Wednesday, August 17, 2022

Bab 30 - The Power of Nyonya Ye

 



Yuna melangkahkan kakinya perlahan memasuki sebuah restoran mewah yang ada di lantai dua Galaxy Mall. Ia langsung duduk di salah satu meja yang kosong seorang diri. Asisten pribadinya, berdiri di samping meja sambil memesankan makanan untuk pelayan yang ada di sana.

Anak buahnya telah menginformasikan jika malam ini Edi Baskoro dan sang istri akan makan malam di restoran ini. Ia dengan sengaja memesan semua meja yang ada di restoran itu hingga tidak ada orang lain yang bisa masuk ke dalam sana selain dia.

“Nyonya, mereka datang,” bisik asisten pribadi Yuna sambil menunjuk ke arah pintu masuk.

Yuna mengangguk. Ia mengerti saat salah satu karyawan yang berdiri di pintu, menghadang langkah Edi dan istrinya.

“Maaf, Nyonya dan Tuan ...! Tempat ini sudah di-booking,” ucap pelayan itu sambil menatap Edi dan Bunda Rindu.

“Kami sudah memesan meja satu hari sebelumnya. Kenapa kami tidak boleh masuk?” tanya Edi sambil mengerutkan dahi karena restoran itu tiba-tiba di-booking.

Yuna langsung memberi kode pada asisten pribadinya. Dengan cepat, asisten pribadi itu menghampiri petugas restoran yang berjaga di pintu.

“Permisi, Mas ...! Tuan dan Nyonya ini adalah orang yang diundang oleh Nyonya kami,” ucap asisten pribadi Yuna.

“Oh. Maaf!” Pria itu langsung membungkuk hormat, ia mempersilakan Edi dan istrinya untuk masuk ke dalam sana.

Edi dan Rindu saling pandang. Mereka benar-benar tidak tahu siapa nyonya yang dimaksud oleh orang-orang itu.

“Silakan duduk, Tuan dan Nyonya ...!” Asisten pribadi Yuna langsung menarik kursi untuk Edi dan istrinya. Tepat berhadapan langsung dengan Yuna yang sudah duduk dengan elegan di depan mereka.

Edi dan Bunda Rindu saling pandang ketika melihat Ayuna berada di sana. Mereka tidak menyangka jika ada Ayuna di hadapan mereka. Tidak ada yang tidak mengenal Vice President Galaxy Group ini. Wajahnya sudah sering terpampang di cover majalah bisnis Asia karena perusahaannya memang berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

“Selamat malam ...!” sapa Yuna sambil tersenyum manis ke arah Edi dan sang istri.

“Maaf, Nyonya! Ini ada apa, ya? Kenapa harus menemui kami dengan cara seperti ini?” tanya Edi sambil menatap wajah Yuna.

Yuna tersenyum menanggapi pertanyaan Yuna. “Anda mengenal saya?”

Edi mengangguk. “Tidak ada orang bisnis yang tidak mengenal pemilik Galaxy Group. Apalagi Anda juga masih puteri dari pemilik Howard Group,” jawabnya.

“Oh. Baguslah kalau Anda mengenal saya.” Yuna tersenyum manis ke arah Edi dan Rindu. Ia menoleh ke arah asisten pribadinya, meminta wanita muda itu untuk menyiapkan hidangan spesial dari restoran tersebut.

Edi dan Bunda Rindu saling pandang. Mereka benar-benar tidak tahu apa yang membuat pemilik Galaxy Group itu pergi menemui mereka.

“Saya nggak bisa berbasa-basi karena nggak punya banyak waktu. Saya datang ke sini atas nama sahabat saya, Andre Ahmad Perdanakusuma. Kalian kenal?” tanya Yuna.

Edi dan Bunda Rindu saling menatap. “Dia besan kami.”

Yuna mengangguk. “Kalian mengakui kalau Andre dan Nia itu besan kalian?”

Bunda Rindu mengangguk.

“Lalu, kenapa kalian menuntut keluarga besan sendiri sampai seperti ini?” tanya Yuna sambil tersenyum.

“Oh. Kamu menemui kami untuk membujuk kami agar tidak melaporkan perbuatan Nanda ke polisi dan menuntut keluarga mereka? Presiden sekalipun, tidak akan membuatku mencabut tuntutanku terhadap bajingan itu!”
 sahut Edi. Ia langsung emosi saat mengetahui maksud Yuna menemuinya.

Yuna menghela napas. “Aku tidak membujuk kalian untuk mencabut laporan kalian. Itu hak kalian. Saya tahu perasaan kalian yang sedang memperjuangkan keadilan untuk puteri kalian. Kalian berdua orang tua yang berpendidikan. Apakah keadilan yang kalian inginkan itu benar-benar baik untuk Roro Ayu?” tanya Yuna.

“Jelas baik. Nanda sudah memperlakukan puteri kami seperti binatang. Kami memberinya kesempatan untuk menikahi dan memperlakukan puteri kami dengan baik. Tapi dia malah mempermainkan Roro. Benar-benar tidak menghargai kami sebagai orang tuanya!” sahut Edi sambil menahan amarah di dadanya. Setiap kali mengingat wajah Nanda, emosinya terus memuncak.

“Apa puteri Anda yang menginginkan hal seperti ini? Dia wanita yang cerdas dan baik hati. Saya pernah mengundangnya makan malam di rumah keluarga saya dan hubungan mereka berdua terlihat baik-baik saja. Itu artinya, Roro Ayu tetap berbakti dan masih peduli dengan Nanda. Walau bagaimana pun, Nanda adalah ayah biologis dari bayi yang dikandung Roro Ayu. Apa kalian benar-benar tidak berperasaan? Sebagai orang tua, kalian tega memisahkan anak dari orang tuanya?” tanya Yuna panjang lebar sambil menatap serius ke arah Edi dan Rindu.

Bunda Rindu menghela napas. “Nyonya Ye benar, Mas. Bagaimana kalau kita cabut saja tuntutan terhadap Nanda?”

“Kamu mau anak kita diperlakukan semena-mena sama Nanda, hah!? Dia itu anak kita satu-satunya!” sahut Edi bersikeras.

“Kalian juga sudah semena-mena terhadap Nanda. Tuntutan kalian itu nggak wajar. Kalian sengaja mau buat keluarga Perdanakusuma jatuh miskin?” sahut Yuna.

“Andre sudah sepakat menandatangani perjanjian kami sebagai jaminan. Nggak ada yang salah,” sahut Edi santai.

“Menuntut Nanda saja masih belum cukup? Kenapa kalian menginginkan harta mereka? Kalian ini bukan orang miskin. Kenapa begitu mata duitan?” tanya Yuna.

Braaak ...!

Edi langsung memukul meja di hadapan Yuna. “Sekali lagi kamu bilang begitu, aku tidak akan segan membuat perhitungan denganmu! Aku melakukan ini untuk Roro Ayu dan calon anaknya!”

Yuna langsung bangkit dari kursi saat Edi menggebrak meja di hadapannya. “Bukan seperti ini caranya! Kalau kamu ingin masa depan yang baik untuk calon anaknya Roro Ayu, bukan dengan cara memisahkan dia dengan keluarga Perdanakusuma! Keluarga Andre nggak akan menelantarkan menantu, apalagi cucunya!” serunya tak mau kalah.

“Mas, sudahlah. Nggak perlu berantem kayak gini!” pinta Bunda Rindu berbisik di telinga Edi dan berusaha menenangkan suaminya itu.

“Kamu bisa kasih jaminan kalau keluarga itu nggak akan menelantarkan puteri kami, hah!? Nanda aja masih bawa perempuan lain ke kamar hotel. Gimana perasaanmu kalau puterimu sendiri yang dikhianati?” seru Edi sambil menunjuk wajah Yuna penuh emosi.

“Kamu mau jaminan apa?” tanya Yuna sambil mengangkat dagunya, ia menatap wajah Edi penuh keberanian.

Edi membalas tatapan tajam mata Yuna. Ia sangat kesal dengan mata wanita yang begitu berani melawan dirinya.

“Kamu nggak akan minta semua saham milik Galaxy ‘kan?” tanya Yuna sambil menatap wajah Edi dengan wajah sinis.

Edi balas tersenyum sinis. “Kalau aku minta, kamu mau kasih?”

“Aku akan kasih semua saham Galaxy kalau kamu bisa keluar dari gedung ini dalam keadaan hidup!” sahut Yuna dengan tatapan berapi-api sambil melangkahkan kakinya mendekati Edi.

“Mas, nggak usah macem-macem! Kita berdamai saja!” pinta Bunda Rindu sambil merengkuh lengan Edi. Ia mengedarkan pandangannya dan bisa melihat ada banyak orang berpakaian ala bodyguard yang berkeliling di sekitar mall itu. Sudah pasti, mereka ada di sana untuk menjaga dan melindungi Vice President yang ada di area tersebut.

Yuna tersenyum sinis. “Aku mengajak kalian berdamai. Tapi kalau kalian mau berperang, aku juga bisa melakukannya! Keluarga Andre akan dapat support penuh dari keluarga Howard dan Hadikusuma. Kami bisa menuntut balik keluarga keraton kalian itu dengan tuduhan pemerasan dan pengancaman!”

“Kamu ...!?” Edi menatap geram ke arah Yuna. “Berani-beraninya kamu mengancamku!”

“Kamu juga sudah mengancam keluarga Andre. Siapa pun yang berani menyentuh orang-orangku, aku tidak akan membiarkan dia hidup tenang!” tegas Yuna sambil menggebrak meja di sampingnya, tepat di hadapan Edi.

Edi terdiam dengan perasaan tak karuan. Ia menimbang banyak hal dan ia tetap saja tidak bisa menerima puterinya yang diperlakukan semena-mena oleh Nanda.

“Kalian mau berdamai atau tetap ke jalur hukum!?” sentak Yuna.

“Mas, kita berdamai saja, ya! Kasihan Roro dan calon cucu kita, Mas,” pinta Bunda Rindu sambil menatap wajah suaminya dengan perasaan tak karuan.

“Istri kamu benar dan bijak. Dia mau berdamai. Tapi kalau kamu bersikeras ke jalur hukum, aku akan meladeninya,” ucap Yuna sambil tersenyum manis.

“Apa kamu bisa menjamin Nanda mencintai Roro Ayu dengan tulus? Orang tuanya saja tidak bisa memberikan jaminan,” tanya Edi.

“Oh. Cuma itu yang kamu mau? Kasih aku waktu satu minggu dan aku akan buat Nanda bertekuk lutut di hadapan puterimu!” sahut Yuna.

Edi tersenyum sinis. “Coba saja kalau bisa! Kami sudah melakukannya berbulan-bulan, dia hanya berpura-pura menyayangi Ayu!”

“Aku dan kalian itu berbeda. Kalau aku bisa membuat Nanda jatuh cinta sama Roro Ayu dalam waktu satu minggu, jangan paksa mereka untuk berpisah dan cabut tuntutan kalian terhadap keluarga Andre!” pinta Yuna.

“Oke. Kalau kamu bisa buat Nanda mencintai puteriku sungguhan, aku akan cabut tuntutan keluarga kami!” sahut Edi.

Yuna mengangguk. “Jangankan membuatnya mencintai Roro Ayu. Membuat dia mengorbankan nyawanya untuk Roro Ayu pun, aku bisa melakukannya!” tegasnya. Ia langsung menarik tas tangan mungil miliknya dan bergegas melangkah pergi.

“Semua makanan di sini sudah kubayar. Jangan sia-siakan makanan mahal! Makanlah sebelum pergi. Selamat menikmati ...!” Yuna mengerdip ke arah Edi dan Bunda Rindu. Kemudian melangkah pergi bersama asisten pribadi dan beberapa bodyguard yang bermunculan dari sudut-sudut berbeda dan mengiringi langkah Yuna untuk pergi dari tempat tersebut.

Bunda Rindu menghela napas lega saat Yuna sudah pergi dari tempat tersebut. Ia merasa lega karena suaminya tidak bertikai terus menerus dengan nyonya besar keluarga Hadikusuma itu. Mengurus tuntutan hukum untuk puterinya saja, sudah banyak menguras pikiran, tenaga dan materi. Entah apa jadinya jika keluarga Hadikusuma juga ikut campur dalam permasalah rumah tangga mereka. Sesungguhnya, ia tidak menginginkan hal lain selain melihat Roro Ayu hidup bahagia, dengan siapa pun itu.

 

 

(( Bersambung...))

Eeaak ...!

Nyonya Ye tetap aja nggak mau kalah, ya?

Komen di bawah dong biar lapak author nggak sepi mulu!

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas