Menu BacaanMu
- Perfect Hero (309)
- Puisi (121)
- My Experience (118)
- Rumah Literasi Kreatif (86)
- Novel MLB (80)
- Cerpen (70)
- Then Love (57)
- Belajar Menulis (52)
- Esai (47)
- Puisi Akrostik (43)
- Artikel (42)
- Review Novel (21)
- Review Drama (18)
- Relima Perpusnas RI (16)
- Ekonomi & Bisnis (9)
- Novel The Cakra (8)
- Wisata (8)
- Aku dan Taman Bacaku (6)
- Review Aplikasi (6)
- Kumpulan Novel (5)
- Novel ILY Ustadz (4)
- Pendamping Nakal (3)
- Biografi Penulis (2)
- Opini (2)
- Daily (1)
- Donasi (1)
- Dongeng (1)
- Komunitas (1)
- Materi Cerdas Cermat (1)
Saturday, July 29, 2023
Wednesday, July 26, 2023
HOW CULTURE IS RELATED TO LANGUAGE?
Culture have many definitions. Gurito stated
that culture indicates all aspects that members of a group share together.
Children learn ways of doing things, ways of talking, smiling, laughing, liking
and disliking things. Culture determines people’s action, their social
relationship and their morality (Gurito, 2003: p 1).
Meaning of the culture is very diverse. People
ussualy relate culture with traditional dancing, traditional ceremonies, and
arts. Now let us see that there are other kinds of representations of culture
on our daily life. The way we speak to our friends, to our parents, teacher or
even strangers represents of our culture. Take for example the way the western
people ear which uses knife and fork is different from the way we eat, which
uses ouu hands and also different from the way Chinese people eat, which uses
chopstick. Relate to the concept of culture, we have also the concepts of
cultural values and cultural norms.
Let us move to discuss the relation between
culture and language. If we apply Whorf’s ideas about language and culture, we
can see that the way people see things is indeed reflected in their language.
For example, in Indonesia we have many to represent rice. In our culture rice
is very important, that is why we have many words to represent each from of it.
We have the word ‘padi’ for the form of rice in the field, ‘gabah’ for its form
after being harvested, ‘beras’ for the form before being cooked, and finally
‘nasi’ for the form after being cooked. In America, where rice is not
considered as important as in Indonesia, there is only one word for it that is
rice.
Languange
is easiest communication tool to convey cultural differences. Each region has a
different speech culture, different habbit, different celebration and different
religion. All can be conveyed through good language communication. Language is
expression from the culture. Many researchers found that there are many words
or expressions that have strong relation with the culture of the people who use
those words and expressions.
Source : Module 1 PBIS4102 Cross Cultural
Understanding, Universitas Terbuka Publisher
I have been task from my Online Tutor.
I share it to be reminder for my self and sharing with you.
If you read my text, give me some advice, please!
Thank you 💓
043671972 - English Literature for English Translator
Tuesday, July 25, 2023
Masa Mudamu Kamu Habiskan Untuk Apa?
![]() |
| Penanaman Mangrove bersama Pertamina Hulu Sanga-Sanga |
Tuesday, June 27, 2023
Tentang Mengeluh
Friday, June 23, 2023
DILEMANYA PUNYA TAMAN BACA
![]() |
| Tim Kaligrafi Rulika |
Puisi Akrostik | Perfect Hero | Yeriko Sanjaya Hadikusuma
Puisi Akrostik
"Perfect
Hero"
Yakinkan aku bahwa kau
satu-satunya rumah bagiku
Egoku kadang tak lihat
siapa pun
Rasa dalam hati ini pun
kadang terkikis
Inginku kaulah yang jadi
sandaran
Kala hatiku resah, kala
jiwaku gundah
Otakku tak bisa berhenti
memikirkan semua tentangmu
Sekian
banyak cinta yang hadir dalam hidupku
Aku
hanya melihatmu yang tak pernah goyah
Nyawa
dan hatiku seolah bersantai dalam genggamanmu
Jahatnya
dunia bahkan tak bisa melukaiku
Aku
selalu aman bersamamu
Yakin
dengan cinta kasih dalam dekapmu
Andai
dunia runtuh, kuingin ciptakan dunia baru untuk kita berdua
Hatiku tak pernah
merasakan jeda merindu
Apa pun tentangmu,
bagiku adalah bahagia
Dalam rasa sakit aku
tetap mencintaimu
Indahnya kata cinta tak
seindah rasanya
Kamu hadir dalam rasa
sakit penuh kenikmatan
Untuk buktikan bahwa
cinta tak mengenal rasa
Sepertinya aku lebih
memilih mematikan rasa sakit
Untuk bisa hidup di
sisimu
Meski dunia menentang
dan cobaan bertubi-tubi menerjang
Aku tetap ingin
mencintaimu tanpa batasan
-
VELLA NINE, 2021 -
Friday, May 26, 2023
Banjir Air Mata Di Sertifikat PKP Dinkes Ini
Aku selalu menangis setiap kali lihat foto ini.
Rasanya, masih nggak percaya kalau aku bisa sampai ke sini.
Harus menempuh perjalanan selama sedikitnya 4 jam ke Tenggarong dan bawa motor sendiri.
Demi apa? Demi dapetin sertifikat PKP yang cuma diadakan setahun sekali sama Dinas Kesehatan.
Sebenarnya, aku nggak mau ke sana karena jauh banget.
Makanya, di tahun 2020 aku minta sama Pak Ispiani untuk bantu aku dapetin sertifikasi PKP, supaya kami bisa dapet PIRT dan Sertifikat Halal. Karena aku memang menjadi mitra binaan PHSS sejak tahun 2019.
Alhamdulillah, beliau mengiyakan. Awalnya, mau aku aja. Tapi, aku pengen semua temen-temen Pelaku Usaha juga bisa dapet. Akhirnya, di tahun 2021, PHSS ngasih pelatihan bertahap lewat Unmul, supaya aku bisa dapet sertifikat PKP.
Sayangnya, hasilnya malah nihil. Aku bener-bener nggak dapet kesempatan buat dapetin sertifikat ini, sementara yang lain sudah bisa dapat. Aku sempat protes sama salah satu ComDev PHSS karena mereka nggak kasih apa yang mereka janjikan ke aku. Aku minta maaf banget soal ini. Karena emosi itu, perasaan yang manusiawi .
Okelah, nggak papa. Aku akan coba usaha lagi.
And then, saat temen dosen ITK datang ke rumah, aku berusaha minta tolong adakan pelatihan untuk UMKM lagi, supaya aku bisa dapet sertifikat PKP. Hasilnya ... nihil lagi.
Aku rasanya sedih banget. Karena udah 2x sertifikasi PKP ke kampungku, tapi aku malah nggak dapat.
Artinya, aku harus go sendiri ke Tenggarong demi dapetin sertifikatnya.
Aku udah nyerah minta bantuan ke sana ke sini.
Pada akhirnya, aku cuma bisa mengandalkan diriku sendiri.
Dan ... tanggal 24 Mei kemarin, aku otewe ke Tenggarong. Berangkat jam 5 sore, sampai di sana jam 10 malam. Karena jalanan banyak yang rusak dan gelap, aku nggak bisa cepet bawa motor.
Aku bawa motor dalam keadaan nahan sakit perut dan sakit kaki. Karena emang kebetulan lagi sakit sejak tiga hari sebelumnya.
Pelatihannya dari pagi sampe sore. Akhirnya, aku harus nginap lagi karena aku nggak berani lewat Bukit Soeharto sendirian dalam keadaan gelap gulita. Aku baru pulang ke Samboja paginya. Kali ini, aku berangkat subuh dan baru sampe samboja jam.10. Nggak tahu kenapa lambat banget nyampenya, padahal aku nggak ada istirahat sama sekali dari Tenggarong sampai ke km.48.
Sepanjang perjalanan pergi dan pulang, aku selalu berderai air mata. Rasanya sedih, terharu dan puas banget. Nggak nyangka kalau akhirnya aku bisa dapetin selembar kertas ini dengan berjuang seorang diri, tanpa minta bantuan siapa pun lagi. Setiap lihat kertas ini, aku selalu mewek. Ini berharga banget buat aku. Karena ada perjuangan nggak mudah yang aku lakukan buat dapetin ini. Ibaratnya, aku udah bertaruh nyawa di jalanan demi dapetin ini aja. Sebagian orang, bakal menganggap aku ini bodoh. Buat apa sampe segininya?
Karena aku serius mau bawa produk daerah supaya dikenal sama orang banyak di luar sana. Bahkan, rak nanas pun udah aku siapkan sejak tahun 2018, tapi sampe sekarang masih belum sukses buat bawa produknya.
Kalau dibilang gagal, aku ini emang udah gagal. Dari tahun 2020, aku nggak bisa bawa Stick Nanas buatanku dikenal sama banyak orang. Bahkan, aku harus menghentikan produksi sementara karena tiba-tiba ada produk lain yang brandingnya sama persis. Aku harus mulai dari nol lagi untuk re-branding produk aku.
Sampai temen-temenku yang di luar Kalimantan bilang "Kamu berat ya lepasin anak kamu yang satu itu?"
Ya, berat banget. Karena ada darah dan air mata yang aku pertaruhkan untuk bisa sampai di sini.
Orang lain nggak tahu, yang ditahu cuma enaknya aja.
Makanya, saat temen-temen bisnis nyaranin buat berhenti dan lepasin, hati kecilku masih bilang "Aku masih mau berjuang. Aku belum nyerah, aku belum nyerah, aku belum nyerah!"
Kalau pada akhirnya aku tetap gagal, aku tetap ingat kalo aku pernah berjuang demi anakku yang satu ini.
Aku tetap bisa belajar dari kegagalanku. Aku tetap belajar dari semua pengalamanku.
Apa yang nggak bisa aku dapatkan hari ini, mungkin bisa aku dapatkan suatu hari nanti.
Terima kasih, untuk cerita hidup yang nggak akan pernah aku lupakan seumur hidupku.
Akan aku abadikan, dalam tulisan-tulisanku.
Supaya ceritaku tetap hidup, saat aku sudah mati.
Supaya anak-anakku (anak biologis, anak angkat & karya-karyaku) tahu kalau aku juga pernah berjuang untuk mereka.
Much Love,
Rin Muna
Founder Rumah Literasi Kreatif
Sunday, May 21, 2023
Langkah Pertama di Panggung Pesta Laut Pesisir Tahun 2023
Langkah Pertama di Panggung Pesta Laut
Tak ada sponsor, tak ada tim rias profesional. Hanya aku, jarum, dan benang.
Aku meminta anak-anak untuk merias wajah mereka sendiri. Sebab, mereka jauh lebih pintar untuk bersolek ketimbang diriku. Anak-anak Gen Z memang generasi yang pandai dalam merias diri, tidak seperti generasiku.
Aku hanya menyiapkan beberapa bahan make-up yang mereka butuhkan. Aku bukan perias, apalagi desainer, tapi hari itu aku bertekad menghadirkan sesuatu yang pantas untuk mereka, sesuatu yang bisa membuat mereka percaya diri di depan orang banyak.
Dalam diam, aku sempat bertanya pada diri sendiri: Apakah ini terlalu nekat?
Tapi saat kulihat mata mereka berkilat penuh semangat, keraguan itu luruh begitu saja.
Ketika nama Rumah Literasi Kreatif dipanggil oleh pembawa acara, dunia seakan berhenti sesaat.
Langkah kecil mereka menapaki panggung megah itu penuh percaya diri. Musik tradisional berpadu dengan denting modern, dan di situlah aku melihat sesuatu yang tak bisa dijelaskan:
Anak-anak itu, yang dulu pemalu dan tak berani tampil, kini berjalan dengan kepala tegak.
Mereka tersenyum lebar di atas panggung dengan jiwa yang penuh keyakinan.
Dari sisi panggung, aku menahan napas. Air mata menitik tanpa bisa kutahan. Semua lelah dan kekhawatiran seolah terbayar lunas malam itu.
Tak ada yang tahu bagaimana aku harus menjahit hingga tengah malam, atau bagaimana aku menukar sebagian uang jahitan untuk membeli cat wajah murah di pasar. Tapi di hadapan gemerlap lampu panggung, semua pengorbanan itu berubah menjadi cahaya kecil yang menyinari langkah mereka.
Ketika acara usai, aku bertemu dengan Dayat (Founder Aksara Nusantara). Dia selalu menyapa dengan senyuman khasnya dan berkata, "Kak Rin keren banget!".
Aku tahu, karya dia jauh lebih keren dari apa yang aku ciptakan. Tapi dia selalu memberikan afirmasi positif kepadaku. Mungkin, dia tahu kalau aku adalah wanita yang mudah menyerah dalam melakukan berbagai hal. Dan kata sederhana yang keluar dari bibirnya adalah bentuk dukungan kekuatan yang tidak akan terlupakan.
Dalam hati aku tahu, penampilan itu bukan sekadar ajang fashion show, tapi tonggak pertama perjalanan mereka untuk berani bermimpi.
Dari sebuah panggung sederhana di tepi laut, kami belajar bahwa karya bisa tumbuh dari keterbatasan asal ada kemauan, keberanian, dan cinta yang tulus.
Di pengujung acara aku menyampaikan permintaan maaf pada anak-anak yang sudah membantuku. Tapi mereka selalu berkata,"Nggak papa, Mbak. Kita senang bisa tampil di sini karena kita bisa ketemu banyak artis di belakang panggung."
Aku merasa sangat senang karena mereka tidak keberatan. Mereka tidak menuntut apa pun. Sebab, mereka menganggap acara ini adalah petualangan. Jika mereka tidak ikut denganku, mereka akan menjadi bagian dari penonton yang berdesak-desakan. Bahkan, tidak memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan artis yang mengisi acara malam itu.
Kini, setiap kali aku melihat foto-foto malam itu, aku selalu tersenyum.
Aku teringat suara musik, sorak penonton, dan mata anak-anak yang bersinar.
Malam itu, kami tidak hanya mempersembahkan busana yang aku ciptakan, tapi juga keyakinan bahwa keindahan bisa lahir dari perjuangan kecil yang jujur.
Dan mungkin, itulah makna sebenarnya dari mendampingi mereka. Bukan sekadar membimbing langkah, tapi ikut berjalan bersama, meski kadang dengan sepatu yang sama lusuhnya.
Thursday, May 18, 2023
Penulis Nggak Dapet Bayaran Di Fizzo? Perhatikan Hal Ini Supaya Kamu Tetep Dapet Penghasilan!
Friday, May 12, 2023
Perbedaan Tanda Hubung (En-Dash) dan Tanda Pisah (Em-Dash) | Belajar Nulis
Perbedaan penggunaan tanda pisah dan tanda hubung sertakan contoh penggunakan kedua tanda tersebut pada sebuah kalimat:
Tanda hubung atau en dash (-) digunakan untuk memperoleh penekanan dalam mengembangkan karya ilmiah,
tanda ini berperan dalam memperjelas hubungan bagian-bagian kata.
Contoh :
-
Sore itu aku
berjalan-jalan keliling kota bersama teman-teman.
-
Nike Ardilla adalah
penyanyi Top Era 90-an
Tanda pisah atau em dash ( —) digunakan untuk membatasi penyusupan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
di luar bangun kalimat.
Contoh : Dengan
percepatan vaksinasi – saya yakin akan tercapai – penyebaran covid-19 bisa
dihentikan.

.png)



.png)

.png)

.png)