Friday, October 1, 2021

Novel Baru "I am Here Mr. Rich" karya Vella Nine

 


SPOILER BAB 1 - KEJUTAN ULANG TAHUN TERKEJAM

“Pak ... pak ... Pak Tirta! Dengerin saya dulu!” Rose berusaha mengejar langkah Tirta, asisten pribadi pemilik PT. Galaxy Future yang mengurus pembangunan proyek hotel dan apartemen di ibukota. Ini kesempatan terakhirnya untuk mendapatkan kembali kontrak kerja yang diputus hanya karena masalah kecil. Terlambat sehari dalam menjalankan proyek pembangunan apartemen dan tidak ada toleransi sedikit pun.

“Keputusan bos kami tidak bisa diganggu gugat. Kontrak dibatalkan!” tegas Tirta sambil menghentikan langkahnya sejenak.

“Saya bisa ketemu sama bos kalian? Saya akan bertanggung jawab. Saya perlu bicara dengan pimpinan kalian. Please ...!” pinta Rose memohon.

“Bos kami di luar negeri. Tidak bisa ditemui.” Tirta melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Rose begitu saja.

Rose menghela napas kecewa. Ia tertunduk lemas saat kembali gagal mendapatkan proyek perusahaannya. “Mampus kamu, Rose! Mampus! Siap-siap jadi pengangguran abadi! Kawin aja biar nggak hidup susah! Huuaaa ... Sandi ...! Buruan kawinin aku!”

“Bukannya kamu bakal nikah sama Sandi dua bulan lagi? Oke. Tarik napas, Rose! Selamat berjuang!” serunya menyemangati diri sendiri.

Rose melangkahkan kakinya tak bersemangat. Ia langsung kembali ke kantor perusahaan begitu ia mendapatkan penolakan mentah-mentah dari Galaxy Future.

“Kenapa, Rose? Gagal lagi?” sapa salah seorang karyawan begitu melihat Rose memasuki lobi kantor dengan wajah tak bersemangat.

Rose mencebik ke arah karyawan tersebut. Ia termasuk karyawan terbaik di perusahaan tersebut. Selalu melakukan pekerjaan dengan baik hingga membuat bosnya sangat senang. Tapi tidak dengan beberapa bulan terakhir. Ia selalu saja ditimpa kesialan setiap kali menjalankan proyek. Galaxy Future adalah perusahaan ketiga yang membatalkan kontrak karena ia tidak mampu mengatasi masalah yang terjadi.

“Siang, Pak ...!” sapa Rose sambil masuk ke dalam ruang kerja pimpinannya.

“Siang, Rose ...! Ambil ini!” tutur Indra, CEO PT. Julian Karya yang menjadi atasan Rose.

“Pak, ini ...?”

“Tuntutan dari Galaxy sangat tinggi. Risiko pelanggaran kontrak kita sangat besar. Kamu tahu persis berapa kerugian perusahaan. Surat ini untuk menyelamatkan kamu dari jeratan hukum. Ambillah!” perintah Indra sambil menyodorkan amplop di atas mejanya agar lebih dekat dengan Rose.

Rose berusaha meraih amplop tersebut dengan tangan gemetar. Kontrak dengan Galaxy adalah kontrak besar. Melanggar perjanjian kontrak, kerugian perusahaan juga sangat besar. Mungkin surat ini bisa membuatnya terbebas dari jeratan hukum sebagai penanggungjawab proyek. Tapi bisa saja surat itu malah menjerat lehernya sampai mati mengenaskan.

“Mulai hari ini, kamu sudah bisa bersantai di rumah. Nggak perlu kembali ke perusahaan lagi!” perintah Indra.

Rose menghela napas sambil membuka amplop berisi surat pemutusan hubungan kerja. Lebih parahnya lagi, ia juga harus menanggung denda separuhnya dari kerugian perusahaan. Benar saja, surat itu memang sedang mencekiknya agar mati lebih cepat daripada harus hidup dalam penjara.

   “Pak, saya udah dipecat dari sini, gimana saya bisa bayar denda? Dapet uang dari mana?” tanya Rose.

“Itu bukan urusan saya lagi. Kamu pikirkan sendiri!” sahut Indra dingin.

“Gaji terakhir saya nggak dikasih? Uang pesangon?” tanya Rose. Ia tetap harus berusaha mendapatkan haknya. Setidaknya, bisa ia gunakan untuk membayar denda perusahaan, juga bertahan hidup selama menjadi pengangguran.

“Denda yang tertulis di situ sudah dipotong gaji terakhir dan pesangon kamu. Jangan ditanyakan lagi!” jawab Indra. “Sudah salah, masih minta pesangon lagi,” celetuknya kesal.

Rose mendengus kesal. Ia menahan sesak dan perih di dadanya. Hari ini, menjadi hari tersial dalam hidupnya. Setelah satu tahun bekerja sebagai Kepala Bagian Proyek, ia malah dipecat karena kesalahan yang tidak disengaja. Sialnya, kesalahan tidak disengaja itu sudah terjadi tiga kali dan semua orang menganggap kalau kesalahan itu disengaja oleh Rose untuk merugikan perusahaan.

“Kamu boleh keluar dari sini!” perintah Indra.

Rose mengangguk. Ia menunduk hormat ke hadapan bosnya itu. “Baik, Pak. Terima kasih atas ilmu dan kerjasamanya selama ini!” ucapnya sambil menitikan air mata. Kemudian, ia bergegas keluar dari ruangan tersebut.

“Rose, kamu dipecat? Akhirnya ... kesayangan bos ini dipecat juga. Sok-sok’an sih jadi orang. Kalau bikin rugi perusahaan, trik menggoda atasan nggak akan berlaku,” tutur salah seorang karyawan saat melihat Rose keluar dari dalam ruang CEO sambil memegang amplop.

Rose tersenyum sambil menatap beberapa karyawan yang ada di sana. Semua sudah tahu kesalahannya yang nyaris membuat perusahaan bangkrut dan mereka akan kehilangan pekerjaan. Itulah sebabnya, mereka sangat senang ketika Rose diberhentikan dari perusahaan.

“Masih bagus Pak Bos nggak bawa kasus ini ke penjara. Kalau dipenjara, mau gimana nasibnya? Wajah cantik dan sok pintarnya ini langsung hilang di balik jeruji besi. Hahaha.”

“Untungnya dia cepat dipecat. Kalo nggak, kita yang jadi gelandangan karena kehilangan pekerjaan. Kamu cukup tahu diri juga, Rose.”

Rose terus tersenyum saat semua karyawan terus mencacinya. “Udah selesai menghinanya?”

Semua orang terdiam mendengar pertanyaan Rose.

“Surat ini adalah surat yang akan bikin hidupku lebih baik dari kalian! Ingat itu!” tutur Rose sambil mengangkat amplop surat yang ada di tangannya. Kemudian, ia bergegas pergi dari kantor tersebut.

“Pembualan, Rose! Paling hidupmu makin melarat. Hahaha.”

“Rosemini ... Rosemini ... besok, ganti nama jadi Rosebig biar keberuntunganmu big juga!” seru yang lainnya.

Rose menarik napas dalam-dalam. Ia berlari keluar dari kantor tersebut dengan perasaan tak karuan. Begitu ia berhasil masuk ke mobilnya, air matanya langsung mengalir deras.

“Rose ... kamu akan baik-baik aja. Masih banyak pekerjaan lain. Semangat!” seru Rose menyemangati dirinya sendiri sambil mengusap pipinya yang basah. Ia menyalakan mesin mobil dan bergegas pergi.

Rose membuka ponsel dan menelepon nomor Sandi, tunangannya. Hari ini adalah hari ulang tahun Rose yang ke-25. Mereka biasa merayakannya bersama. Untuk menghilangkan kesedihannya, lebih baik ia pergi merayakan ulang tahun bersama tunangannya itu. Toh, dua bulan lagi mereka akan segera melangsungkan pernikahan.

“San, kenapa nomor kamu nggak aktif, sih?” gumam Rose setelah ia mencoba menghubungi nomor Sandi beberapa kali. “Jangan-jangan ... dia lagi nyiapin pesta kejutan ulang tahun buat aku? Lebih baik, aku pulang dulu!”

Rose menyunggingkan senyuman sambil menatap potret kebersamaan ia dan Sandi yang ia gantung di atas dashboard mobilnya. Selama lima tahun ini, ia sudah menjalani banyak hal bersama Sandi. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Meski sedih karena kehilangan pekerjaan, tapi hatinya tetap bahagia memiliki tunangan seperti Sandi. Pria yang sangat lembut, perhatian, tampan dan mapan. Pria impian semua orang dan dia sudah berhasil mendapatkannya.

Beberapa menit kemudian, Rose sudah memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Ia langsung tersenyum saat melihat mobil Sandi sudah ada di sana.

“La ... la ... la ... la ...!” Rose melenggang santai memasuki pintu rumahnya yang terbuka. Semua orang sudah berkumpul di sana. Ada keluarganya, juga keluarga Sandi.

Rose langsung tersenyum saat melihat orang tua Sandi. Ia pikir, semua orang berkumpul untuk merayakan hari ulang tahunnya seperti biasa.

“Siang, Ma ...!” sapa Rose sambil merengkuh tubuh calon mertuanya itu. Menyalami pipinya seperti biasa dan tersenyum manis. “Mama tumben main ke sini siang-siang gini, mau rayain ulang tahun aku, ya?”

Hilda langsung tersenyum hangat menatap Rose. “Kamu ulang tahun hari ini?” Ia hampir lupa kalau tunangan puteranya itu sedang berulang tahun.

Rose mengangguk. “Aku traktir kalian semua makan enak malam ini. Gimana?”

Semua orang saling pandang. Tidak ada satu pun yang berani menjawab pertanyaan Rose. Bahkan Sandi hanya menundukkan          kepala sejak Rose masuk ke dalam rumah tersebut.

Pandangan mata Rose langsung tertuju pada Risma. Adiknya yang sedang duduk di sofa sambil menutup wajah menggunakan scraf yang ada di tangannya.

“Ini ada apa?” tanya Rose kebingungan. “Risma, kamu nangis? Kenapa?”

Risma menggeleng sambil terisak kembali.

“Rose, duduk dulu!” pinta Hilda sambil merangkul tubuh Rose. “Mama sekeluarga mau minta maaf sama kamu.”

“Maaf kenapa, Ma?” tanya Rose.

“Maafkan keluarga kami kalau ada salah sama Rose. Mmh ...” Hilda tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Ia menatap Sandi yang masih menundukkan kepalanya.

Rose menatap semua orang yang ada di sana selama beberapa saat.

“Pa, Ma ...! Ini ada apa? Kenapa Risma nangis?” tanya Rose pada orang tuanya sendiri.

Yulia menghela napas sambil menatap wajah Rose. “Risma hamil.”

Rose langsung memutar kepalanya menatap Risma. Ia tercengang mendengar dua kata yang keluar dari mulut ibunya. Bagaimana bisa adiknya itu hamil? Bukankah Risma masih kuliah dan tidak punya pacar.

“Bener, Ris?” tanya Rose. Ia bangkit dan beringsut ke hadapan Risma.

“Hiks ... hiks ... hiks ...!” Risma hanya terisak mendengar pertanyaan Rose.

“Jangan nangis! Jangan nangis! Laki-laki itu pasti mau tanggung jawab ‘kan?” tanya Rose.

Risma semakin terisak mendengar pertanyaan Rose. “Maafin Risma! Maafin Risma!”

Rose menangkup wajah Risma dan mengusap air mata gadis itu. “Bilang ke aku! Siapa yang sudah hamilin kamu? Aku bakal cari laki-laki itu. Kalau dia nggak mau tanggung jawab. Aku bakal bunuh dia!”

Sandi langsung memutar kepalanya menatap Rose dan Risma.

Risma terisak sembari melirik Sandi yang duduk di seberangnya. Ia tidak berani mengatakan apa pun di hadapan kakaknya. Meski menyebalkan, tapi Rose sangat menyayangi dirinya. Ia benar-benar merasa bersalah karena ia sudah hamil tiga bulan.

“Bilang ke aku, siapa yang sudah hamilin kamu, Ris?” tanya Rose dengan nada lebih tinggi. Ia sangat kesal karena adiknya yang pendiam dan selalu bersikap baik, tiba-tiba hamil. “Sudah berapa bulan?”

“Tiga bulan,” jawab Yulia, ibu kandung Risma.

“Tiga bulan? Kita harus cari pelakunya, Ma? Apa laki-laki itu nggak mau tanggung jawab?” tanya Rose kesal. “Sudah hamilin adikku, terus lari? Aku nggak akan pernah maafin orang itu!”

“Sandi,” tutur Yulia sambil menatap wajah Rose yang sedang menahan amarahnya.

“Sandi? Namanya Sandi? Sama dengan tunanganku? Oke. Aku akan cari orang itu. Kamu kasih tahu ke aku, seperti apa orangnya! Biar aku yang cari dia dan mempertanggungjawabkan perbuatannya!”

Risma tidak bisa berkata-kata. Ia terus terisak melihat sikap kakaknya itu.

“Orangnya sudah ada di sini. Nggak perlu kamu cari!” sahut Yulia sambil menunjuk Sandi dengan dagunya.

DEG!

Jantung Rose berhenti berdetak untuk beberapa saat. Ia memutar kepalanya menatap Sandi yang hanya menundukkan kepala. Dadanya sangat sesak saat pria itu bahkan tak berani menatap wajahnya. Ia ingin menangis. Tapi rasa sakit yang mengejutkan, justru membuat air matanya tak sanggup untuk jatuh. Ia terkulai lemas sambil menatap lantai kosong.

“Rose ...!” Hermanto, ayah kandung Rose mencoba mengangkat tubuh Rose yang terduduk lemas di lantai dengan tatapan kosong.

Rose langsung menepiskan tangan Hermanto dengan kasar. Ia menatap Sandi dan menggeser tubuhnya ke hadapan tunangannya itu.

“San, semua ini nggak bener ‘kan?” Rose menengadahkan kepalanya menatap Sandi. Air mata yang sejak tadi tertahan oleh luka, akhirnya jatuh berderai di depan wajah pria itu.

 “BILANG KE AKU KALAU SEMUA INI NGGAK BENER, SAN!” teriak Rose histeris karena Sandi masih saja bergeming.

 

((Bersambung...))

Baca kelanjutan cerita "I am Here Mr. Rich" karya Vella Nine hanya di aplikasi Novelme dan Novelaku!

Download dulu aplikasinya di Playstore atau Appstore kalau kalian belum punya.



MuchLove,

@rin.muna

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas