Ceritaku kali ini bukan sekedar tentang Desa Pela dan perairannya yang luar biasa. Namun, ada cerita lain di baliknya. Yakni, cerita di Desa Pela Baru. Masyarakat lokal lebih sering menyebutnya Desa Sangkuliman.
Desa Sangkuliman memiliki banyak cerita unik. Mulai dari cerita perpindahan penduduknya, cerita tentang wisatanya, juga tentang buku-buku yang terpajang begitu indah dan rapi.
Yang membuatku lebih kagum lagi, di sini ada sebuah perpustakaan yang dikelola secara pribadi oleh Bapak Rojali. Beliau membagi sebagian sudut rumahnya untuk dijadikan perpustakaan.
Sebagai pegiat literasi, aku sangat mengerti bagaimana perjuangan mendirikan taman baca atau perpustakaan dengan uang pribadi. Tentunya bukan hal yang mudah. Banyak dilema yang terus bergelut di kepala dan tubuh para pegiat literasi.
Sebelum kami menuju Perpustakaan BMT (Bertata, Menata, Tertata), kami lebih dahulu mengunjungi Kantor Kepala Desa Sangkuliman. Kami mencoba untuk bertemu dengan Kepala Desa atau Sekretaris Desa. Namun, mereka tidak ada di tempat. Padahal, aku datang bersama Ibu Kepala Bidang Pembinaan Perpustakaan. Sangat disayangkan kami tidak bisa bertemu langsung dengan mereka. Hanya ada staff desa dan satu orang staff desa mendampingi kami ke lokasi perpustakaan.
"Argh! Ternyata lokasi perpustakaannya masih jauh dari Kantor Kepala Desa," batinku.
Kami salah memilih dermaga. Harusnya, kami langsung ke Perpustakaan BMT supaya tidak perlu jauh-jauh pergi ke sana.
Dengan bantuan dari staff desa, kami menuju ke Perpustakaan BMT menggunakan sepeda motor. Letaknya tidak begitu jauh. Tapi cukup ngos-ngosan kalau kami harus jalan kaki. Terlebih ada Ibu Kabid yang datang bersama kami.
Kami merasa sangat nyaman. Perpustakaan BMT cukup sejuk dam rindang. Ada banyak kegiatan yang telah dilakukan di perpustakaan ini.
Pak Rojali, selaku pengelola perpustakaan BMT, mengajak kami untuk berkeliling desa Sangkuliman. Namun, kami tidak bisa berlama-lama berkunjung di tempat ini karena ada 4 Perpustakaan Desa yang harus kami kunjungi dalam 1 hari. Hal ini dimaksudkan agar kami bisa meminimalisir biaya perjalanan, biaya makan, dan biaya penginapan.
Tak hanya itu. Pak Rojali juga menyiapkan banyak makanan/cemilan yang begitu banyak untuk kami. Beliau juga membelikan kami makan siang. Aku tahu, beliau pasti menggu akan dana pribadi untuk menjamu kehadiran kami. Sebab, tidak ada peran dari pemerintah Desa terhadap kegiatan-kegiatan yang kami lakukan, seperti kunjungan ini.
Kami langsung berpamitan begitu selesai makan siang. Pak Rojali mengantarkan kami sampai di dermaga. Di perjalanan, aku berbincang dengam beliau. Aku menyempatkan diri untuk mengambil video bersamanya selama beberapa detik. Aku harap, video itu bisa aku simpan dan aku tonton beberapa tahun lagi sebagai pengingat bahwa masa mudaku pernah menginjakkan kaki ke tempat yang istimewa ini.



0 komentar:
Post a Comment