Wednesday, August 17, 2022

Bab 64 - Kecewa Lagi

 



“NANDA ...! KAMU BERHASIL ...!” seru Karina sambil melompat kegirangan saat sudah mendapatkan pengumuman kalau konsep bisnis Nanda diterima dan mendapatkan pendanaan dari Dinas Penanaman Modal dan Investasi.

“KITA BERHASIL ...!” seru Nanda sambil merangkul Karina dan lima orang timnya. Mereka melompat dan tertawa bahagia karena akan segera mendapatkan modal untuk menjalankan operasional pabrik dan bisnis mereka.

“Aku bilang juga apa ... kamu pasti bisa!” ucap Karina sambil tersenyum lebar.

Nanda tersenyum sambil menatap semua orang yang ada di ruangan itu. Ia mundur beberapa langkah dan membungkukkan tubuhnya. “Terima kasih untuk kalian semua! Terima kasih sudah membantuku memulai semuanya dari nol ...!” ucapnya.

Karina tersenyum sambil merangkul lima orang yang bersamanya. “Kalau gitu, jangan kecewakan kami dan harus buat perusahaan kamu berjaya!”

Nanda mengangguk sambil tersenyum. “Terima kasih untuk Karina yang sudah bersedia meminjamkan uang tabungannya untuk modal bisnis ini.”

Karina mengangguk-anggukkan kepala sambil tersenyum bangga menatap Nanda.

“Terima kasih untuk Mbak Rani, akunting yang dulu sering aku marahin di kantor perusahaan papa. Aku nggak nyangka kalau Mbak Rani yang justru membantuku. Aku harap, Mbak Rani mau terus bergabung dengan perusahaan baruku meski saat ini sudah menjadi ibu rumah tangga yang baik.”

 “Terima kasih untuk Mas Adi, ahli marketing and branding yang sudah membantuku merancang konsep bisnis ini ...!”

“Terima kasih untuk Ibu Amanda, ahli dermatologi yang sudah bersedia berbagi laboratoriumnya untuk meneliti dan memastikan kualitas produk kita. Saya harap, Ibu Amanda bisa terus bergabung dengan perusahaan saya dan kita lahirkan produk-produk baru lagi ...!”

“Terima kasih untuk Mas Dani dan Mbak Yasa yang sudah rela jadi tester produk sekaligus membantuku menyusun banyak laporan sampai lembur-lembur selama satu minggu ini!”

Semua orang mengangguk dan tersenyum bangga karena bisa membantu Nanda dan membuat pria itu berhasil mendapatkan kerjasama dengan pihak-pihak terkait.

“Mbak Yasa, setelah akta notaris perusahaan selesai. Langsung buat kontrak kerjasama dengan mereka semua secara resmi ...!” perintah Nanda pada salah satu admin kantornya. Dia baru memiliki dua karyawan resmi di kantornya. Sedang yang lain adalah mitra yang ia butuhkan untuk menggerakkan roda perusahaannya dengan modal yang masih sangat minim.

“Baik, Pak!”

“Kalian bisa pulang ke rumah kalian masing-masing untuk beristirahat! Aku masih harus pergi ke Solo untuk urusan penting. Setelah kembali dari Solo, kita buat acara syukuran kecil-kecilan di kantor kita!” ucap Nanda.

“Baik, Pak!”

Nanda tersenyum dan melangkah keluar dari gedung tersebut dengan perasaan puas. Kali ini ia merasa bangga pada dirinya sendiri karena bisa berhasil mendirikan perusahaan tanpa bantuan dari orang tuanya. Ia merasa jauh lebih percaya diri untuk mengatakan banyak hal di depan Ayu yang kecerdasannya jelas lebih tinggi darinya.

“Nan, kamu mau ke Solo?” teriak Karina sambil menatap punggung Nanda.

Nanda menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Karina.

“Mau aku antar? Aku juga pengen ketemu sama istri kamu itu.”

Nanda tersenyum sambil menatap wajah Karina. “Kamu nggak sibuk? Kemungkinan aku akan menginap di sana, Rin.”

“Nggak. Nggak masalah. Aku bisa pesen hotel sendiri. Anggap aja liburan karena dari kemarin udah kerja berat,” jawab Karina.

Nanda tertawa kecil dan menganggukkan kepalanya. “Baiklah. Karena kamu sudah membantuku, aku akan ajak kamu liburan ke Solo. Tapi, liburan kali ini mungkin tidak akan menyenangkan seperti liburan-liburanmu yang lain.”

“Mana tahu kalau belum dijalani,” sahut Karina sambil melangkahkan kakinya menuju mobilnya yang ada di vallet parking. “Kamu juga bisa hemat ongkos perjalanan ‘kan? Surabaya-Solo lumayan, loh.”

Nanda mengangguk-anggukkan kepalanya. “Baiklah. Aku nggak akan menolak kebaikanmu kali ini.”

Karina tersenyum sambil membuka pintu mobil dan melemparkan kunci mobil tersebut ke arah Nanda. “Bawa!”

Nanda langsung menyambar kunci mobil Karina yang melayang di hadapannya. Ia segera masuk ke dalam mobil dan bergegas menjalan mobil itu menuju ke kota Solo.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih empat jam dari kota Surabaya, Nanda dan Karina akhirnya sampai di depan halaman Keraton Kesultanan Surakarta.

“Wow ...! Aku baru pertama kali lihat langsung keraton ini,” ucap Karina sambil mengedarkan pandangannya dan mengagumi arsitektur bangunan yang terlihat begitu khas. “Papa sering cerita soal bangsawan-bangsawan keraton yang menguasai beberapa bisnis di pulau ini. Tapi, aku sendiri belum pernah datang ke keraton ini.”

“Papamu punya bisnis dengan para bangsawan keraton?” tanya Nanda.

Karina mengangguk. Ia membuka pintu mobil dan segera keluar dari sana.

Nanda menarik napas dalam-dalam dan ikut keluar dari dalam mobil tersebut. Ia melangkah perlahan memasuki halaman keraton tersebut dan menghampiri dua penjaga pintu yang berdiri di sana.

“Permisi ...! Saya suaminya Raden Roro Ayu Rizky Prameswari. Bisa ketemu dengan beliau?” sapa Nanda sambil tersenyum manis.

Dua penjaga itu langsung saling pandang. “Sebentar, Mas! Kami laporan dulu!”

Nanda mengangguk. Ia memilih menunggu di depan keraton tersebut sembari berbincang dengan Karina.

Salah satu penjaga itu masuk ke dalam pintu keraton dan segera melangkah menuju kediaman Roro Ayu yang ada di sana. Namun, ia masih harus berkeliling karena Roro Ayu tidak tinggal di kamarnya, melainkan berada di perpustakaan sejak seminggu lalu.

“Permisi, Ndoro Puteri ...! Saya penjaga di luar istana ingin menghadap!” Penjaga pintu itu membungkuk hormat di depan pintu perpustakaan yang dibiarkan terbuka.

“Penjaga luar istana? Apa Nanda datang?” batin Ayu. Ia langsung bangkit dari kursi dan menghampiri penjaga tersebut.

“Ada apa? Ada yang cari saya?” tanya Roro Ayu.

“Ada, Ndoro. Suami Ndoro Puteri,” jawab penjaga pintu tersebut. “Apakah ....” Ucapan penjaga pintu itu terhenti saat Ayu sudah berlari ceria meninggalkan bangunan perpustakaan tersebut.

Penjaga pintu itu tersenyum dan mengikuti langkah Ayu di belakangnya.

Ayu terus berlari sambil tersenyum ceria menuju ke pintu utama keraton tempat tinggalnya. Ia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan pria yang sangat ia rindukan kehadirannya. Bodohnya, meski ia tahu kalau Nanda kerap bersama wanita lain, ia tetap saja tidak bisa benar-benar marah dengan pria itu. Ia harap, Nanda akan benar-benar menyadari kalau ia adalah satu-satunya wanita yang paling mencintai pria itu. Ia sangat sakit ketika Nanda masih melihat wanita lain lagi dalam hidupnya.

“Nanda ...!” seru Ayu ceria begitu ia membuka pintu gerbang dan mendapati punggung Nanda sudah ada di hadapannya. Ia langsung berlari menghampiri pria itu sambil merentangkan kedua tangan, bermaksud memeluk tubuh pria itu.

Nanda yang sedang berbincang serius dengan Karina, langsung memutar kepala begitu mendengar suara teriakan Ayu. Senyum di bibirnya mengembang begitu mengetahui kalau Ayu menyambut kedatangannya dengan wajah begitu ceria.

DEG!

Ayu menghentikan langkahnya saat matanya menangkap wajah wanita cantik yang ada di hadapan Nanda. Wanita itu adalah wanita yang sama dengan yang ia temui seminggu lalu di Galaxy Mall, kota Surabaya.

“Ayu ...!” Nanda tersenyum sambil melangkah menghampiri Ayu.

Ayu menggeleng sembari memundurkan langkahnya hingga sejajar dengan dua penjaga pintu keraton tersebut. “Jangan biarkan dia masuk ke keraton!” perintahnya.

“Ay, kamu kenapa?” tanya Nanda sambil berusaha menghampiri Ayu.

Dua penjaga pintu luar itu langsung menyilangkan pedang mereka di hadapan wajah Nanda.

Nanda menghentikan langkahnya dan menatap mata pedang yang begitu tajam dan mengkilap di hadapannya. Hanya sekali tebasan, lehernya bisa langsung terpisah jauh dari tubuhnya.

“Jangan biarkan pria brengsek ini masuk ke dalam keraton! Kalau perlu, bunuh saja dia!” perintah Ayu sambil berbalik dan melangkah pergi. Air matanya menetes perlahan saat melihat Nanda datang bersama wanita lain.

Entah apa yang akan dilakukan pria itu terhadapnya. Mungkinkah akan memperkenalkan wanita itu sebagai pacarnya dan segera mengakhiri hubungan mereka. Ia terlalu takut menghadapi kenyataan kalau hubungan mereka harus berakhir kembali. Ayu memilih untuk tidak mengetahui apa pun daripada harus menanggung rasa sakit dan kecewa karena cinta Nanda untuknya masih terbagi-bagi dengan wanita lain lagi.

 

 

((Bersambung...))

 

Terima kasih sudah jadi sahabat setia bercerita!

Dukung terus supaya author makin semangat nulisnya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas