Pagi hari, langit di Rapak Lambur tampak redup.
Gumpalan awan mendekap dan menyelimuti desa ini, seolah enggan untuk pergi. Rintik
hujan seolah sedang menarik-narik diri untuk tetap bercengkerama dalam selimut.
Dingin angin yang masuk lewat sela-sela jendela, membuat enggan untuk bangkit
dari peraduan.
Keadaan berbanding terbalik dengan tanggung jawab.
Rasa malas harus dikalahkan dengan tanggung jawab dan komitmen yang telah aku
buat sendiri. Dengan enggan, aku mengangkat kepalaku dari atas bantal agar
tidak terlena dengan nikmatnya rintik hujan di pagi hari.
Aku mengecek jam di ponsel. Waktu masih sangat
pagi. Rasanya masih ingin malas-malasan di tempat tidur. Tapi kakak sepupuku
sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi. Aku ingin membantu, tapi
sepertinya dia tidak membutuhkan bantuan. Ia tidak membuat menu baru, hanya
memanaskan makanan yang aku beli semalam, juga menu yang ia buat kemarin.
Ya, aku memang sudah sampai di rumah kakakku sejak
semalam. Perjalanan dari Samboja ke Tenggarong bukanlah perjalanan yang
pendek. Sementara, aku harus mengikuti kegiatan
”Bimbingan Teknis Komunitas Penggerak Literasi di Kabupaten Kutai Kartanegara” yang
dimulai sejak pukul 08.00 WITA. Tentunya tidak bisa bersantai di perjalanan
ketika harus berangkat di pagi hari. Jadi, aku memilih untuk berangkat di malam
hari dan menginap di rumah kakak sepupuku.
Satu-satunya tempat peraduan ketika aku ke pusat
kabupaten ialah rumah ini. Aku tidak punya tempat lain lagi untuk beristirahat.
Karena di sinilah rumah keluarga yang paling nyaman.
”Hatchiiim ...!”
Aku menggosok hidungku yang tiba-tiba gatal.
Tenggorokanku juga terasa sangat kering dan kepala pening. Sepertinya tubuhku tidak
terlalu bersahabat karena semalam terhempas oleh suhu dingin angin malam. Meski
sudah mengenakan jaket tebal, perjalanan panjang dan cuaca dingin setelah
hujan, membuat tubuhku yang tropis ini mulai protes.
Aku mencari obat di kotak obat milik kakakku. Aku harap
bisa menemukan salah satu obat yang biasa aku konsumsi dan cocok di tubuhku.
Sayang, aku tidak menemukannya.
Pukul 07.00 WITA, aku mulai resah karena rintik
hujan semakin rapat. Aku segera mengunduh aplikasi transportasi online agar
bisa sampai ke lokasi pelatihan menggunakan mobil, tidak menggunakan motor.
Mengingat cuaca hujan dan tubuhku sedang kurang sehat.
Hampir setengah jam aku mencoba mencari taksi
online. Beberapa aplikasi yang aku unduh tidak menemukan driver yang bersedia
menuju ke tempat tinggal kakakku. Mungkin karena lokasinya cukup jauh dari
pusat kota.
Akhirnya, aku terpaksa menggunakan sepeda motor
untuk bisa sampai ke SMA Negeri 2 Tenggarong, tempat di mana aku akan menimba
ilmu dan pengalaman baru.
Derasnya hujan, tak mengurungkan niatku. Usai sarapan
pagi, aku segera bersiap dan keluar dari rumah. Meski tubuh menggigil kedinginan,
tanganku tetap mantap mengenakan mantel dan helm. Usai berpamitan dengan kakak
dan suamiku, aku perlahan mengendarai sepeda motor menuju SMA Negeri 2
Tenggarong.
Rinai hujan membuat jalanan licin. Membuatku tidak
bisa melaju kencang seperti biasanya. Aku memilih mengendarai motor dengan hati-hati
sembari menahan gemeletuk gigi karena kedinginan. Semakin lama di perjalanan,
semakin lama juga tubuhku harus menahan dingin.
Di perjalanan aku terus berpikir ... di mana letak
SMA Negeri 2 Tenggarong ini. Sebab, aku belum pernah ke sana. Meski sudah diarahkan
berkali-kali, aku tetap tidak percaya diri karena aku adalah manusia yang buta
arah dan kesulitan membaca peta. Meski pakai Google Maps, aku masih saja sering
kesasar.
Pukul
08.20 WITA, aku masih berada di perjalanan. Sementara kegiatan akan dimulai pada
pukul 08.00 WITA apabila sesuai jadwal. Aku sangat khawatir jika terlambat
terlalu lama. Rasanya pasti akan sangat canggung ketika aku datang terlambat
seorang diri.
Beruntungnya, masih banyak peserta yang belum
datang ketika aku sampai di aula SMA Negeri 2 Tenggarong. Jadi, kegiatannya
belum dimulai.
Di depan aula, sudah ada beberapa orang. Aku
langsung menyapa salah seorang di sana. Dia juga langsung mengenaliku, padahal
kami belum pernah bertemu sama sekali. Biasanya hanya berkomunikasi lewat Whatsapp
karena jarak tempat tinggal kami yang sangat jauh meski masih berada dalam lingkup
satu kabupaten.
Beberapa menit kemudian, kami memasuki aula karena
Kepala Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Timur juga sudah tiba di lokasi. Acara
ini dibuka langsung oleh Bapak Asep Juanda, S.Ag., Hum. Bukan sekedar
memberikan sambutan, Bapak Asep Juanda juga memaparkan banyak materi tentang
Balai Bahasa kalimantan Timur.
Materi selanjutnya diisi oleh Ahmad Kosasih, Ketua
Yayasan Lanjong Indonesia yang memiliki banyak karya dan prestasi dalam bidang
seni pertunjukkan. Tentunya senang sekali bisa mendapatkan ilmu baru dari
pengelola Yayasan Lanjong Indonesia. Terutama tentang bagaimana membuat portofolio
yang baik bagi komunitas literasi.
Materi selanjutnya diisi oleh Muhammad Arsyad dari
Yayasan Gerakan Literasi Kutai. GLK merupakan salah satu komunitas literasi
yang sudah lama bergerak dan menjadi panutan bagiku. Tentunya sangat senang
bisa bertemu dengan orang-orang hebat di dalam forum ini. Kami mendapatkan bimbingan
langsung tentang bagaimana menyusun proposal komunitas yang baik dan benar.
Acara hari ini berjalan dengan baik. Sayangnya,
tubuhku yang kurang baik. Tubuh yang diterpa dinginnya angin malam, diguyur hujan
selama perjalanan, dan suhu ruang AC yang dingin, membuat tubuhku semakin
protes. Sepertinya ia tidak lagi menyukai kondisi dingin. Membuat tubuhku
terasa tidak nyaman karena flu menyerang untuk pertama kalinya.
Meski kondisi tubuh tak bersahabat, aku tetap
mengikuti kegiatan sampai selesai. Ini adalah komitmen yang telah aku buat
dengan diriku sendiri agar aku selalu bertangggung jawab atas apa yang telah
aku kerjakan hingga usai.
Bukan sekedar mendengarkan, aku juga masih
memiliki kekuatan untuk aktif berdiskusi di tengah kelemahan ini. Aku juga
masih menyempatkan diri untuk membuat tulisan ini. Aku harus terus bergerak
agar rasa sakit tak punya kesempatan untuk menggerogoti tubuhku yang mungil
ini.
Tentunya aku sangat bahagia bisa berada di tempat
ini karena aku bisa bertemu dengan orang-orang berhati mulia yang terus
bergerak memajukan literasi hingga pelosok negeri secara swadaya. Aku merasa mendapatkan
kekuatan dan semangat baru ketika bertemu dengan orang-orang yang menginspirasi
dan senang berbagi pengalaman. Aku senang sekali mendengarkan banyak cerita
tentang suka-duka komunitas literasi yang ada di wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara.
Seperti yang dimandatkan oleh pengurus pusat, literasi
itu gerakan, bukan bersaing program. Oleh karenanya, kita harus terus bergerak
bersama memajukan literasi di negeri ini agar bangsa Indonesia bisa menjadi
bangsa yang berdaya saing dan mampu memajukan daerahnya. Kita tidak bisa
memulai dengan hal besar, tapi kita bisa memulainya dengan hal kecil. Hal kecil
yang selalu bersinergi dan berkelanjutan, akan melahirkan gerakan yang besar.
Dengan menjadi besar bersama, maka kita akan menjadi bangsa yang kuat dan siap
bersaing.

0 komentar:
Post a Comment