Jejak Langkah di Pasir Samboja
Karya: Rin Muna
Pagi itu, 22 Februari 2024, langit di atas Samboja tampak bersih setelah hujan malam sebelumnya. Udara asin laut menyambut perjalanan kami—tiga orang Ketua RT dari Desa Beringin Agung: saya, Ketua RT 4 (Yudi), dan Ketua RT 5 (Ahmad Ihun). Kami berangkat menuju Pantai Tanjung Harapan untuk memenuhi undangan kegiatan kemah yang diselenggarakan oleh Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara.
Sebagai Ketua RT, kehadiran kami bukan untuk ikut berkemah atau mengikuti seluruh rangkaian acara, melainkan menghadiri pembukaan secara formal atas undangan Bapak Bupati Kukar. Meski demikian, perjalanan menuju pantai menjadi pengalaman tersendiri. Jalanan berliku menuju pesisir Samboja membawa kami pada percakapan ringan tentang warga, pembangunan, dan rutinitas kecil di lingkungan masing-masing.
Kami tiba di lokasi sekitar pukul sembilan pagi. Pantai Tanjung Harapan sudah ramai dengan peserta kemah dari berbagai OPD. Bendera kegiatan berkibar di sisi panggung utama, tenda-tenda berwarna cerah berdiri berjejer di sepanjang pasir, dan suara pengeras menyambut kedatangan rombongan tamu undangan.
Kami memilih berdiri di antara pepohonan pinus, di paling belakang, menyimak sambutan demi sambutan. Saat Bupati membuka kegiatan secara resmi, saya memperhatikan raut antusias para peserta muda yang duduk bersila di bawah tenda besar. Ada pancaran semangat belajar dan rasa kebersamaan yang kental di wajah mereka. Dalam hati saya berpikir, betapa kegiatan seperti ini bisa menjadi sarana membangun karakter generasi muda — mencintai alam, belajar mandiri, dan menumbuhkan solidaritas.
Usai acara pembukaan, kami diajak berkeliling sebentar meninjau lokasi. Pasir pantai yang lembut, barisan pohon cemara laut, serta angin yang berhembus lembut membuat suasana terasa menenangkan. Kami juga diajak Pak Kades Beringin Agung dan Bukit Raya untuk menikmati es kelapa khas pantai tersebut.
Setelah berfoto bersama peserta dan panitia, kami berpamitan lebih awal. Ketua RT lain dari desa kami tidak bisa hadir karena kesibukan masing-masing. D Ada rasa bangga kecil — bukan karena status atau jabatan, tetapi karena telah menjadi bagian dari upaya kecil untuk menunjukkan dukungan pada kegiatan masyarakat yang positif.
Sebagai Ketua RT, sering kali kehadiran kita diundang hanya bersifat formalitas. Namun bagi saya, setiap undangan memiliki makna tersendiri. Ia menjadi simbol keterhubungan antara pemerintah dan masyarakat di tingkat paling dasar. Hadir bukan sekadar datang, tapi juga memberi tanda bahwa kita peduli. Bahwa kita hadir untuk mendengar, untuk melihat, dan untuk tetap menjadi bagian dari gerak kebersamaan di wilayah yang kita pimpin.
Hari itu, di tepi Pantai Tanjung Harapan, saya belajar sesuatu yang sederhana namun penting: menjadi pemimpin di lingkungan kecil bukan hanya soal menjalankan tugas, melainkan juga menjaga rasa kebersamaan. Kadang, kebersamaan itu hadir dari langkah-langkah kecil — seperti tiga ketua RT yang berdiri di bawah tenda pembukaan, di antara deru ombak Samboja dan semangat muda yang menyala di hadapan kami.

0 komentar:
Post a Comment