat butuh itu!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas