Monday, February 17, 2025

Perfect Hero Bab 147 : Duel Sengit || a Romance Novel by Vella Nine

 


Yuna menyadari tatapan kedua pria di hadapannya sama-sama berbahaya. Ia sangat mengerti bagaimana keduanya. Ia mengkhawatirkan keduanya yang sama-sama berambisi.

 

“Yer ...!” panggil Yuna lirih sambil meraih ujung jari Yeriko.

 

Yeriko menoleh ke arah Yuna sambil tersenyum. “Ya.”

 

“Kita pulang sekarang, yuk!” ajak Yuna.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Tunggu!” seru Andre sambil menghampiri Yeriko. “Ada hal penting yang mau aku bicarakan.”

 

“Apa?”

 

“Nggak di sini.” Andre melangkahkan kakinya.

 

Yeriko melangkah mengikuti Andre.

 

“Yer ...!” panggil Yuna lagi. Ia sangat mengkhawatirkan keduanya.

 

Yeriko tersenyum ke arah Yuna. “Semua bakal baik-baik aja.”

 

“He-em.” Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko bergegas mengikuti langkah Andre sampai ke taman rumah sakit.

 

“Ada apa?” tanya Yeriko.

 

“Kamu ke mana aja?” tanya Andre dingin. “Sudah lima hari Yuna digosipin aneh-aneh sama mantan pacar kamu itu. Kamu diam aja? Sampai sekarang Yuna terluka kayak gini, kamu masih nggak mau berbuat apa pun? Suami nggak becus!” sembur Andre.

 

“Kamu siapa? Nggak usah ikut campur urusan rumah tangga aku!” sahut Yeriko.

 

Andre melebarkan matanya menatap Yeriko. Ia mengepal tangannya perlahan. Menarik napas dalam-dalam dan langsung menghujankan pukulan ke wajah Yeriko. “Aku nggak akan ngebiarin kamu nyakitin Yuna sekalipun kamu suaminya dia!” seru Andre dengan napas memburu.

 

Yeriko menatap wajah Andre kesal. Ia tak menyangka kalau Andre akan menghujaninya dengan pukulan. Tanpa pikir panjang, ia langsung membalas pukulan Andre hingga Andre tersungkur ke tanah.

 

Andre bangkit dan kembali memukul Yeriko. Mereka saling pukul di taman hingga menarik perhatian orang lain. Orang-orang langsung memanggil satpam untuk melerai keduanya.

 

“Jangan sentuh aku!” sentak Andre pada satpam sambil merapikan jaketnya. “Aku bisa pergi sendiri.”

 

Satpam yang berjaga membiarkan Andre pergi sendirian. Sementara Yeriko masih berdiri di tempatnya sambil menikmati rasa nyeri di rahangnya. Ia mengusap darah yang keluar dari sudut bibirnya.

 

Yeriko melangkah menuju toilet untuk memastikan tidak ada luka di wajahnya yang akan menarik perhatian Yuna.

 

Beberapa menit kemudian, Yeriko keluar dari toilet dan langsung menghampiri Yuna.

 

“Andre mana?” tanya Yuna.

 

Yeriko mengedikkan bahunya.

 

“Kamu nggak macem-macemin dia kan?”

 

“Ck, kamu malah mengkhawatirkan orang lain?”

 

“Bukan gitu. Dia udah nolongin aku hari ini. Nggak enak aja kalau dia tiba-tiba ngilang gitu aja.”

 

“Aku udah wakilin kamu buat ngucapin terima kasih ke dia. Dia masih banyak kerjaan. Jadi, pulang duluan.”

 

“Oh.” Yuna manggut-manggut.

 

“Kita pulang sekarang!” ajak Yeriko.

 

Yuna menganggukkan kepala. Ia menoleh ke arah Icha yang masih berdiri di sebelahnya.

 

Icha tersenyum menatap Yuna. “Aku bawa motor sendiri, Yun.”

 

“Makasih, ya! Udah temenin aku.”

 

Icha tersenyum sambil menganggukkan kepala. “Cepet sembuh ya!”

 

Yuna mengangguk.

 

Icha bergegas pergi meninggalkan Yuna dan Yeriko.

 

Yeriko menghela napas, ia mendorong kursi roda Yuna keluar dari rumah sakit.

 

“Tunggu di sini  sebentar!” pinta Yeriko. “Aku ambil mobil dulu.”

 

“He-em.” Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko bergegas mengambil mobil. Ia menghampiri Yuna yang masih duduk di kursi roda dan menggendongnya masuk ke dalam mobil.

 

“Kenapa sama Andre?” tanya Yeriko saat mereka dalam perjalanan pulang.

 

“Eh!?”

 

“Temen kantor kamu banyak. Kenapa harus Andre?” tanya Yeriko lagi.

 

Yuna tersenyum sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Yeriko. “Kamu cemburu ya?” godanya.

 

Yeriko tak menjawab pertanyaan Yuna. Ia fokus menatap jalanan yang ada di depannya.

 

Yuna memonyongkan bibirnya melihat sikap Yeriko. Ia menyandarkan kepalanya ke kursi sambil memejamkan mata.

 

Sesampainya di rumah, Yeriko langsung menggendong Yuna masuk ke kamar, membaringkan Yuna ke atas tempat tidur.

 

“Istirahatlah!” pinta Yeriko.

 

Yuna merangkul leher Yeriko sambil tersenyum. “Kamu marah?”

 

Yeriko menggelengkan kepala.

 

“Kenapa diam aja sepanjang jalan?” tanya Yuna.

 

“Nggak papa. Banyak hal yang lagi aku pikirkan. Kamu istirahat ya!”

 

Yuna mengangguk kecil.

 

Yeriko tersenyum, kemudian mengecup lembut kening Yuna.

 

Yuna tersenyum bahagia.

 

Yeriko menyelimuti tubuh Yuna dan melangkah keluar dari kamar. Ia menuju ruang kerja pribadinya. Menghabiskan waktunya untuk memikirkan hal yang terjadi hari ini.

 

Yeriko menoleh ke arah ponsel yang berdering di atas meja. Ia meraih ponsel tersebut dan menjawab panggilan telepon dari mamanya.

 

“Halo ...!”

 

“Ya, Ma.”

 

“Yuna terluka?”

 

“Iya. Mama tahu dari mana?”

 

“Pemberitaan media semakin menjadi-jadi. Kenapa kamu diam aja?” sentak Rullyta.

 

Yeriko terdiam. Ia tidak ingin memperburuk kondisi mental Refi, tapi malah menyakiti istrinya sendiri.

 

“Kenapa diam!?”

 

“Aku bakal selesaikan secepatnya.”

 

“Kalau kamu nggak mampu menghadapi Refi, biar Mama yang turun tangan menyelesaikan masalah ini.”

 

“Ma, biar kami selesaikan sendiri. Ini masalah kami bertiga dan ...”

 

“Kamu anggap Mama orang lain, hah!?” teriak Rullyta.

 

Yeriko menjauhkan ponsel dari telinganya.

 

“Ma, kondisi mental Refi lagi nggak baik. Aku takut dia bakal ngancam bunuh diri lagi.”

 

“Kamu masih mikirin cewek gila itu, hah!? Nggak mikirin perasaan istri kamu sendiri?”

 

“Yuna jauh lebih kuat dari Refi. Aku nggak mau Refi bikin semuanya semakin rumit dan semakin menyakiti Yuna.”

 

“Kamu bener-bener nggak berguna!” sahut Rullyta kesal, ia langsung mematikan panggilan teleponnya.

 

Yeriko menghela napas sejenak. Ia langsung menelepon Riyan.

 

“Halo, Pak Bos!” sapa Riyan.

 

“Gimana hasil meeting hari ini?”

 

“Semuanya oke. Report-nya udah saya kirim ke email Pak Bos.”

 

“Oh, oke. Sekarang di mana?”

 

“Di jalan, mau pulang.”

 

“Aku ada tugas buat kamu?”

 

“Ya.”

 

“Cari tahu dalang di balik pemberitaan Yuna di media!”

 

“Siap, Pak!”

 

“Oke.” Yeriko langsung mematikan panggilan teleponnya. Ia keluar dari ruang kerja dan turun ke dapur menemui Bibi War.

 

“Bi, Yuna terluka,” tutur Yeriko.

 

“Apa!?” Bibi War terkejut mendengar pernyataan Yeriko. “Gimana keadaannya sekarang?”

 

“Dia baik-baik aja. Lagi istirahat di kamar.”

 

“Biar bibi buatkan sup untuk Mbak Yuna.”

 

Yeriko mengangguk. “Aku naik ke kamar dulu temenin Yuna. Nanti, kalau Riyan datang, panggil aku ya!”

 

“Siap, Mas!”

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia melangkahkan kaki perlahan menuju ke kamarnya.

 

“Nggak tidur?” tanya Yeriko sambil melepas jasnya. Ia menghampiri Yuna yang sedang asyik bermain ponsel. “Malah main game.”

 

Yuna meringis. “Bete, nggak tahu mau ngapain.”

 

Yeriko tersenyum. Ia menggeser tubuh Yuna, duduk bersandar di tempat tidur sambil memeluk Yuna dari belakang. “Yun ...!” bisik Yeriko sambil mengendus leher Yuna.

 

“Ya,” sahut Yuna, ia masih saja fokus dengan ponselnya.

 

“Apa kamu bisa menghindari Andre?”

 

Yuna mendongakkan kepala menatap Yeriko sambil tersenyum. “Kamu masih cemburu?”

 

“Sedikit.”

 

“Cuma sedikit?”

 

Yeriko mengangguk.

 

“Huft, padahal cemburuku ke Refi besaaaar banget! Tapi aku nggak pernah minta kamu buat menghindari dia.”

 

“Kenapa?”

 

“Karena aku percaya sama suamiku. Suamiku pria yang sangat tampan. Ada banyak cewek yang menginginkannya. Aku nggak akan menghindari mereka, aku akan menghadapinya dan mempertahankan rumah tanggaku,” jawab Yuna sambil tersenyum manis. Ia menepuk-nepuk pipi Yeriko dengan lembut.

 

Yeriko menatap Yuna penuh cinta. Ia mengulum bibir Yuna perlahan sambil memeluk erat tubuh Yuna.

 

Bagi Yeriko, Yuna adalah wanita yang paling spesial dalam hidupnya. Awalnya, ia menikahi Yuna hanya karena menginginkan status di perusahaannya saja. Bukan karena cinta. Tapi, perhatian kecil Yuna membuatnya jatuh cinta setiap hari.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas