Wednesday, August 17, 2022

Bab 24 - Murka

 



Nanda mengintip wajah Ayu yang sudah tertidur pulas. Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Ia beringsut perlahan dan turun dari ranjang tidurnya. Dengan cepat, ia mengganti pakaiannya dan turun dari kamar.

Nanda berjalan mengendap-ngendap agar tidak menimbulkan suara hingga ia keluar dari gerbang rumahnya. Ia melangkahkan kakinya perlahan, menyusuri jalan perumahan miliknya sembari memainkan ponsel untuk memesan taksi online.

Beberapa menit kemudian, taksi yang dipesan Nanda sudah tiba di depan pintu masuk perumahannya. Ia segera masuk ke dalam taksi tersebut dan langsung menuju ke Galaxy Hotel.

Begitu sampai di Galaxy Hotel, ia langsung melangkah memasuki lift, menuju ke lantai kamar yang sudah ia pesan sebelumnya.

“Aku sudah sampai,” ucap Nanda lewat pesan singkat saat ia sudah sampai ke lantai yang ia tuju dan berdiri di depan nomor kamar yang ia pesan. Setelah memastikan kalau pesannya terbaca, ia langsung membersihkan chat yang ia kirimkan.

KLEK!

“Nan, I miss you ...!” seru Arlita saat pintu kamar itu terbuka dan langsung merangkul tubuh Nanda.

Nanda tersenyum menatap wajah Arlita dan mengecup bibir wanita itu. “Aku juga kangen sama kamu.”

“Ayu sudah tidur?” tanya Arlita sambil menatap lekat wajah Nanda.

Nanda mengangguk. “Aku nggak punya banyak waktu untuk ketemu kamu, Ar. Kalau Ayu tahu kita masih berhubungan, seluruh hidupku bakal habis.”

“Nevermind. Satu jam aja cukup buat servis kamu,” jawab Arlita sambil mengerdip centil. “Masuk, yuk!” ajaknya sambil menarik lengan Nanda.

Nanda tersenyum lebar. Ia benar-benar merindukan wanita cantik yang selalu membuatnya tergila-gila di atas ranjang. Sayangnya, takdir malah membuatnya menikah dengan perempuan polos yang tidak tahu bagaimana cara memuaskan hasratnya yang terlalu tinggi.

KREEEK ...!

BUG!

Tubuh Nanda langsung tersungkur ke lantai saat kerah bajunya ditarik oleh seseorang dan wajahnya terhujam kepalan tangan hingga membuat sudut bibirnya mengeluarkan darah segar.

“SONNY ...! Kamu apa-apan, sih!?” seru Arlita sambil menatap Sonny yang tiba-tiba ada di sana.

“Kamu masih punya hubungan sama Nanda?” tanya Sonny sambil menatap wajah Arlita dengan tatapan berapi-api.

Arlita gelagapan mendengar pertanyaan Sonny.

“Parah kamu, Lit! Nanda itu udah jadi suaminya Ayu dan kamu masih jadiin dia temen tidurmu?”

“Son, aku ...” Arlita menatap wajah Sonnya dengan tubuh gemetaran. Ia khawatir jika Sonny membongkar semua kelakuannya di belakang Nanda selama ini.

“PELACUR ...!” umpat Sonnya sambil menatap wajah Arlita.

Nanda langsung bangkit dari lantai sambil mengepalkan tangannya. Ia langsung menghujamkan pukulan dengan cepat ke wajah Sonny. “Arlita itu cewekku! Bukan Pelacur!”

Emosi dalam dada Sonny semakin meningkat saat Nanda masih mengakui Arlita sebagai kekasihnya. Terlebih, pria itu masih membela Arlita. Bukannya merasa bersalah karena telah mengkhianati istrinya sendiri.

“ANJING KAMU, NAN!” seru Sonny sambil menghujamkan pukulannya kembali ke wajah Nanda.

BUG!

BUG!

BUG!

Nanda dan Sonny saling menyerang dan tidak ada yang mau mengalah.

“SONNY, STOP!” teriak Arlita. Tapi ia tidak berani memisahkan dua pria yang sedang berkelahi tersebut karena mengetahui kalau mereka berdua berada di bawah naungan satu perguruan silat yang cukup besar di negara ini. “NANDA, STOP!” pintanya histeris sambil menitikan air mata.

BUG!

Tendangan terakhir dari kaki Sonny, akhirnya membuat tubuh Nanda tersungkur ke lantai.

“BAJINGAN KAMU, NAN! Aku serahin Ayu ke kamu buat kamu bahagiain. Bukan kayak gini!” seru Sonny sambil menjejak alat vital Nanda sekuat tenaga.

“AARGH ...! ANJING KAMU, SON!” seru Nanda sambil memegangi alat vitalnya. Dua bola matanya memerah dan nyaris keluar karena menahan rasa sakit yang begitu menyiksa.

“Kamu yang anjing, Nan!”

“SONNY ...! Kamu tega banget, sih!? Jahat!” seru Arlita sambil menghampiri Nanda dan merangkul pria yang sedang merintih kesakitan itu.

“Kalian juga sudah tega menghancurkan hidup wanita yang paling aku cintai. Kalau bukan karena cowok bajingan ini, aku dan Ayu juga nggak akan berpisah!” seru Sonny dengan emosi yang masih berapi-api.

“Kalau kamu masih cinta sama Ayu, ya kamu perjuangin dia, dong! Kami berdua juga masih saling cinta. Jangan salahkan kami karena Ayu yang udah ngerebut Nanda dari aku!” seru Arlita.

“Kamu ...!?” Sonny mengepalkan tangannya dan nyaris memukul Arlita.

“Dokter ...!” Asisten perawat Sonny tiba-tiba muncul dan menahan lengan pria itu.

“Roro Ayu bukan wanita sembarangan. Kalau aku ikhlaskan dia, itu karena aku percaya sahabatku bisa bikin dia bahagia. Karena aku beda kota, kalian bisa memperlakukan Ayu seperti ini, hah!? Inget, Nan! Aku bisa menghancurkan hidupmu lebih dari ini!” ancam Sonny.

“Nanda yang bakal hancurin hidup kamu! Lihat aja, kami bakal laporin kamu ke polisi dan bikin kamu mendekam di penjara!” ancam Arlita.

“Kamu siapanya Nanda, hah!? Cuma pacar. Bukan istri sah dia. Roro Ayu punya hak lebih daripada kamu. Laporin ke polisi aja! Kita lihat, apa yang akan dilakukan orang tua Ayu kalau tahu puteri kesayangan mereka diperlakukan seperti ini!” sahut Sonny sambil menendang kaki Nanda yang sudah merintih kesakitan dan bergegas melangkah masuk ke dalam kamar hotel yang berada tak jauh dari mereka.

“Dokter, aku keluar carikan obat dulu!” ucap Asisten Perawat yang terus mengikuti langkah Sonny dengan perasaan khawatir melihat wajah seniornya itu babak belur. Ia tidak tahu apa yang terjadi hingga membuat seorang dokter anak yang biasanya begitu lembut dan penyayang, tiba-tiba terlibat perkelahian hebat dengan pria yang dia panggil sebagai sahabat. Sepertinya, wanita istimewa yang telah menggerakkan hati seniornya itu.

Sonny mengangguk. “Kamu minta rekaman CCTV sebelum aku berantem sama Nanda!” perintahnya.

“Baik, Dokter.” Asisten perawat itu segera keluar kembali dari dalam kamar. Ia mendapati Arlita dan Nanda yang masih berbaring di lantai koridor dengan wajah babak belur dan bagian bawah perutnya mengeluarkan rembesan darah. Ia meringis nyeri melihat nasib pria yang baru saja dihajar habis-habisan oleh seniornya itu.

“Mas, tolong aku! Bantu aku bawa dia ke rumah sakit!” pinta Arlita sambil berlinang air mata.

Asisten perawat itu mengangguk. Baru saja ingin melangkah menghampiri Nanda, dua orang pria berseragam security berlari ke arah mereka. Ia langsung mengurungkan niatnya dan membiarkan dua security itu membopong tubuh Nanda yang sudah tidak sadarkan diri untuk segera dilarikan ke rumah sakit. Sebab, ia ngeri dan tidak tega melihat kondisi pria itu. Ia harap, nyawa pria itu masih bisa diselamatkan. Jika tidak, seniornya akan terancam dipenjara.

Di dalam kamar, Sonny menatap ke luar jendela. Gemerlapnya kota Surabaya, sudah lama tidak pernah ia nikmati. Ia mengambil ponsel dan menelepon Ayu beberapa kali, tapi tidak mendapatkan jawaban. Ia tahu, kebiasaan Ayu setiap malam adalah meletakkan ponselnya dalam mode silent. Perasaannya tak karuan dan pertanyaan di kepalanya semakin bertambah. Ia sangat mengkhawatirkan keadaan mantan tunangannya itu.

“Ayu ... are you happy now?” bisik Sonny sambil menatap cincin tunangan yang masih melingkar erat di jemari tangannya. Andai hari itu ia mau berjuang untuk Ayu. Mungkin hidupnya tidak akan berakhir seperti ini. Ia sudah sangat mengenal Nanda dan Arlita sejak mereka duduk di bangku SMA.

Ia pikir, Nanda akan berhenti bermain wanita setelah menikah. Nyatanya, sahabatnya itu tidak pernah berubah dan malah membuat hati Ayu terluka. Ia tidak peduli dengan Nanda, yang ia pedulikan hanyalah Ayu. Ia ingin melihat Ayu bisa hidup bahagia, meski bukan dia yang menjadi sumber kebahagiaan itu. Tapi jika Nanda malah menyakitinya, maka ia tidak akan segan merebut Ayu kembali ke dalam pelukannya.

 

 

((Bersambung...))

 

Nantikan kisah seru selanjutnya!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas