Friday, October 24, 2025

Menata Ulang Makna Kemajuan: Ketika Keberlanjutan Menjadi Arah Baru Perekonomian Dunia

 


Menata Ulang Makna Kemajuan: Ketika Keberlanjutan Menjadi Arah Baru Perekonomian Dunia

Refleksi dari Lima Tren Pembiayaan Berkelanjutan yang Diumumkan Bank DBS Indonesia

Oleh Rin Muna | www.rinmuna.com


Pernahkah kita merenung bahwa di balik setiap berita tentang banjir, kekeringan, dan krisis pangan, tersimpan pesan yang lebih dalam: bumi sedang menagih tanggung jawab kita?
Kini, keberlanjutan bukan lagi wacana pinggiran, melainkan arah baru yang menentukan apakah perekonomian kita akan tumbuh dengan kokoh — atau rapuh di tengah guncangan iklim dan ketidakpastian global.

Dalam forum yang digelar pada 24 Oktober 2025, Helge Muenkel, Chief Sustainability Officer DBS Bank, mengungkapkan lima tren utama yang akan membentuk masa depan pembiayaan berkelanjutan (sustainable financing) dunia. Ia menegaskan bahwa sektor keuangan memiliki peran strategis dalam mempercepat transformasi menuju ekonomi rendah karbon, di mana keberhasilan tidak lagi diukur dari laba semata, tetapi juga dari dampak sosial dan ekologis yang diciptakan.

Dari Fosil ke Masa Depan: Transition Finance sebagai Jembatan Harapan

Indonesia telah lama hidup dari sumber daya alamnya — dari batubara, migas, hingga hasil hutan. Perekonomian negeri ini tumbuh pesat pada dekade 1970–1990-an berkat eksploitasi energi fosil, namun di balik itu muncul ketergantungan yang panjang terhadap sektor yang lambat bertransformasi.

Kini, konsep transition finance hadir sebagai jembatan di antara dua dunia: masa lalu yang berbasis eksploitasi dan masa depan yang menuntut keberlanjutan. Pendekatan ini mendukung sektor-sektor padat karbon untuk secara bertahap beralih menuju operasi yang lebih ramah lingkungan tanpa mengorbankan pertumbuhan sosial-ekonomi.

Bagi Indonesia, inilah fase penting menuju keseimbangan — bagaimana menurunkan emisi sambil tetap menjaga denyut ekonomi rakyat. Model pembiayaan transisi seperti ini membuka ruang bagi inovasi lokal: teknologi bersih, efisiensi energi, hingga wirausaha hijau yang tumbuh di daerah.

Inovasi Keuangan: Dari Karbon ke Nilai

Krisis iklim menuntut bukan hanya teknologi baru, tetapi juga cara berpikir baru tentang nilai ekonomi. Sistem carbon credit dan munculnya transition credit kini menjadi instrumen penting dalam mengalirkan modal ke proyek-proyek hijau yang nyata.

Langkah DBS Bank melalui pendirian Climate Impact X (CIX) — bursa karbon global bersama Temasek dan Singapore Exchange — merupakan bukti bahwa dunia keuangan bisa menjadi motor perubahan, bukan sekadar penonton. Di tangan lembaga keuangan progresif, pembiayaan bukan lagi sekadar menghitung angka, tapi juga menakar dampak bagi bumi.

Keberlanjutan Adalah Bisnis yang Baik

Di masa lalu, banyak yang mengira bahwa tanggung jawab lingkungan berarti menurunkan keuntungan. Namun data dan kenyataan kini berkata lain. Perusahaan yang menerapkan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) terbukti lebih tangguh menghadapi gejolak ekonomi global.

Helge Muenkel menyebut bahwa keberlanjutan bukan lagi “biaya tambahan”, tetapi investasi masa depan. Dalam bahasa sederhana: kita tidak kehilangan apa-apa dengan menjaga bumi, justru kita kehilangan segalanya jika mengabaikannya.

Melindungi Alam = Melindungi Perekonomian

Indonesia, dengan 20 persen hutan mangrove dunia dan keanekaragaman hayati luar biasa, memegang kunci penting dalam Nature-Based Solutions (NBS). Proyek restorasi mangrove dan rehabilitasi lahan gambut bukan hanya proyek lingkungan, tetapi juga sumber daya ekonomi baru yang mampu menciptakan lapangan kerja, melindungi pesisir, dan mengurangi kerugian akibat bencana.

Jika di masa lalu pembangunan selalu diukur dari seberapa banyak kita menebang hutan, maka masa depan harus diukur dari seberapa banyak kita menumbuhkan kembali kehidupan.
Dalam hal ini, menjaga alam berarti menjaga neraca ekonomi bangsa — bukan hanya hari ini, tapi untuk generasi berikutnya.

Kolaborasi Adalah Kunci

Transformasi hijau tidak bisa dilakukan sendirian. DBS Indonesia, lewat kolaborasi lintas sektor dengan ADB, IFC, dan Karian Water Services, telah menunjukkan bagaimana model blended finance bisa menghadirkan air bersih bagi jutaan penduduk di Jakarta dan Tangerang.

Kolaborasi seperti ini menjadi contoh bagaimana sinergi antara pemerintah, sektor swasta, dan lembaga keuangan dapat membentuk ekosistem ekonomi hijau yang inklusif.


Menyambung Sejarah, Menyongsong Masa Depan

Jika kita menoleh ke belakang, ekonomi Indonesia pernah berakar kuat pada kekayaan alam dan industri ekstraktif. Namun, pola itu sudah tidak relevan untuk menghadapi masa depan yang ditandai oleh krisis iklim dan disrupsi teknologi.

Kini arah ekonomi dunia mulai bergeser: dari kapitalisme eksploitasi menuju ekonomi regeneratif, di mana alam, manusia, dan modal bergerak seirama.
Ke depan, pembiayaan hijau dan model ekonomi rendah karbon akan menjadi motor baru pertumbuhan nasional — bukan hanya untuk mencapai Net Zero Emission 2060, tetapi juga untuk membangun ekonomi yang lebih tangguh, adil, dan manusiawi.

Sebagaimana kata Helge Muenkel, “Kita perlu mengubah cara pandang terhadap kemajuan — dari sekadar mengejar pertumbuhan jangka pendek menjadi menciptakan kesejahteraan jangka panjang bagi manusia dan alam.”
Itulah arah baru perekonomian Indonesia — bukan lagi hanya besar di angka, tapi juga bijak dalam makna.


📚 Daftar Pustaka:

  1. DBS Bank Indonesia. (2025). Chief Sustainability Officer Bank DBS Ungkap 5 Tren yang Membentuk Arah Sustainable Financing Saat Ini. Siaran Pers, 24 Oktober 2025.

  2. PwC Global. (2024). Centre for Nature Positive Business Report.

  3. World Benchmarking Alliance. (2022). Nature Benchmark Press Release.

  4. Corporate Governance Institute. (2025). Companies with Good ESG Perform Better.

  5. Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2025). Laporan Keuangan Berkelanjutan Nasional.

  6. Bank Indonesia. (2025). Outlook Ekonomi Hijau dan Pembiayaan Berkelanjutan Indonesia.

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas