Saturday, April 5, 2025

5 Tanda Kamu Sedang Berurusan Dengan Orang Jahat



5 Tanda Kamu Sedang Berurusan Dengan Orang Jahat

oleh Rin Muna



Kita hidup di zaman di mana pelaku kejahatan tidak selalu bertopeng. Kadang mereka pakai hoodie, pegang kopi kekinian, senyum sambil bilang “self love itu penting”—tapi diam-diam mengiris hati orang lain dengan cara paling halus.

Tapi apa sebenarnya "jahat" itu?

Dalam filsafat Stoik, kejahatan bukan semata tindakan brutal, tapi ketidaksesuaian dengan logos, hukum rasional alam semesta. Orang jahat, menurut Seneca, adalah mereka yang tahu benar, tapi sengaja memilih yang salah karena untung pribadi.

Dalam Islam, kejahatan disebut zulm—meletakkan sesuatu tidak pada tempatnya, menyakiti makhluk tanpa hak, melanggar batas yang ditetapkan Allah.

Kejahatan bisa berbentuk ucapan, sikap, bahkan “energi” yang menguras jiwamu diam-diam. Jadi, yuk kita bedah 5 tandanya—berdasarkan filsafat dan kasus nyata yang pernah terjadi.


1. Mereka Menormalisasi Ketidakadilan

“Kejahatan terbesar adalah ketika orang-orang baik diam.” – Marcus Aurelius

Orang jahat biasanya tidak akan langsung membentak atau memukul. Tapi mereka memutarbalikkan realitas, membuat ketidakadilan tampak “wajar”.
Kamu dicurangi? Mereka bilang kamu terlalu sensitif.
Kamu dimanipulasi? Mereka bilang itu cuma “cara berkomunikasi”.


Psikolog sosial Philip Zimbardo, dalam bukunya The Lucifer Effect (2007), menunjukkan bagaimana sistem yang permisif membuat kejahatan jadi kelihatan “lumrah”—seperti yang terjadi dalam eksperimen penjara Stanford.

 Dalam Islam, QS Al-Baqarah:11 menyindir:

“Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan!”

 

2. Mereka Menggunakan Topeng Kebaikan untuk Mendominasi

Jahat tidak selalu berarti galak. Kadang justru datang dalam bentuk perhatian palsu, kebaikan yang beracun.

Stoik Epictetus berkata:

“Jangan tertipu oleh kata-kata manis. Lihatlah bagaimana seseorang bertindak di saat mereka tidak mendapatkan keuntungan.”

Kasus Munafik Relasi dalam psikologi modern—seseorang memberi bantuan atau kasih sayang tapi diam-diam mengontrol dan mengikat orang lain secara emosional (lihat: konsep emotional hostage oleh Dr. Harriet Lerner).

Dalam Islam, ini disebut sebagai riya’, yaitu berbuat baik untuk citra, bukan untuk Allah. Orang seperti ini bisa menebar kebaikan ke publik sambil menyayat orang di balik layar.


3. Mereka Mengadu Domba untuk Kekuasaan

Salah satu ciri kejahatan yang paling merusak adalah memecah orang agar mereka bisa mengatur dari balik layar. Dalam filsafat Stoik, ini disebut sebagai ketidakbijaksanaan yang egois—menggunakan konflik untuk menaikkan ego sendiri.

Banyak kasus perundungan dalam organisasi pendidikan dan kerja, yang dimulai dari satu orang membisikkan narasi miring, lalu menikmati kekacauan yang terjadi. Psikolog organisasi Dr. Robert Sutton menyebut tipe ini sebagai “The Certified Asshole”—pembuat drama profesional.

Dalam Islam, QS Al-Hujurat:12 sudah mengingatkan kita untuk menjauhi prasangka dan ghibah, karena itulah celah utama setan menyalakan fitnah.

yâ ayyuhalladzîna âmanujtanibû katsîram minadh-dhanni inna ba‘dladh-dhanni itsmuw wa lâ tajassasû wa lâ yaghtab ba‘dlukum ba‘dlâ, a yuḫibbu aḫadukum ay ya'kula laḫma akhîhi maitan fa karihtumûh, wattaqullâh, innallâha tawwâbur raḫîm.Artinya:Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.




4. Mereka Menyembunyikan Diri di Balik "Tujuan Mulia"

“Jika kamu ingin melihat wajah asli seseorang, lihat bagaimana ia memperlakukan orang yang tidak bisa memberi apa pun padanya.” – Seneca

Orang jahat sering menyembunyikan niat mereka di balik embel-embel perjuangan: demi agama, demi cinta, demi keluarga. Tapi dalam tindakan nyata, mereka menindas, menyakiti, dan merendahkan.


Dalam studi Gaslighting oleh Dr. Robin Stern (Yale), banyak pelaku kekerasan psikologis menggunakan narasi “Aku melakukan ini untuk kebaikanmu”—padahal tujuannya adalah mengikis identitas dan harga diri korban.

Dalam Islam, QS Al-Baqarah:204-205 menggambarkan orang yang lisannya manis, tapi tindakannya merusak:



5. Mereka Mengambil Tanpa Memberi, dan Menguras Tanpa Peduli

Orang jahat tidak peduli keseimbangan. Dalam hubungan apa pun—kerja, cinta, pertemanan—mereka akan menguras waktumu, energimu, dan akal sehatmu, lalu pergi ketika kamu hancur.

Stoik menyebut orang ini sebagai "musuh rasionalitas", karena mereka hidup hanya demi pleasure, tanpa akuntabilitas. Islam menyebut mereka sebagai orang zalim yang melampaui batas dan tidak bersyukur.

Fenomena Narcissistic Abuse yang dilaporkan oleh Psychology Today menyatakan bahwa banyak korban butuh bertahun-tahun untuk sadar, karena pelaku membuat mereka merasa “berhutang” padahal selama ini cuma jadi sumber eksploitasi.


Tidak Semua Orang yang Kamu Suka Itu Baik

Kita diajarkan untuk berbaik sangka, benar. Tapi kita juga diperintahkan untuk tidak bodoh dalam berinteraksi.

“Allah tidak menyukai kezaliman. Dan Allah menyuruh untuk berlaku adil dan memberi kepada kerabat.” (QS An-Nahl: 90)

“Tugas kita bukan menilai niat orang, tapi mengenali perilaku mereka dengan jernih.” – Marcus Aurelius

Bila kamu sedang berurusan dengan seseorang dan muncul tanda-tanda ini: manipulatif, penuh drama, membuatmu meragukan dirimu sendiri, dan enggan bertanggung jawab—janganlah ragu  untuk berjarak.

Jarak bukan kebencian. Jarak adalah pertahanan batin. Dan mencintai dirimu bukan egois—itu fardu.




Ditulis di sela laporan hak cipta dan memblokir orang yang bilang “aku sayang kamu” tapi ngebajak karyamu juga.



Rin Muna
Penulis yang mulai belajar bahwa cinta tidak pernah membuatmu kehilangan dirimu sendiri.


Sumber Referensi:

  • Seneca, Letters from a Stoic

  • Philip Zimbardo, The Lucifer Effect (2007)

  • Robin Stern, The Gaslight Effect (2007)

  • Dr. Harriet Lerner, The Dance of Anger (1985)

  • Tafsir Ibn Katsir: QS Al-Hujurat, QS Al-Baqarah

  • Psychology Today – articles on emotional abuse and narcissistic behavior

  • 5 Tanda Kamu Sedang Berurusan dengan Orang Jahat | Filsafat Stoikisme

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas