Wednesday, February 19, 2025

Perfect Hero Bab 152 : Perdebatan Sengit || a Romance Novel by Vella Nine

 


Rullyta masuk ke dalam ruang rawat Refi.

 

Refi menoleh ke arah pintu dan tersenyum senang saat melihat sosok Rullyta menghampirinya. Ia merasa, akan mendapatkan banyak dukungan dari mamanya Yeriko. “Tante?” Ia berusaha menyapa Rullyta dengan ramah.

 

Raut wajah Refi berubah seketika saat melihat Yuna ikut masuk bersama dengan Rullyta.

 

“Refi, kenapa kamu nggak berhenti bikin onar?” tanya Rullyta sambil menghampiri Refi yang berbaring di tempat tidurnya.

 

“Bikin onar apa, Tante?”

 

“Masih pura-pura nggak tahu?” Rullyta tersenyum sinis. “Kamu yang udah fitnah Yuna dan nyebar gosip macem-macem ke media sosial. Kamu pikir, aku bakal diam aja lihat anakku ditindas sama perempuan kayak kamu?”

 

Refi terdiam beberapa saat.

 

“Tante, gimana kabar Tante? Udah lama banget kita nggak ketemu,” tutur Refi sambil tersenyum.

 

Rullyta melipat kedua tangan di dada sambil menatap tajam ke arah Refi. Ia sangat kesal karena Refi mengalihkan pembicaraan.

 

“Kamu nggak usah pura-pura peduli sama orang lain!” tegas Rullyta.

 

“Tante, apa aku seburuk itu di mata Tante?”

 

“Ya.” Rullyta menganggukkan kepala.

 

Refi menatap sinis ke arah Yuna yang berdiri di samping Rullyta.

 

“Kenapa? Kamu mau ngancam dia lagi?” tanya Rullyta.

 

“Tante, jangan salah sangka dulu!” pinta Refi. “Hubungan aku sama Yuna, nggak seburuk itu. Iya kan, Yuna?” Refi menatap Yuna sambil tersenyum.

 

Yuna tak menjawab pertanyaan Refi.

 

“Yun, bukannya aku udah minta maaf sama kamu? Kamu juga bilang, bakal maafin aku, kan? Kenapa sekarang kamu berubah?”

 

Yuna meremas ujung baju dengan tangannya. Ia sangat kesal dengan sikap Refi. “Ini cewek, bener-bener pinter banget aktingnya, memutar balikkan fakta terus,” gumam Yuna dalam hati.

 

“Heh!? Kamu jangan terus-terusan akting di depanku!” sentak Rullyta. “Kamu pikir, aku nggak tahu kelakuan asli kamu dan masalah yang udah kamu bikin? Yuna, setiap hari selalu sama aku. Aku lebih tahu soal dia.”

 

“Tante, kenapa Tante jadi kayak gini ke aku? Pasti karena dia kan? Dia yang udah pengaruhi Tante dan Yeriko. Dia ... cuma ngincar harta kalian aja,” tutur Refi.

 

“Dia istri sahnya Yeriko. Memang punya hak buat dapetin harta yang dipunya sama Yeri. Kenapa? Ada masalah?” sahut Rullyta.

 

“Tante, dia bisa aja ambil alih semua harta Yeriko.”

 

“Nggak masalah. Toh, Yuna juga istrinya Yeri.”

 

“Apa kalian nggak takut jatuh miskin gara-gara cewek yang satu ini?”

 

Rullyta tersenyum sinis ke arah Refi. “Kamu nggak perlu mengkhawatirkan kami!” pinta Rullyta. “Lebih baik, kamu khawatirkan diri kamu sendiri!”

 

Refi terdiam selama beberapa saat.

 

“Buatku, Yuna sudah menjadi anakku sendiri. Siapa pun yang berani menyakiti dia, bakal berhadapan langsung sama aku!” tegas Rullyta.

 

“Tante, aku juga punya rasa cinta yang besar ke Yeriko dan itu tulus.”

 

Rullyta tersenyum sinis ke arah Refi. “Nggak usah bicara soal ketulusan! Aku masih ingat gimana kamu memperlakukan anakku tiga tahun lalu.” Ia menatap sengit ke arah Refi.

 

“Tante, aku minta maaf!” seru Refi. “Aku memang salah. Aku janji bakal memperbaiki semuanya.”

 

Rullyta tersenyum kecil. “Memperbaiki? Dengan cara bikin onar? Nyebar gosip ke mana-mana. Bikin kekacauan untuk keluarga kami. Itu yang disebut memperbaiki?”

 

“Aku terlalu cinta sama Yeri. Aku nggak rela dia sama orang lain,” tutur Refi dengan mata berkaca-kaca. “Aku udah kehilangan semuanya. Aku cuma mau dia.”

 

“Kamu beneran gila ya? Yeriko itu suamiku!” sahut Yuna kesal. “Kamu pikir, aku bakal nyerahin suamiku ke orang lain?”

 

“Kamu yang ambil Yeriko dari aku!” teriak Refi sambil terisak.

 

Yuna dan Rullyta saling pandang.

 

“Ma ...!” panggil Yuna lirih sambil meraih ujung jemari tangan Rullyta. Ia tahu, kondisi mental Refi tidak stabil. Walau kesal, ia masih memiliki belas kasihan untuk Refi.

 

Rullyta mengelus lengan Yuna untuk menenangkannya. Ia tersenyum, kemudian menatap Refi yang masih menangis di atas tempat tidurnya.

 

Refi menatap pilu ke arah Rullyta. “Tante, bisa ngomong berdua aja?”

 

“Yuna bukan orang lain. Ngomong aja!” sahutnya ketus.

 

Refi menggigit bibir bawahnya. Mereka terdiam selama beberapa saat.

 

“Selama ini, cuma Yeri yang selalu ada buat aku. Dia yang bikin aku bergantung sama dia. Saat ini, aku bahkan nggak punya tujuan hidup. Sekarang udah catat, aku nggak bisa melanjutkan karirku dan ...”

 

“Bukannya kaki kamu masih bisa sembuh?” sahut Yuna.

 

Refi mengangguk. “Ya, kakiku emang bisa sembuh. Tapi, butuh waktu yang lama banget. Aku sendiri nggak tahu kapan kakiku bakal bisa normal lagi. Yeri juga udah janji bakal bertanggung jawab.”

 

“Yun, aku mohon ... aku cuma butuh Yeri. Aku nggak butuh yang lain. Please, lepasin dia buat aku!” pinta Refi.

 

“Maksud kamu?” Rullyta mengernyitkan dahi menatap Refi. “Kamu nyuruh mereka pisah?”

 

Refi menganggukkan kepala. “Please, Tante! Biarkan aku menikah sama Yeri. Tante tahu kalau kami saling mencintai. Jadi ...”

 

“Yeriko nggak bilang begitu,” sahut Rullyta ketus.

 

“Nggak mungkin!” seru Refi. “Aku sama dia saling mencintai sejak dulu. Tante tahu sendiri, hubungan aku dan Yeri sudah lama banget. Dia nggak mungkin ...”

 

“Mungkin aja,” sahut Rullyta. “Yeriko sendiri yang bilang sama aku kalau dia cuma cinta sama Yuna seumur hidupnya. Dia bahkan nggak pernah bilang ke aku kalau dia pernah cinta sama kamu. Sekalipun saat itu, kalian masih pacaran.”

 

“Nggak mungkin!” seru Refi sambil menutup kedua telinga. “Yeriko nggak mungkin bohongin aku. Dia pasti masih cinta sama aku. Nggak mungkin dia bisa cinta sama wanita lain.”

 

“Nggak ada yang nggak mungkin di dunia ini,” sahut Rullyta. “Semua hal akan berubah. Waktu itu, kalian masih remaja. Cuma cinta monyet. Yeriko nggak pernah nganggep serius,” tutur Rullyta sambil tersenyum sinis.

 

“Nggak. Nggak mungkin!” seru Refi. Ie menggeleng-gelengkan kepala dan menatap kosong ke arah lantai.

 

Yuna menarik napas dalam-dalam sambil menatap Refi yang terlihat begitu menyedihkan. Ia merasa iba, namun semua air mata Refi adalah air mata kepalsuan. Ia tidak ingin terjebak kedua kalinya dalam lautan sandiwara yang diciptakan oleh Refi.

 

“Lebih baik, kamu lupakan keinginan kamu buat hidup sama Yeri!” pinta Rullyta. “Dia bakal tetap bertanggung jawab sama masa depan kamu. Bukan berarti, dia bakal nikahin kamu.”

 

Refi semakin terisak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rullyta.

 

“Nggak usah akting!” seru Rullyta. “Kami semua tahu gimana hidup kamu. Hubungan kamu sama keluarga kamu sendiri aja nggak baik. Semua karena kelakuanmu sendiri. Sekarang, nggak ada yang peduli sama kamu. Bahkan, kami yang pernah peduli, saat ini bener-bener nggak punya belas kasihan sedikitpun buat perempuan kayak kamu.”

 

“Tante ... jangan terus-terusan ngungkit masa lalu aku!” seru Refi. “Aku tahu aku salah. Aku janji, bakal memperbaiki semuanya.”

 

“Lebih baik, kamu perbaiki dulu hubungan kamu sama mama kamu. Kamu berharap banyak sama Yeri. Kamu nggak punya keberanian buat kembali ke keluarga kamu sendiri, hah!?”

 

Refi terdiam. Ia merasa tak berdaya saat mendengar pertanyaan dari Rullyta. Banyak hal buruk yang sudah ia lakukan di masa lalu. Bahkan, mamanya sendiri enggan menganggapnya sebagai anak. Ia berhasil menutupi kehidupan masa lalunya dari pemberitaan media.

 

“Aku bisa bongkar semuanya!” seru Rullyta. “Kalau kamu masih macem-macem sama keluarga kami. Aku nggak akan segan-segan buat ngancurin reputasi kamu sebagai artis!” ancam Rullyta.

 

Refi langsung menatap wajah Rullyta. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Rullyta datang untuk membela Yuna, bukan membela dirinya. Ia menatap Yuna penuh kebencian karena Yuna berhasil merebut perhatian semua orang. Bahkan, ia sudah mendapat pengakuan dari Rullyta, orang yang penting dalam keluarga besar Hadikusuma.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas