Rullyta
masuk ke dalam ruang rawat Refi.
Refi
menoleh ke arah pintu dan tersenyum senang saat melihat sosok Rullyta
menghampirinya. Ia merasa, akan mendapatkan banyak dukungan dari mamanya
Yeriko. “Tante?” Ia berusaha menyapa Rullyta dengan ramah.
Raut
wajah Refi berubah seketika saat melihat Yuna ikut masuk bersama dengan
Rullyta.
“Refi,
kenapa kamu nggak berhenti bikin onar?” tanya Rullyta sambil menghampiri Refi
yang berbaring di tempat tidurnya.
“Bikin
onar apa, Tante?”
“Masih
pura-pura nggak tahu?” Rullyta tersenyum sinis. “Kamu yang udah fitnah Yuna dan
nyebar gosip macem-macem ke media sosial. Kamu pikir, aku bakal diam aja lihat
anakku ditindas sama perempuan kayak kamu?”
Refi
terdiam beberapa saat.
“Tante,
gimana kabar Tante? Udah lama banget kita nggak ketemu,” tutur Refi sambil
tersenyum.
Rullyta
melipat kedua tangan di dada sambil menatap tajam ke arah Refi. Ia sangat kesal
karena Refi mengalihkan pembicaraan.
“Kamu
nggak usah pura-pura peduli sama orang lain!” tegas Rullyta.
“Tante,
apa aku seburuk itu di mata Tante?”
“Ya.”
Rullyta menganggukkan kepala.
Refi
menatap sinis ke arah Yuna yang berdiri di samping Rullyta.
“Kenapa?
Kamu mau ngancam dia lagi?” tanya Rullyta.
“Tante,
jangan salah sangka dulu!” pinta Refi. “Hubungan aku sama Yuna, nggak seburuk
itu. Iya kan, Yuna?” Refi menatap Yuna sambil tersenyum.
Yuna
tak menjawab pertanyaan Refi.
“Yun,
bukannya aku udah minta maaf sama kamu? Kamu juga bilang, bakal maafin aku,
kan? Kenapa sekarang kamu berubah?”
Yuna
meremas ujung baju dengan tangannya. Ia sangat kesal dengan sikap Refi. “Ini
cewek, bener-bener pinter banget aktingnya, memutar balikkan fakta terus,”
gumam Yuna dalam hati.
“Heh!?
Kamu jangan terus-terusan akting di depanku!” sentak Rullyta. “Kamu pikir, aku
nggak tahu kelakuan asli kamu dan masalah yang udah kamu bikin? Yuna, setiap
hari selalu sama aku. Aku lebih tahu soal dia.”
“Tante,
kenapa Tante jadi kayak gini ke aku? Pasti karena dia kan? Dia yang udah
pengaruhi Tante dan Yeriko. Dia ... cuma ngincar harta kalian aja,” tutur Refi.
“Dia
istri sahnya Yeriko. Memang punya hak buat dapetin harta yang dipunya sama
Yeri. Kenapa? Ada masalah?” sahut Rullyta.
“Tante,
dia bisa aja ambil alih semua harta Yeriko.”
“Nggak
masalah. Toh, Yuna juga istrinya Yeri.”
“Apa
kalian nggak takut jatuh miskin gara-gara cewek yang satu ini?”
Rullyta
tersenyum sinis ke arah Refi. “Kamu nggak perlu mengkhawatirkan kami!” pinta
Rullyta. “Lebih baik, kamu khawatirkan diri kamu sendiri!”
Refi
terdiam selama beberapa saat.
“Buatku,
Yuna sudah menjadi anakku sendiri. Siapa pun yang berani menyakiti dia, bakal
berhadapan langsung sama aku!” tegas Rullyta.
“Tante,
aku juga punya rasa cinta yang besar ke Yeriko dan itu tulus.”
Rullyta
tersenyum sinis ke arah Refi. “Nggak usah bicara soal ketulusan! Aku masih
ingat gimana kamu memperlakukan anakku tiga tahun lalu.” Ia menatap sengit ke
arah Refi.
“Tante,
aku minta maaf!” seru Refi. “Aku memang salah. Aku janji bakal memperbaiki
semuanya.”
Rullyta
tersenyum kecil. “Memperbaiki? Dengan cara bikin onar? Nyebar gosip ke
mana-mana. Bikin kekacauan untuk keluarga kami. Itu yang disebut memperbaiki?”
“Aku
terlalu cinta sama Yeri. Aku nggak rela dia sama orang lain,” tutur Refi dengan
mata berkaca-kaca. “Aku udah kehilangan semuanya. Aku cuma mau dia.”
“Kamu
beneran gila ya? Yeriko itu suamiku!” sahut Yuna kesal. “Kamu pikir, aku bakal
nyerahin suamiku ke orang lain?”
“Kamu
yang ambil Yeriko dari aku!” teriak Refi sambil terisak.
Yuna
dan Rullyta saling pandang.
“Ma
...!” panggil Yuna lirih sambil meraih ujung jemari tangan Rullyta. Ia tahu,
kondisi mental Refi tidak stabil. Walau kesal, ia masih memiliki belas kasihan
untuk Refi.
Rullyta
mengelus lengan Yuna untuk menenangkannya. Ia tersenyum, kemudian menatap Refi
yang masih menangis di atas tempat tidurnya.
Refi
menatap pilu ke arah Rullyta. “Tante, bisa ngomong berdua aja?”
“Yuna
bukan orang lain. Ngomong aja!” sahutnya ketus.
Refi
menggigit bibir bawahnya. Mereka terdiam selama beberapa saat.
“Selama
ini, cuma Yeri yang selalu ada buat aku. Dia yang bikin aku bergantung sama
dia. Saat ini, aku bahkan nggak punya tujuan hidup. Sekarang udah catat, aku
nggak bisa melanjutkan karirku dan ...”
“Bukannya
kaki kamu masih bisa sembuh?” sahut Yuna.
Refi
mengangguk. “Ya, kakiku emang bisa sembuh. Tapi, butuh waktu yang lama banget.
Aku sendiri nggak tahu kapan kakiku bakal bisa normal lagi. Yeri juga udah
janji bakal bertanggung jawab.”
“Yun,
aku mohon ... aku cuma butuh Yeri. Aku nggak butuh yang lain. Please, lepasin
dia buat aku!” pinta Refi.
“Maksud
kamu?” Rullyta mengernyitkan dahi menatap Refi. “Kamu nyuruh mereka pisah?”
Refi
menganggukkan kepala. “Please, Tante! Biarkan aku menikah sama Yeri. Tante tahu
kalau kami saling mencintai. Jadi ...”
“Yeriko
nggak bilang begitu,” sahut Rullyta ketus.
“Nggak
mungkin!” seru Refi. “Aku sama dia saling mencintai sejak dulu. Tante tahu
sendiri, hubungan aku dan Yeri sudah lama banget. Dia nggak mungkin ...”
“Mungkin
aja,” sahut Rullyta. “Yeriko sendiri yang bilang sama aku kalau dia cuma cinta
sama Yuna seumur hidupnya. Dia bahkan nggak pernah bilang ke aku kalau dia
pernah cinta sama kamu. Sekalipun saat itu, kalian masih pacaran.”
“Nggak
mungkin!” seru Refi sambil menutup kedua telinga. “Yeriko nggak mungkin
bohongin aku. Dia pasti masih cinta sama aku. Nggak mungkin dia bisa cinta sama
wanita lain.”
“Nggak
ada yang nggak mungkin di dunia ini,” sahut Rullyta. “Semua hal akan berubah.
Waktu itu, kalian masih remaja. Cuma cinta monyet. Yeriko nggak pernah nganggep
serius,” tutur Rullyta sambil tersenyum sinis.
“Nggak.
Nggak mungkin!” seru Refi. Ie menggeleng-gelengkan kepala dan menatap kosong ke
arah lantai.
Yuna
menarik napas dalam-dalam sambil menatap Refi yang terlihat begitu menyedihkan.
Ia merasa iba, namun semua air mata Refi adalah air mata kepalsuan. Ia tidak
ingin terjebak kedua kalinya dalam lautan sandiwara yang diciptakan oleh Refi.
“Lebih
baik, kamu lupakan keinginan kamu buat hidup sama Yeri!” pinta Rullyta. “Dia
bakal tetap bertanggung jawab sama masa depan kamu. Bukan berarti, dia bakal
nikahin kamu.”
Refi
semakin terisak mendengar ucapan yang keluar dari mulut Rullyta.
“Nggak
usah akting!” seru Rullyta. “Kami semua tahu gimana hidup kamu. Hubungan kamu
sama keluarga kamu sendiri aja nggak baik. Semua karena kelakuanmu sendiri.
Sekarang, nggak ada yang peduli sama kamu. Bahkan, kami yang pernah peduli,
saat ini bener-bener nggak punya belas kasihan sedikitpun buat perempuan kayak
kamu.”
“Tante
... jangan terus-terusan ngungkit masa lalu aku!” seru Refi. “Aku tahu aku
salah. Aku janji, bakal memperbaiki semuanya.”
“Lebih
baik, kamu perbaiki dulu hubungan kamu sama mama kamu. Kamu berharap banyak
sama Yeri. Kamu nggak punya keberanian buat kembali ke keluarga kamu sendiri,
hah!?”
Refi
terdiam. Ia merasa tak berdaya saat mendengar pertanyaan dari Rullyta. Banyak
hal buruk yang sudah ia lakukan di masa lalu. Bahkan, mamanya sendiri enggan
menganggapnya sebagai anak. Ia berhasil menutupi kehidupan masa lalunya dari
pemberitaan media.
“Aku
bisa bongkar semuanya!” seru Rullyta. “Kalau kamu masih macem-macem sama
keluarga kami. Aku nggak akan segan-segan buat ngancurin reputasi kamu sebagai
artis!” ancam Rullyta.
Refi
langsung menatap wajah Rullyta. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Rullyta
datang untuk membela Yuna, bukan membela dirinya. Ia menatap Yuna penuh
kebencian karena Yuna berhasil merebut perhatian semua orang. Bahkan, ia sudah
mendapat pengakuan dari Rullyta, orang yang penting dalam keluarga besar
Hadikusuma.
Makasih udah baca sampai sini.
Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...
Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku
makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang
udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya!
Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!
Much Love
@vellanine.tjahjadi
0 komentar:
Post a Comment