Thursday, September 17, 2020

From Zero to be Perfect Hero

 


 

Hai, sobat ...!

Udah lama banget aku nggak curhat nih...

Mmh ... enaknya bahas apa ya?

Artikel kali ini, aku kasih judul From Zero to be Hero aja, deh. Obrolan pagi yang aku lakukan bersama Rapunzel di grup Ambassadorku. Entah kenapa, aku jadi ingin berbagi pengalamanku di sini.

 

Why?

Karena ada banyak hal yang kita capai, semuanya berawa dari nol. Nggak ada yang instan.

Akhir-akhir ini, banyak yang membicarakan soal pencapaianku sebagai seorang penulis novel Best Seller dan juga Ambassador di Platform Novelme.

Sebagai orang yang hobi nulis, pasti nggak akan pernah menyangka akan dapet penghasilan belasan juta setiap bulannya dari menulis novel. Awalnya cuma iseng ... mmh, kalau dibilang iseng. Nggak juga, sih. Karena keisenganku yang aku lakukan belasan tahun lalu, sudah berubah menjadi sesuatu yang aku seriusi.

 

Ya, aku benar-benar serius ingin menjadi seorang novelis ketika aku duduk di bangku SMA. Konyol ya? Buat orang yang kayak aku (selalu dinilai sebagai badgirl di sekolah) punya cita-cita ingin menjadi seorang novelis. Ngerti novelis aja saat itu nggak tahu. Cuma ngerasa, bisa nulis sebuah novel itu keren. Udah, gitu aja. Nggak pernah belajar soal cara menulis novel.

 

Walau nggak pernh belajar, tapi aku seneng banget sama pelajaran Bahasa Indonesia. Kelas 3 SD, aku udah seneng banget nulis. Saat itu, aku sudah mengikuti sebuah kompetisi antar sekolah. Dulu, namanya lomba sinopsis dan aku dapet juara. Saat itu, aku menceritakan dan mengembangkan kembali cerita yang sudah aku baca. Biasanya, dikasih waktu lima belas menit untuk baca naskahnya dan kita menceritakan kembali naskah yang kita baca. Aku seneng banget saat itu. Sejak itu, aku emang  jadi hobi nulis. Nulis  apa aja dan di mana aja. Makanya, sejak SD aku sudah paham dengan sudut pandang cerita, hanya saja belum bisa mendalami teknik kepenulisan yang lebih dalam lagi.


Saat lulus SMA, aku menyerah mengejar cita-citaku sebagai seorang novelis. Why? Karena aku sibuk dengan pekerjaan yang mengambil waktuku sejak pagi hingga pagi. Tapi, aku tidak benar-benar menyerah saat itu. Bagiku, sedikit saja asal tetap menulis. Akhirnya, aku memilh untuk terus menulis sambil bekerja. Setidaknya, aku tetap menjalani hobiku walau hanya menghasilkan satu puisi dalam seminggu. Oleh karenanya, aku bisa menerbitkan 23 buku antologi cerpen dan puisi hanya dalam waktu dua tahun.


Bagiku, menulis itu hobi ... sesibuk apa pun, aku pasti senang melakukannya. Melepas penat dan lelah saat bekerja dengan menulis.


Aku juga menjelajah platform menulis di beberapa tempat. Mungkin, kalian semua sudah baca artikel aku sebelumnya tentang 5 Situs Penulis Novel Populer dan Bisa Menghasilkan Uang . 

Aku akan menulis sesuai dengan kemampuanku. Oleh karenanya ada beberapa platform yang tidak aku masuki karena beberapa persyaratan yang memberatkan buatku.

Aku termasuk beruntung karena bertemu dengan Novelme sejak NTW Season 1. Sehingga, saat ini proses panjang yang sudah aku alami bisa membuahkan hasil yang sesuai.

 

Tak ada yang instan, semuanya butuh proses yang panjang. Kalau kamu masih belajar setahun, dua tahun atau tiga tahun di dunia kepenulisan. Kamu jangan merasa puas dulu, ada banyak hal yang belum kamu alami dan semuanya butuh proses.

 

Aku suka menulis sejak kelas 3 SD. Kalau karyaku dikumpulin semua seperti zaman sekarang ini, karyaku mungkin udah ribuan. Sayangnya, zaman dulu cuma nulis tangan di kertas, kemudian hilang begitu saja. Aku mulai hobi menulis sejak usia sembilan tahun. Kalau di usia 29 tahun karyaku baru bisa Best Seller, artinya aku sudah menghabiskan waktu 20 tahunku untuk belajar menulis dan tidak menyerah saat semua orang menganggap kalau menulis tidak menghasilkan apa-apa.

 

"Kerja keras dan konsistensi adalah perahu terbaik yang akan membawamu ke tempat tujuan yang kamu inginkan."

 

 Banyak penulis yang baru belajar menulis, tapi mereka sudah insecure karena tidak ada yang mau membaca karyanya. Menurutku, bukan tidak mau ... hanya belum mengenal saja. Sama seperti dirimu sendiri, jika tak pernah menyapa orang lain. Orang lain tidak akan mengenalmu.

 

Anggap saja, sebuah platform adalah sekolah. Tempat kamu belajar, menimba ilmu dari guru (editor) dan juga bersosialisasi dengan teman-teman lainnya. Ada murid yang memiliki karakter dan gaya tersendiri sehingga bisa menjadi murid populer. Begitu juga seorang penulis. Penulis harus memiliki gaya penulisan sendiri. Karena semua punya pasar pembacanya sendiri-sendiri.


Kalau kita hanya menulis, menyimpannya seorang diri alias nggak mau promosi ... terus, mau karya kita dibaca banyak orang? Gimana caranya? Nggak mungkin, kan? Menulis dengan cara diam-diam saja, itu seperti kita menulis di buku diary, menyimpannya di laci, tapi menginginkan banyak orang untuk membacanya.

Sebelum memilik karya Best Seller, aku sudah berjuang keras dan berusaha keras di platform yang saat ini menjadi tambatan hati karena sudah menghasilkan banyak pundi-pundi dari kerja kerasku selama 20 tahun belakangan ini. Bukan proses yang mudah dan instan begitu saja. Bukan sesuatu yang hanya sekedar ikut-ikutan semata karena melihat penulis lain sukses di dunianya.

Saat aku menulis di platform Novelme, penuh dengan kerja keras karena aku berusaha untuk survive di platform tersebut seorang diri. Tak ada penulis yang aku kenal, tak ada editor yang aku kenal, tak ada ambassador yang aku kenal seperti sekarang ini. Buatku, sekarang nulis di platform Novelme jauh lebih mudah karena dapet banyak bimbingan untuk berkembang lebih baik lagi. Tergantung bagaimana kamu berkembang di platform tersebut.

Awalnya, Novelme adalah sebuah platform untuk kompetisi menulis cerpen yang kemudian berkembang menjadi sebuah platform menulis novel. Di kompetisi pertama tahun 2019, kita harus mengumpulkan banyak Star untuk bisa masuk ke Top 100 Rank Populer. Buat dapetin 1 buah Star aja susah banget. Aku sampai japri semua temen-temenku buat minta dukungan dan cuma bisa masuk ke Top 100 doang. Nggak bisa juara. Alluna Wedding Party, menjadi karya novelku pertama di Novelme. Juga menjadi sebuah pencapaian yang membanggakan untuk diriku sendiri karena aku bisa menyelesaikan 1 buah novel dalam waktu 1 bulan. Biasanya, sampai setahun nggak kelar-kelar.


Di novelku yang kedua, aku baru mengerti konsep platform Novelme yang mengusung konsep webnovel dengan cerita yang mengandung ratusan bab. Berbeda dengan novel konvensional yang hanya terdiri dari 15 sampai 20 bab. Akhirnya, aku mulai mempelajari bagaimana sistem di Novelme bekerja.

Awalnya, dapetin uang di Novelme cuma ngandalin menang kompetisi aja. Berat banget kan? Tapi, aku selalu mengikuti pembicaraan di komunitas dan Novelme terus berkembang. Sekarang, bukan cuma bisa dapet uang dari kompetisi aja. Bisa dapet uang dari penjualan bab berbayar (karena pembaca di Novelme benar-benar menghargai karya dan kerja keras penulis kesayangannya), bisa dapet uang dari hadiah yang dikasih pembaca. Ada bonus Rp 400.000 setiap bulannya kalau kita rutin update selama sebulan full. Pokoknya, di Novelme ... penulis benar-benar dimanjakan. Bukan cuma dikasih uang bertubi-tubi, tapi juga dikasih ilmu yang harganya tak bisa dinilai dengan uang yang kita dapat di Novelme.


Kalau penulis baru mengeluhkan menulis di Novelme itu berat, buatku ringan banget sih daripada nulis di platform lain. Lagian, Novelme menghargai penulis yang benar-benar bekerja keras. Sama aja kayak kamu kerja di perusahaan, kalau kerjaan kamu bagus ... pasti akan dihargai dan dikasih bonus sama perusahaan. Karena buat dapetin 400K sebulan, syaratnya nggak susah. Beda dengan di awal-awal saat kami baru gabung di Novelme. Untuk dapetin 400K, harus masuk Top 50 dulu. Kalau sekarang, semuanya bisa dapet asal kita sudah terikat kontrak dengan Novelme.


Sistem untuk mendapatkan bab berbayar juga sangat mudah. Berbeda dengan platform lain. Di salah satu platform, bukuku sudah dibaca 2rb kali, tapi waktu ngajukan bab berbayar, langsung ditolak oleh platform tanpa dikasih tahu alasannya apa. Aku kan jadi kayak orang bego. Rasanya, kayak nembak cowok ... terus ditolak aja gitu tanpa sebab. Sakit kan?

Kalau di Novelme, naskah yang nggak lolos review selalu dikasih tahu alasannya supaya bisa diperbaiki. Jadi, penulis juga semakin lama semakin berkembang seiring berjalannya waktu. Yang paling aku suka adalah ini. Platform melindungi penulis-penulisnya dari plagiasi dan memberikan banyak materi untuk berkembang.

 

Makanya, aku lebih nyaman ada di Novelme karena semuanya sudah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan aku senang karyaku dilindungi oleh Novelme secara hukum. Berbeda dengan platform lain yang nggak ada ikatan apa pun. Aku justru nyaman dengan perusahaan yang mengikat aku secara hukum.

Seperti yang udah aku bilang, platform ini udah kayak sekolahan. Sebaik apa pun gurunya, kesuksesan akan tetap bergantung pada kemampuan murid itu sendiri, kerja kerasnya dalam belajar dan sebagainya.

Kalau semua berpikir kesuksesanku di Novelme itu instan, aku rasa enggak. Karena aku punya waktu yang begitu panjang untuk membaca dan belajar, terlalu lambat. Aku justru bangga dengan mereka yang sudah bisa memiliki karya-karya bagus di usia muda.

So, buat kalian yang masih belajar ... jangan pernah menyerah begitu saja. Sebab semua hal perlu proses. Perjuangan yang dilakukan dari nol, rasanya akan jauh lebih berharga. Sampai saat ini, aku pun masih terus belajar. Sebab dunia kepenulisan semakin berkembang seiring perkembangan zaman. Kita juga tidak bisa menolak perubahan, tetap harus berjalan seiring dengan perubahan zaman supaya karya kita tetap diterima dengan baik oleh banyak orang.

 

Sampai di sini tulisan dari aku. Aku masih harus nulis novel yang on going setiap hari nih...

Semoga menginspirasi ..



Much Love,


Rin Muna


 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas