Saturday, March 9, 2019

Cerpen | Pacar Khayalan | DWPF

miladenleschi


Clue tantangan dari Christine Gloriani 09/03/2019 : Pacar Khayalan


Minggu-minggu pertama aku masuk middle school memang mengasyikan. Aku bertemu dengan teman-teman baru yang tidak aku temui di sekolahku sebelumnya. Aku kini beranjak remaja, mulai ada rasa keinginan untuk kongkow bareng teman-teman sebayaku. Semuanya terasa biasa saja. Bahkan aku mulai sibuk dengan tugas-tugas sekolah.
Di ujian semester pertama, aku hampir gila karena nilai Matematika dan Fisikaku yang buruk. Dengan terpaksa aku harus mengikuti ujian ulang ketika anak-anak yang lain sudah terbebas dan asyik nongkrong saat class meeting. Hmm ... sedangkan aku harus menelan pil pahit karena tidak bisa berkumpul bersama mereka. Terlebih aku harus menjalani dua kali ujian ulang mata pelajaran Fisika.
"Aaargh ...!" Aku mengacak rambutku dan menjatuhkan tubuhku di kursi taman. Aku kesal kenapa aku tak sepandai anak-anak lain soal pelajaran Matematika dan Fisika.
Tepat di belakang bangunan laboratorium biologi, ada sebuah lapangan dengan mini stage di salah satu sisinya. Dari tempat aku duduk, aku bisa melihat mini stage yang tidak tertutup bangunan laboratorium. Aku memerhatikan seorang cowok berambut pendek dengan gitar akustik di tangannya.
Hampir semua mata tertuju pada cowok berkulit putih yang sedang duduk di atas mini stage, termasuk aku yang masih punya mata normal. Cowok itu mulai memetik senar gitar satu persatu dan melantunkan sebuah lagu romantis yang tak asing di telingaku.
Aku berjalan mendekat ke tepi lapangan. Sudah ada belasan ... eh!? sepertinya lebih dari belasan cewek yang berdiri di depan stage sambil melambaikan tangan kanannya mengikuti irama gitar yang dimainkan cowok itu.
Aku menyunggingkan senyuman tanpa aku sadari, bahkan mataku tak lepas memandangnya. Terlebih lagi ketika cowok itu melihat ke arahku yang berdiri seorang diri di sudut bangunan laboratorium. Bangunan ini berdiri di atas tanah yang lebih tinggi 2 meter dari lapangan. Hingga aku bisa melihat jelas seisi lapangan dari sini.
"Sam, kamu lagi perhatiin dia ya?" Senggolah di bahu membuyarkan lamunanku.
"Eh!? Enggak. Apaan sih?" cibirku ke arah Fanny.
"Duet sama dia, gih! Suara kamu kan bagus. Kayaknya cocok sama suaranya dia." Fanny tersenyum sembari memainkan kedua alisnya.
Aku mengangkat kedua pundakku. "Nggak kenal."
"Seriusan nggak kenal? Dia kakak kelas yang sering dibicarain anak-anak, Kak Aldhi," ucap Fanny setengah berbisik.
"Seriusan? Ganteng," pujiku.
"Makanya, duet bareng dia. Yuk!" Fanny menarik lenganku.
Aku menggelengkan kepala sembari menahan lenganku agar tak terseret oleh tangan Fanny.
"Samantha ... kamu lagi pusing sama ulangan Fisika yang nggak lulus-lulus itu kan?"
"Nah, itu tau!"
"Iya. Makanya kamu coba nyanyi aja, siapa tahu kamu bisa lebih hepi dan rileks." Fanny menarik lenganku cukup keras hingga aku harus mengikuti langkahnya menuju mini stage yang ada di sisi lapangan tersebut.
Tanpa malu Fanny naik ke atas stage dan berbisik ke arah kak Aldhi. Entah apa yang dibicarakannya, aku hanya bisa memandangnya dari bawah stage, berbaur dengan cewek-cewek lain yang sedang menikmati penampilan kak Aldhi.
Huft, mereka beruntung sekali karena tidak harus mengikuti ujian ulang. Setiap hari bisa melihat kak Aldhi tampil menghibur jam kosong usai ulangan semester.
"Oke, kali ini ada sebuah lagu spesial yang akan saya bawakan. Karena ... kali ini saya akan berduet dengan seseorang yang memiliki suara istimewa. Namanya Samantha ... silakan naik ke atas panggung!" Suara Kak Aldhi terdengar jelas di depan microfon yang ia gunakan.
Aku bergeming. Dari mana dia tahu suaraku istimewa? Dengar aku nyanyi pun belum pernah. Gimana kalau ternyata suaraku fals banget? Ini pasti kerjaan Fanny yang suka melebih-lebihkan sesuatu.
Perlahan-lahan aku melangkahkan kaki naik ke atas panggung. Kak Aldhi menyambutku dengan senyuman yang manis banget. Dan aku dibuat nervous nggak karuan karena dia mengulurkan tangannya bak pangeran yang sedang mengajak seorang putri untuk berdansa bersamanya.
Pipiku menghangat dan aku tahu pasti pipiku merona merah karena tersipu malu dengan perlakuan Kak Aldhi yang begitu istimewa, membuat para cewek berteriak karena iri. Kak Aldhi bukan cuma ganteng, tapi juga romantis dan jago main musik, suaranya juga bagus. Sepertinya semua tentang dia selalu indah, it's perfect boy!

"Sam!" Panggilan itu menyadarkan lamunanku.
"Ngelamun?" Tiba-tiba saja Fanny sudah duduk di sampingku.
"Eh ... oh ...." Aku gelagapan karena tertangkap basah sedang melamun. Oh tidak! Lebih tepatnya aku sedang menghayal kalau aku sedang berduet dengan Kak Aldhi. Kakak kelas ganteng favoriteku.
"Masih remedial Fisika?" Fanny melirik buku Fisika yang sedang aku pegang.
Aku mengangguk.
"Kamu ngelamunin apa tadi? Sampai aku panggil berkali-kali nggak dengar."
"Remedial Fisika." Aku berbohong agar tidak membuat Fanny terus bertanya. Dia pasti akan menertawakanku kalau tahu aku sedang menghayal tentang Kak Aldhi. Aku sadar kalau aku sama sekali tidak serasi dengan Kak Aldhi. Dia juga sudah punya pacar. Kak Mella, cewek paling cantik di sekolah yang juga sekelas dengan Kak Aldhi. Hmm ... mereka terlihat sempurna. Aku tidak mungkin bisa menjadi pacar Kak Aldhi. Dia hanya bisa jadi pacar khayalanku saja. Sampai kapan pun, dia akan jadi khayalan terindah dalam hidupku.



Ditulis oleh Rin Muna untuk PenA Friends
Samboja, 9 Maret 2019




4 comments:

  1. kalau yang berbau " pacar Khayalan " itu adalah kerjaan gua dulu, hihihihi*buka kartu sendiri*...

    ngayalnya ngak tanggung2 , pengen yang KAYA, CANTIK, ANAK TUNGGAL, UMURNYA MUDA, PENURUT, MAKANNYA NGAK BANYAK dan SHOLEHAH pula, hahahah.... mana ada seperti itu, kalaupun ada IA pasti NGAK Mau dengan Kita. hahahha.... namanya juga menghayal dot com. :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahaha .. memang ya... sama aja... aq jg dlu begitu.. menghayalnya yang indah2 mulu...

      Dan khayalan itu selalu terbalik dari kenyataan sebenarnya....

      Gimana kalau kita menghayal yang buruk2? Apa kenyataannya bisa terbalik jadi indah di kehidupan nyata?
      Sepertinya perlu dicoba... wkwkwkwk

      Delete
    2. silakan Mbak duluan yang coba, NTAR kalau BERHASIL, saya NIRU deh, heheheh....*biar ngak rusak sekaset* hahahahh.....

      Delete
    3. Hahahaha... ini mah aku yang dikobrankan... eh!? dikorbankan...

      Delete

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas