Sunday, February 16, 2025

Perfect Hero Bab 142 : Mak Comblang || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Lutfi sama Icha udah jadian. Kenapa si Chandra lambat banget ya? Kasihan Jheni,” tutur Yuna di tengah-tengah sesi pemotretan.

 

“Biarkan mereka mendekat secara alami. Kamu sama Lutfi sama aja. Nggak sabar banget pengen jodohin mereka.”

 

“Hihihi. Lutfi ada bilang gitu juga?”

 

Yeriko mengangguk kecil.

 

Yuna tersenyum. “Setidaknya, Chandra bisa cepet move on dari Amara.”

 

“Perasaannya sekarang udah jauh lebih baik. Dia masih butuh waktu. Chandra bukan Lutfi yang mudah gonta-ganti pasangan.”

 

“Mmh ... aku jadi agak khawatir sama Icha.”

 

“Kenapa?”

 

“Apa ... Lutfi juga bakal mainin Icha?”

 

“Aku rasa nggak.”

 

“Yakin?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Aku nggak pernah lihat dia segelisah itu.”

 

“Gelisah kenapa?”

 

“Gelisah saat kenal sama cewek.”

 

“Emang gitu ya?” tanya Yuna sambil menahan tawa.

 

“Aku lihat, si Icha wanita yang baik, lembut dan penyayang. Lutfi nggak mungkin berani mainin dia. Apalagi ada kamu.”

 

“Aku?”

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Kamu kan galak kayak singa.”

 

“Apa!?” dengus Yuna sambil mencubit perut Yeriko.

 

“Jangan nyubit!” pinta Yeriko sambil merengkuh kepala Yuna.

 

Beberapa kamera masih terus membidik gerak-gerik Yuna dan Yeriko agar mendapatkan gambar yang lebih natural.

 

“Bisa lebih mesra lagi?” seru salah seorang kru yang membawa kamera.

 

Yuna dan Yeriko saling pandang.

 

“Mesra yang gimana?” tanya Yuna sambil menatap Yeriko.

 

Yuna dan Yeriko saling menatap manik mata. Kemudian tertawa bersama.

 

“Canggung banget kalau harus mesra di depan banyak orang,” tutur Yuna.

 

Yeriko menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Gini aja!” Ia langsung menarik tengkuk Yuna dan mengulum bibir Yuna perlahan.

 

“Aargh ...! Romantis banget!” seru Jheni yang sedang duduk tak jauh dari tempat pemotretan.

 

“Mau, Jhen?” goda Lutfi.

 

“Nggak ada lawannya,” sahut Jheni ketus.

 

“Chan ...!” Lutfi menoleh ke arah Chandra sambil menggoyangkan alisnya.

 

“Apaan!?” sahut Chandra sambil menyeruput jus yang ada di tangannya.

 

“Jadi cowok, peka dikit napa?” bisik Lutfi geram.

 

Chandra bergeming. Ia tidak mengerti maksud Lutfi.

 

Lutfi kesal melihat sikap Chandra yang masih saja cuek dengan kehadiran Jheni. Statusnya yang hanya teman baik terasa sangat ambigu. Sebab, mereka diam-diam saling perhatian.

 

“Cha, sini!” pinta Lutfi sambil menepuk pahanya.

 

“Eh!? Kenapa?”

 

“Sini!” Lutfi langsung menarik tubuh Icha dan memeluk gadis itu di pangkuannya.

 

Jheni menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. “Ini anak sengaja mau manas-manasin aku?” gumamnya dalam hati.

 

Lutfi menahan tawa sambil melirik ke arah Jheni dan Chandra yang masih saja bergeming.

 

“Mmh ... aku ke toilet dulu!” pamit Jheni.

 

Lutfi langsung tertawa lebar begitu Jheni sudah tak terlihat dari pandangannya lagi. “Eh, kamu tuh peka dikit napa?” dengus Lutfi sambil menendang kaki Chandra.

 

“Peka apaan?”

 

“Dia itu suka sama kamu, kamu malah cuek kayak gitu.”

 

“Kami cuma teman baik,” sahut Chandra santai. Ia bangkit dan melangkahkan kakinya menyusuri pantai perlahan.

 

“Kamu jahil banget, sih?” tutur Icha sambil menatap tajam ke arah Lutfi.

 

“Jahil kenapa?”

 

“Kamu sengaja mau manas-manasin Jheni sama Chandra?”

 

“Hahaha. Abisnya ... Chandra bener-bener nggak peka. Si Jheni itu suka sama dia. Chandra juga kelihatannya perhatian sama Jheni. Tapi masih aja nggak mau ngaku.”

 

“Jangan keterlaluan juga!” pinta Icha. “Kasihan Jheni. Kalau emang mereka jodoh, pasti bakal bersatu, kok.”

 

“Iya, Sayangku!” sahut Lutfi sambil mencubit pipi Icha.

 

“Mmh ... aku bantuin Yuna dulu ya!” pamit Icha sambil bergegas pergi menghampiri Yuna.

 

Lutfi tersenyum sambil menganggukkan kepala. Ia langsung berlari menghampiri Chandra yang memilih untuk berjalan seorang diri.

 

“Chan, lusa ada waktu nggak?” tanya Lutfi sambil merangkul pundak Chandra.

 

“Kenapa?”

 

“Ikut aku ke Gili, yuk!”

 

“Kamu sama Icha lagi?”

 

“Nggak. Dia kerja.”

 

“Oh. Lihat nanti!” sahut Chandra sambil melangkahkan kakinya.

 

“Oke. Eh, perasaan kamu ke Jheni sebenarnya gimana?” tanya Lutfi. “Dia cewek yang baik.”

 

Chandra menghela napas. Ia menghentikan langkahnya dan berdiri menghadap lautan yang ada di hadapannya. “Aku masih belum yakin.”

 

“Belum yakin sama Jheni?”

 

Chandra menggeleng pelan. “Sama perasaanku sendiri. Aku takut cuma sementara dan justru bakal ngelukai Jheni.”

 

“Tapi, kamu sama dia deket banget. Apa nggak akan lebih melukai Jheni kalau kamu cuma ngasih harapan doang ke dia?”

 

Chandra langsung menoleh ke arah Lutfi. Ia tidak ingin menjadikan Jheni sebagai pelarian. Namun, ia juga tidak bisa berada jauh dari Jheni. Gadis itu, telah memberikan kehidupan baru untuknya. Membiarkan perasaannya terus mengambang memang tidak nyaman.

 

“Huft, kenapa hidup ini bisa begitu cepat berubah. Yeriko yang tiba-tiba sudah nikah. Kamu dan Amara yang ... eh, mau ke mana?” seru Lutfi saat Chandra tiba-tiba berbalik dan meninggalkannya. Ia langsung mengejar langkah Chandra.

 

“Chan, Jheni freelancer kan?”

 

Chandra menganggukkan kepala.

 

“Kalian boleh nginap di villa aku lagi kalau memang mau memperpanjang liburan. Dia juga nggak terlalu terikat sama kerjaannya kan?”

 

“Aku tetep balik. Ada kerjaan.”

 

“Ikut aku ke Gili aja sekalian.”

 

“Kamu nggak langsung balik ke Surabaya?”

 

Lutfi menggelengkan kepala. “Aku langsung ke Gili.”

 

“Icha gimana?”

 

“Dia bisa pulang bareng Yuna.”

 

“Gila! Kamu bawa anak orang, nggak dibalikin. Malah dititipin sama orang lain. Nggak bertanggung jawab!” sahut Chandra.

 

“Yah, abisnya dia diajak ke Gili sekalian nggak mau. Katanya, besok harus kerja. Dia juga yang minta aku buat nggak nganter dia balik.”

 

Chandra tertawa kecil.

 

“Kenapa ketawa?”

 

“Nggak papa.”

 

Mereka melangkah bersama menghampiri Yeriko yang sedang duduk santai usai menyelesaikan pemotretan.

 

“Udah kelar?” tanya Lutfi.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Masih ada dua lokasi pemotretan lagi.”

 

“Serius?”

 

Yeriko mengangguk. “Mama Rully yang atur. Ribet kan? Aku pikir, di sini doang udah kelar.”

 

“Emang ke mana lagi?” tanya Chandra.

 

“Entahlah. Kayaknya ambil objek di pura-pura gitu.”

 

Lutfi tersenyum kecil. “Kenapa kamu kelihatan nggak senang? Ini kan persiapan pernikahan kamu?”

 

“Ribet, Lut. Capek aku.”

 

“Hahaha. Iya juga sih. Kalian foto seribet ini, jeprat-jepret sana sini. Ntar fotonya yang dipake cuma satu. Hahaha.” Lutfi tergelak sambil duduk di samping Yeriko.

 

Yeriko menghela napas. “Kalau bukan karena mama, males aku kayak gini.”

 

“Pendapat Kakak Ipar sendiri gimana?” tanya Lutfi.

 

“Dia ... kayaknya happy aja sih.”

 

“Mmh ... iya, juga sih. Kayaknya, nggak ada hal yang nggak disukai sama Kakak Ipar,” sahut Lutfi.

 

“Ada,” sela Chandra. “Refina.”

 

“Hahaha.”

 

“Eh, gosipnya masih hot banget tuh. Dia nggak terpengaruh?” tanya Lutfi sambil menatap Yeriko.

 

“Sempat sedih, sih. Tapi ... aku lihat perasaannya sudah lebih baik.”

 

“Refi licik banget. Kayaknya, dia lebih licik dari kamu,” tutur Chandra.

 

Yeriko tersenyum sinis. “Aku pasti kelarin dia.”

 

“Aku denger-denger, dia udah dipindahin ke RSOT?” tanya Chandra.

 

Yeriko menganggukkan kepala. “Perkembangannya cukup bagus.”

 

“Artinya ... dia memang masih bisa sembuh?” tanya Chandra.

 

Yeriko menganggukkan kepala.

 

“Baguslah. Biar dia nggak perlu menggunakan penyakitnya untuk merebut perhatian semua orang,” tutur Chandra.

 

“Sebenarnya, aku kasihan juga sama dia,” sela Lutfi. “Tapi, pas baca berita di media kemarin, aku langsung jengkel banget sama Refi. Dia bisa fitnah Yuna sampai segitunya. Untung aja Kakak Ipar cantik itu wanita yang kuat.” Lutfi menatap Yuna yang sedang tertawa bahagia bersama dua sahabatnya.

 

Yeriko tersenyum kecil. Ia menatap Yuna dari kejauhan. Setiap senyuman istrinya, adalah semangat dalam hidupnya. Ia tidak tahu sekuat apa istrinya ketika harus menanggung beban sebagai menantu di keluarga Hadikusuma.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah baca sampai sini. Tunggu part-part manis di cerita selanjutnya ya ...

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

 

 

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas