Wednesday, August 17, 2022

Bab 26 - Can't Love, But I Need Him

 



Ayu melangkahkan kakinya perlahan memasuki kantor polisi, tempat Sonny ditahan untuk sementara. Setelah melewati pemeriksaan dan mendapatkan izin, Ayu akhirnya bisa bertemu dengan Sonny yang sedang duduk di dalam sel tahanan sementara. Air matanya mengalir seketika melihat pria yang begitu ia cintai, mendekam di dalam sana.

“Sonny ...!” panggil Ayu sambil menghampiri pria itu.

Sonny langsung mendongakkan kepalanya. “Ayu? Kenapa kamu ke sini?” Tatapannya langsung terfokus pada air mata Ayu yang jatuh ke perutnya yang sudah membesar.

Ayu menjatuhkan lututnya ke lantai dan bersimpuh di hadapan Sonny. “Maafin aku, Son! Aku udah bikin kamu jadi kayak gini.”

“Ay, kenapa kamu minta maaf sama aku? Nanda yang salah, bukan kamu.”

“Hiks ... hiks ... hiks ... aku yang salah karena aku tidak bisa menjaga kesucian cinta kita, Son. Aku yang sudah melukai kamu. Aku sudah mengecewakan kamu. Aku nggak bisa jadi wanita yang baik seperti yang kamu minta,” ucap Ayu dengan berlinang air mata.

Sonny menggeleng sambil menangkup wajah Ayu dan mengusap air mata Ayu menggunakan ibu jarinya dengan lembut.

Ayu semakin terisak saat tangan Sonny menyentuh lembut wajahnya. Ia sangat merindukan tangan yang begitu nyaman dan damai saat mereka masih bersama.

“Maafin aku ...! Aku sudah melukai suamimu. Aku janji, akan bertanggung jawab,” ucap Sonny sambil menatap wajah Ayu.

“No.” Ayu menggelengkan kepala. “Aku nggak minta kamu bertanggung jawab atas dia, Son. Bertanggung jawablah atas dirimu sendiri. Aku nggak mau masa depan kamu hancur hanya karena emosi sesaat,” ucapnya tanpa bisa menahan derai ait matanya.

“Kamu nggak pernah bahagia sama dia?” tanya Sonny sambil menatap lekat mata Ayu.

Ayu menahan air mata dan tersenyum. “Aku bahagia. Dia pria yang bertanggung jawab.”

Sonny menggeleng. “Kamu lagi bohong.”

Ayu kembali sesenggukan. Ia tidak pernah bisa berbohong di depan Sonny. Ada ribuan hari yang mereka lewati bersama dan semua hal bersamanya adalah hari-hari paling indah dalam hidupnya.

“Ay, aku mau jadi papa buat anak ini. Aku mau terima dia, Ay. Kenapa kamu nggak kasih aku kesempatan untuk memperjuangkanmu?” tanya Sonny sambil menatap wajah Ayu dengan penuh luka.

Ayu menarik napas dalam-dalam sambil menitikan air mata. Ia melepaskan tangan Sonny dari wajahnya perlahan. “Aku sudah kotor, Son. Aku nggak pantas untuk pria sepertimu.”

“Ay, kenapa kamu bilang seperti itu? Aku cinta sama kamu apa adanya, Ay.”

Ayu menggenggam jeruji besi yang ada di hadapannya dan berusaha bangkit dari lantai dengan susah payah. Sejak Nanda menodainya, kepercayaan dirinya untuk terus bersama Sonny benar-benar hilang. Ia malu untuk mengharap Sonny tetap ada di sisinya, ia juga risih dengan dirinya sendiri.

“Ay, kamu mau ke mana?” tanya Sonny sambil memegangi tubuh Ayu. “Kamu lagi hamil. Maafkan aku kalau perbuatanku kali ini melukaimu.”

“Kamu tidak melukaiku, Son. Kamu sedang melukai dirimu sendiri. Kalau kamu cinta sama aku ... jaga baik-baik mimpi-mimpi kita! Karena aku sudah tidak punya tempat untuk menjaga mereka. Please ...! Jangan hancurkan dirimu sendiri! Melihatmu hancur adalah hal paling menyakitkan dalam hidupku. Aku masih ingin lihat kamu jadi dokter. Ingat ‘kan gimana perjuangan kita dulu? Ingat ‘kan gimana susahnya kamu untuk bisa sampai ke titik ini?”

“Ay, aku bisa ada di titik ini karena kamu. Aku mana bisa membiarkan kamu tidak hidup bahagia,” ucap Sonny sambil menatap lekat wajah Ayu.

Ayu tersenyum lebar. “Kata siapa aku nggak bahagia? Aku bahagia, kok.”

“I know you. Kamu bukan tipe wanita yang bisa berbagi hati, Ay.”

“Itulah sebabnya aku tidak ingin membagi hatiku untuk kamu dan Nanda sekaligus. Aku tidak ingin ada dua papa atau dua mama untuk anakku, Son. Kuharap kamu mengerti maksudku,” sahut Ayu.

Ayu tersenyum sambil mengusap lembut pipi Sonny yang dihiasi luka memar akibat bergulat dengan Nanda. “Aku janji, aku akan bahagia. Kamu juga, ya!” pintanya lembut.

Sonny menatap mata Ayu sambil menggelengkan kepalanya. “Aku nggak mau kamu pura-pura bahagia, Ay. Aku ingin lihat kamu bahagia sungguhan.”

 Ayu tersenyum menatap wajah Sonny. “Kamu sedang membantuku untuk mendapatkan bahagia sungguhan, Son. Please, kamu juga berjanji untuk melanjutkan mimpi-mimpi kita! Kamu harus jadi dokter terbaik untuk anak-anak yang membutuhkan sentuhan tanganmu. Kamu akan jadi dokter malaikat yang dicintai sama wajah-wajah lucu di luar sana.”

“Ay, aku ...”

“Aku akan membantumu bebas dari sini. Setelahnya, kamu harus menjalani kehidupanmu dengan baik. I never stop love you. Aku ingin lihat kamu bahagia, meski bahagiamu bukan aku,” ucap Ayu sambil memundurkan langkahnya perlahan.

“Ay, jangan pergi ...!” pinta Sonny sambil menatap wajah Ayu.

Ayu tersenyum. Ia melirik polisi yang sudah berdiri di belakangnya. Ia tahu, waktu kunjungannya terbatas dan ia harus segera pergi dari sana.

“Ayu, kamu di sini?”

Ayu menghentikan langkahnya saat ia baru saja ingin keluar dari gedung tersebut. Ia langsung menatap dua orang yang sudah berdiri tepat menghadangnya.

“Sonny sama Nanda beneran berantem?” tanya Bunda Rindu yang datang bersama suaminya.

“Bunda sama Ayah tahu? Tahu dari mana?” tanya Ayu.

“Dari berita. Beritanya udah nyebar ke mana-mana.”

Ayu menghela napas dan menatap wajah ayahnya. “Ayah, tolong Sonny! Ayu nggak mau karir dia hancur karena hal ini,” pintanya lirih.

Edi mengangguk. “Ayah pasti tolong Sonny.”

Ayu tersenyum lega. Ia melirik arloji mungil yang ada di tangan kirinya. “Ayu harus balik ke rumah sakit. Jadwal operasi Nanda sebentar lagi selesai.”

“Kamu ke sini naik apa? Bunda antar, ya!” pinta Bunda Rindu.

“Bawa mobil sendiri, Bunda.”

Bunda Rindu menghela napas. “Perutmu udah besar gini, nggak kesulitan kalau nyetir?”

“Nggak, Bunda. Bisa pelan-pelan, kok.”

“Biar diantar sama bundamu! Ayah akan bantu urusan di sini. Ayah tahu, kamu biasa melakukan semuanya sendiri. Tapi kamu lagi hamil, jangan membahayakan bayi kamu!” perintah Edi.

Ayu mengangguk.

Bunda Rindu tersenyum. Ia merangkul pinggang Ayu dan membawanya melangkah menuju parkiran. “Cucu nenek yang kuat, ya!” ucapnya sambil mengelus lembut perut Ayu.

Ayu tersenyum sambil menatap wajah bundanya. Ia harap, kedua orang tuanya tidak akan pernah tahu apa yang dilakukan Nanda terhadapnya. Ia tidak ingin membuat ayah dan bundanya bersedih, terlebih menambah beban pikiran keduanya. Semua rasa sakit ini memang takdir yang tidak bisa ia hindari. Ia tidak mungkin meninggalkan Nanda begitu saja, sebab ia butuh pria itu untuk menjadi ayah dari anaknya.

“Roro, kenapa Sonny dan Nanda sampai berkelahi? Apa yang kamu lakukan? Apa kamu masih punya hubungan sama Sonny? Wanita itu ... jangan terlalu memberi harapan pada pria! Sonny itu pria yang baik, tapi bukan jodohmu. Kamu sudah bersuami, harusnya kamu menjaga jarak dengan pria lain. Berbaktilah sebagai seorang istri!” ucap Bunda Rindu lembut sambil menatap Ayu yang sudah duduk manis di dalam mobil bersamanya.

“Bunda, I can’t love him,” ucap Ayu. “Aku sudah berusaha untuk mencintai Nanda. But, hatiku nggak bener-bener nyaman sama dia.”

Bunda Rindu menghela napas. “Kenapa kalian terlihat baik-baik aja? Cuma drama depan orang tua?”

Ayu menggeleng pelan. “Kami memang baik-baik saja, Bunda. Nanda sudah bertanggung jawab memberiku nafkah, sudah berusaha menjadi ayah yang baik untuk calon anak kami. Aku yang bersalah karena ... hatiku masih terikat pada Sonny. How to moving?”

“Pelan-pelan saja! Cinta bisa tumbuh seiring waktu. Seorang istri harus tetap berbakti pada suami. Apalagi dia pria yang bertanggung jawab dan memperlakukan kamu dengan baik. Okay?” pinta Bunda Rindu sambil tersenyum manis.

Ayu mengangguk sambil tersenyum. Ia menatap nanar ke arah perutnya yang mulai membesar. Nanda memang selalu memperlakukannya dengan baik. Tidak pernah berkata kasar, tidak pernah memukul dan selalu memenuhi kebutuhannya. Hanya saja, cintanya masih terbagi dengan wanita-wanita lain dan ia tidak mungkin bisa membalikkan kehidupan Nanda dalam sekejap.

Keseharian Nanda, sudah terbiasa dihinggapi banyak wanita. Bagaimana caranya agar ia bisa membuat Nanda mencintainya seperti yang ada dalam drama atau cerita novel-novel tentang cinta? Semudah itu membuat pria jatuh cinta dengan pesona mereka. Sedangkan dia? Sekeras apa pun ia berusaha menjadi seorang istri yang baik dan membanggakan, Nanda tidak pernah benar-benar melihatnya.

 

 

((Bersambung...))

 

Terima kasih sudah menjadi sahabat setia bercerita!

Mohon maaf kalau kemarin tidak bisa update karena setiap weekend selalu ada kegiatan sosial di rumah bacaku. Terima kasih atas pengertiannya dan tetap setia jadi teman bercerita!

 

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas