Wednesday, July 16, 2025

Berjuang Demi Literasi Bersama Rintik Hujan di Tenggarong

 


Pagi hari, langit di Rapak Lambur tampak redup. Gumpalan awan mendekap dan menyelimuti desa ini, seolah enggan untuk pergi. Rintik hujan seolah sedang menarik-narik diri untuk tetap bercengkerama dalam selimut. Dingin angin yang masuk lewat sela-sela jendela, membuat enggan untuk bangkit dari peraduan.

Keadaan berbanding terbalik dengan tanggung jawab. Rasa malas harus dikalahkan dengan tanggung jawab dan komitmen yang telah aku buat sendiri. Dengan enggan, aku mengangkat kepalaku dari atas bantal agar tidak terlena dengan nikmatnya rintik hujan di pagi hari.

Aku mengecek jam di ponsel. Waktu masih sangat pagi. Rasanya masih ingin malas-malasan di tempat tidur. Tapi kakak sepupuku sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Aku ingin membantu, tapi sepertinya dia tidak membutuhkan bantuan. Ia tidak membuat menu baru, hanya memanaskan makanan yang aku beli semalam, juga menu yang ia buat kemarin.

Ya, aku memang sudah sampai di rumah kakakku sejak semalam. Perjalanan dari Samboja ke Tenggarong bukanlah perjalanan yang pendek.  Sementara, aku harus mengikuti kegiatan ”Bimbingan Teknis Komunitas Penggerak Literasi di Kabupaten Kutai Kartanegara” yang dimulai sejak pukul 08.00 WITA. Tentunya tidak bisa bersantai di perjalanan ketika harus berangkat di pagi hari. Jadi, aku memilih untuk berangkat di malam hari dan menginap di rumah kakak sepupuku.

Satu-satunya tempat peraduan ketika aku ke pusat kabupaten ialah rumah ini. Aku tidak punya tempat lain lagi untuk beristirahat. Karena di sinilah rumah keluarga yang paling nyaman.

”Hatchiiim ...!”

Aku menggosok hidungku yang tiba-tiba gatal. Tenggorokanku juga terasa sangat kering dan kepala pening. Sepertinya tubuhku tidak terlalu bersahabat karena semalam terhempas oleh suhu dingin angin malam. Meski sudah mengenakan jaket tebal, perjalanan panjang dan cuaca dingin setelah hujan, membuat tubuhku yang tropis ini mulai protes.

Aku mencari obat di kotak obat milik kakakku. Aku harap bisa menemukan salah satu obat yang biasa aku konsumsi dan cocok di tubuhku. Sayang, aku tidak menemukannya.

Pukul 07.00 WITA, aku mulai resah karena rintik hujan semakin rapat. Aku segera mengunduh aplikasi transportasi online agar bisa sampai ke lokasi pelatihan menggunakan mobil, tidak menggunakan motor. Mengingat cuaca hujan dan tubuhku sedang kurang sehat.

Hampir setengah jam aku mencoba mencari taksi online. Beberapa aplikasi yang aku unduh tidak menemukan driver yang bersedia menuju ke tempat tinggal kakakku. Mungkin karena lokasinya cukup jauh dari pusat kota.

Akhirnya, aku terpaksa menggunakan sepeda motor untuk bisa sampai ke SMA Negeri 2 Tenggarong, tempat di mana aku akan menimba ilmu dan pengalaman baru.

Derasnya hujan, tak mengurungkan niatku. Usai sarapan pagi, aku segera bersiap dan keluar dari rumah. Meski tubuh menggigil kedinginan, tanganku tetap mantap mengenakan mantel dan helm. Usai berpamitan dengan kakak dan suamiku, aku perlahan mengendarai sepeda motor menuju SMA Negeri 2 Tenggarong.

Rinai hujan membuat jalanan licin. Membuatku tidak bisa melaju kencang seperti biasanya. Aku memilih mengendarai motor dengan hati-hati sembari menahan gemeletuk gigi karena kedinginan. Semakin lama di perjalanan, semakin lama juga tubuhku harus menahan dingin.

Di perjalanan aku terus berpikir ... di mana letak SMA Negeri 2 Tenggarong ini. Sebab, aku belum pernah ke sana. Meski sudah diarahkan berkali-kali, aku tetap tidak percaya diri karena aku adalah manusia yang buta arah dan kesulitan membaca peta. Meski pakai Google Maps, aku masih saja sering kesasar.

   Pukul 08.20 WITA, aku masih berada di perjalanan. Sementara kegiatan akan dimulai pada pukul 08.00 WITA apabila sesuai jadwal. Aku sangat khawatir jika terlambat terlalu lama. Rasanya pasti akan sangat canggung ketika aku datang terlambat seorang diri.

Beruntungnya, masih banyak peserta yang belum datang ketika aku sampai di aula SMA Negeri 2 Tenggarong. Jadi, kegiatannya belum dimulai.

Di depan aula, sudah ada beberapa orang. Aku langsung menyapa salah seorang di sana. Dia juga langsung mengenaliku, padahal kami belum pernah bertemu sama sekali. Biasanya hanya berkomunikasi lewat Whatsapp karena jarak tempat tinggal kami yang sangat jauh meski masih berada dalam lingkup satu kabupaten.

Beberapa menit kemudian, kami memasuki aula karena Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur juga sudah tiba di lokasi. Acara ini dibuka langsung oleh Bapak Asep Juanda, S.Ag., Hum. Bukan sekedar memberikan sambutan, Bapak Asep Juanda juga memaparkan banyak materi tentang Balai Bahasa kalimantan Timur.

Materi selanjutnya diisi oleh Ahmad Kosasih, Ketua Yayasan Lanjong Indonesia yang memiliki banyak karya dan prestasi dalam bidang seni pertunjukkan. Tentunya senang sekali bisa mendapatkan ilmu baru dari pengelola Yayasan Lanjong Indonesia. Terutama tentang bagaimana membuat portofolio yang baik bagi komunitas literasi.

Materi selanjutnya diisi oleh Muhammad Arsyad dari Yayasan Gerakan Literasi Kutai. GLK merupakan salah satu komunitas literasi yang sudah lama bergerak dan menjadi panutan bagiku. Tentunya sangat senang bisa bertemu dengan orang-orang hebat di dalam forum ini. Kami mendapatkan bimbingan langsung tentang bagaimana menyusun proposal komunitas yang baik dan benar.

Acara hari ini berjalan dengan baik. Sayangnya, tubuhku yang kurang baik. Tubuh yang diterpa dinginnya angin malam, diguyur hujan selama perjalanan, dan suhu ruang AC yang dingin, membuat tubuhku semakin protes. Sepertinya ia tidak lagi menyukai kondisi dingin. Membuat tubuhku terasa tidak nyaman karena flu menyerang untuk pertama kalinya.

Meski kondisi tubuh tak bersahabat, aku tetap mengikuti kegiatan sampai selesai. Ini adalah komitmen yang telah aku buat dengan diriku sendiri agar aku selalu bertangggung jawab atas apa yang telah aku kerjakan hingga usai.

Bukan sekedar mendengarkan, aku juga masih memiliki kekuatan untuk aktif berdiskusi di tengah kelemahan ini. Aku juga masih menyempatkan diri untuk membuat tulisan ini. Aku harus terus bergerak agar rasa sakit tak punya kesempatan untuk menggerogoti tubuhku yang mungil ini.

Tentunya aku sangat bahagia bisa berada di tempat ini karena aku bisa bertemu dengan orang-orang berhati mulia yang terus bergerak memajukan literasi hingga pelosok negeri secara swadaya. Aku merasa mendapatkan kekuatan dan semangat baru ketika bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi dan senang berbagi pengalaman. Aku senang sekali mendengarkan banyak cerita tentang suka-duka komunitas literasi yang ada di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara.

Seperti yang dimandatkan oleh pengurus pusat, literasi itu gerakan, bukan bersaing program. Oleh karenanya, kita harus terus bergerak bersama memajukan literasi di negeri ini agar bangsa Indonesia bisa menjadi bangsa yang berdaya saing dan mampu memajukan daerahnya. Kita tidak bisa memulai dengan hal besar, tapi kita bisa memulainya dengan hal kecil. Hal kecil yang selalu bersinergi dan berkelanjutan, akan melahirkan gerakan yang besar. Dengan menjadi besar bersama, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat dan siap bersaing.

 

 Kutai Kartanegara, 15 Juli 2025

 

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas