Wednesday, December 26, 2018

Hantu di Langit Kamarku


Hantu di Langit Kamarku
pixabay.com


Aku merebahkan tubuhku di atas kasur. Menatap langit-langit kamar. Mataku masih sembab.
Sesekali bayangan semu bergelayut di langit-langit kamarku.
Kadang ia tertawa, kadang ia menangis, kadang ia merintih.
Senyum dan tawa itu, sungguh menyayat hati. Terlebih lagi senyum itu bukan lagi milikku.
Sesekali ia menangis, memohon maaf atas kesalahannya.

Aku menatapnya, sesekali bayangan itu hilang lalu muncul kembali.
Dia pernah mengajakku bercanda. Kami tertawa, menari bersama.
Dia pernah mengajakku bermimpi, membangun istana indah di negeri sendiri.

Namun, tiba-tiba dia hanya menjadi bayangan yang terus menghantuiku.
Bergelayut manja di pelupuk mata dan langit kamarku.
Sungguh, aku ingin menghancurkannya. Menghilangkan dia dari hari-hariku...
Dia terlalu semu untuk aku sentuh.

Andai waktu bisa kuputar kembali, aku memilih untuk tidak pernah mengenalnya.
Dia itu seperti hantu yang datang tiba-tiba mengetuk pintu hatiku, hanya untuk menyayat dinding-dinding hati ini. Kemudian pergi begitu saja tanpa kata.
Bagiku, kini dia hanyalah hantu.
Yang selalu bergelayut di langit-langit kamarku.
Tanpa tahu bagaimana mengusirnya.
Dia selalu mengganggu tidurku, selalu mengusik hatiku.
Sebab aku masih cinta.
Dan kini ia mencintai dia...

Mantan, kamu adalah hantu paling menakutkan dalam hidupku.
Masih lebih baik aku bercengkerama dengan kuntilanak yang selalu tertawa.
Atau bersahabat dengan tuyul yang bisa mencarikan aku banyak uang.
Kamu itu seperti genderuwo, lebih menyeramkan dari itu...

Aku mohon, pergilah bayang-bayang masa laluku...!
Terlalu perih...
Terlalu sakit untuk menatapmu.
Menatap cerita kita yang indah kemudian pecah berkeping-keping.
Melukai hati yang hanya bisa merintih...
Tak mampu membuatmu kembali. Hanya bisa menangis melihatmu bahagia bersama si dia.

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas