Monday, August 2, 2021

RULIKA Ikuti Ajang Indonesian Sustainability Development Award 2021


Hai ... hai ...!

Hari ini aku lagi nggak punya materi untuk aku share. Lagi males mikir.
Jadi, aku mau berbagi pengalaman aja, boleh nggak?

Yah, itung-itung buat kenang-kenangan kalo aku udah tua nanti. Sebagai reminder bahwa aku pernah punya sedikit pengalaman berharga saat aku terserang alzheimer, hehehe.


Tanggal 29 Juli 2021 menjadi salah satu momen bersejarah buat aku karena Rumah Literasi Kreatif kembali ikut ajang ISDA 2021. Aku sebagai penerima manfaat dari program Pertamina Hulu Sanga-Sanga, tentunya diminta untuk hadir di ajang penilaian tersebut.
Setelah berhasil membawa Gold Kategory pada di ajang CSR Award 2021, kini Rulika kembali mengikuti ajang serupa.
Juri kali ini jelas lebih menegangkan. Meski sudah sering ikut ajang seperti ini, aku tetap saja nervous tingkat tinggi. Apalagi pertanyaan juri yang kerap bikin keder. Yang ada di kepalaku saat itu adalah ... "gue salah jawab, nih."

Argh, rasanya dicecar sama banyak pertanyaan itu nggak mudah. Nano-nano banget. Kudu kuat mental, kudu kuatin hati untuk menyanggah setiap pendapat orang-orang di atas sana yang level pengalaman dan pendidikannya jauh di atasku.

Ya, untuk seorang lulusan SMA sepertiku ... mereka sedikit heran dengan gebrakan yang aku buat. Dengan prestasi yang aku raih beberapa tahun terakhir. Hingga tahun ini, ternyata masih ada kesempatan untuk berprestasi dan membawa nama baik Desa. Menjadikan Desa Beringin Agung sebagai desa yang maju, berbudaya dan bertoleransi.

Dari masyarakat desa yang awalnya acuh terhadap dunia pendidikan (anggapan mereka, tak perlu sekolah tinggi karen ujung-ujungnya akan pegang cangkul atau masuk dapur) kini sudah mulai bertransisi dengan pola pikir yang lebih maju.
Sering diadakan pelatihan, diskusi bersama dan lain-lain, membuat anak-anak muda dan orang tua bisa lebih berwawasan, mampu bersaing dengan dunia luar dan membawa nama baik desa sendiri. Karena kalau bukan kita, mau siapa lagi?

Ada beberapa program literasi yang menjadi program unggulan. Karena literasi saat ini maknanya sangat luas. Bukan sekedar baca tulis dan berhitung. Ada jenjang usia yang membuat literasi terus berkembang. Mulai dari literasi baca tulis, literasi digital, literasi budaya dan kewargaan hingga literasi finansial.

Ada banyak harapan yang diinginkan oleh masyarakat dan saya secara pribadi. Saya harap, rumah literasi ini bisa bermanfaat untuk banyak orang. Menjadi sumber pengetahuan dan kreatifitas.

Setiap berhadapan dengan juri, ada pertanyaan yang sama sejak dulu dan saya sendiri tidak tahu pasti jawabannya.

Pertanyaan apa?
Pertanyaannya gini ...
Kenapa Mba Rina mau merelakan sebagian tanahnya untuk orang banyak? Merelakan waktu, uang dan tenaga untuk hal yang tidak menghasilkan apa-apa?

Yah, itu adalah salah satu pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Karena semuanya adalah kegiatan sosial. Aku tidak mendapatkan gaji atau menerima uang untuk kegiatan yang dilakukan di Rulika. Dana sosial yang diberikan pertamina bukanlah uang bulanan untuk bayar wifi, listrik, beli buku, ATK, biaya kebersihan dan lain-lain. Dana itu hanya keluar untuk program-program yang telah ditentukan. Sementara, untuk hal lain ... aku masih harus menutupinya dengan uang pribadi.

Why? Kenapa pakai uang pribadi? Karena Rumah Literasi Kreatif ini memang aku dirikan secara pribadi. Meski diperuntukkan untuk umum, orang masih beranggapan bahwa aku mendapatkan banyak uang dari kegiatan sosial yang aku lakukan.

No! Kamu jangan pernah berpikir untuk mendapatkan uang dari kegiatan sosial. Justru, kamu akan keluar banyak uang untuk itu. So, jangan berharap banyak jika Rulika akan menjadi tempat menghasilkan uang. Karena di sini semuanya adalah kegiatan sosial.

Tapi, Rulika bisa menjadi ajang untuk pembuktian diri, mengukir prestasi dan menjadikan dirimu sebagai orang yang memiliki kepedulian oleh masyarakat luas. Menjadi tempat untuk belajar dan mengembangkan diri. Membuatmu belajar menghadapi kehidupan yang sesungguhnya.

Terus, berapa biaya yang harus aku keluarkan untuk Rulika setiap bulannya?

Nggak pernah kuhitung, karena aku takut tidak ikhlas menjalaninya. Tidak juga kucatat dalam pembukuan jika tidak berpengaruh pada operasional Rulika. 

Meski tertatih, aku tetap mencoba melangkah menjalankan kegiatan di Rulika. Sebagai ibu rumah tangga biasa, tentunya aku kesulitan untuk membiayainya. Tapi aku selalu berdoa agar Tuhan memberikan jalan.

Ya, Tuhan memberikan jalan untukku agar terus berkembang. Pada akhirnya, aku menjadi bagian dari penulis platform yang bisa dikatakan Best Seller. Aku bisa membagi hasil penjualan novelku untuk kebutuhan sehari-hari dan kegiatan di Rumah Literasi Kreatif. 

Sebagai orang bodoh yang tidak berpendidikan, aku hanya bisa mengandalkan diriku sendiri. Tidak bisa berharap pada orang lain. Karena beberapa orang juga menilai kegiatanku menghasilkan banyak uang. Padahal tidak. Lebih sering nombok pake uang pribadi. Hahaha. Kalau kamu ingin seperti aku, harus kuat iman juga kuat modal. Karena kamu akan berhenti melangkah saat kamu tahu bahwa kegiatan sosial seperti ini tidak menghasilkan apa-apa. Padahal, pintu rezeki di depan kita sedang dibuka lebih lebar oleh Allah saat kita bisa memberikan sedikit rezeki kita untuk orang lain.

Jika tidak bisa memberi materi, kita bisa memberi tenga, waktu dan gagasan kita untuk kepentingan orang banyak.

Harapan paling besar saat ini adalah ... aku bisa meregenerasi. Menurunkan semua ilmu dan kemampuan yang aku miliki pada anak-anak muda penerus di daerah ini. Semua orang memandangnya pesimis. Mereka bilang, tidak akan ada yang bisa menggantikan aku yang telah mengorbankan semuanya. 

Tapi aku tidak ingin terus pesimis. Allah sudah menyentuh hatiku untuk membantu banyak orang. Untuk peduli pada pendidikan di desa terpencil ini. Untuk membuktikan bahwa anak-anak desa juga bisa berkarya seperti anak-anak kota. Tidak mungkin Allah membiarkan aku terus berjalan seorang diri. Cepat atau lambat, Allah akan mengirimkan orang-orang yang memiliki kepedulian. Menyentuh hati orang-orang untuk membantuku tanpa mengharapkan imbalan.

Aku ingin, nama Rumah Literasi Kreatif tidak akan mati ketika aku mati. Karena Rulika adalah milik semua orang. Bukan milikku sendiri. Akan ada saat aku pergi. Kuwariskan Rulika ini untuk semua orang dan generasi penerus. Akan seperti apa jadinya di masa depan, itu adalah bentuk kepedulian masyarakatnya. Jika mereka peduli, mereka tidak akan membiarkan Rulika hanya tinggal nama saja ketika aku tiada.

Terima kasih untuk semua masyarakat yang telah berperan mendukung semua kegiatan-kegiatan yang aku lakukan.

Mohon doanya, semoga Rulika berhasil membawa nama baik desa tahun ini dalam ajang ISDA 2021.

Thanks to,
- Pertamina Hulu Sanga-Sanga
- Seluruh Dewan Juri ISDA 2021

Terima kasih untuk pengalaman berharga yang tidak akan terlupakan begitu saja. Aku tuliskan agar kamu bisa membantu mengingatkan pada masa depan.



MuchLove
@rin.muna

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas