Thursday, February 11, 2021

Cerpen | Cinta Serba Salah

 

Design Cover by Rin Muna


“El... Elza... Gawat El...!” teriak Yani yang tiba-tiba masuk ke kelas dengan wajah panik.

“Ada apa sih Yan? Apa yang gawat?” tanya Elza yang masih duduk di kursi sambil membaca buku biologi.

“Bima sama Rangga berantem lagi di halaman belakang kelas 10A.” jawab Yani panik.

Elza terkejut dan bergegas menuju ke halaman belakang sekolah beriringan dengan Yani. Elza mendapati Bima dan Rangga sedang bergulat dan dikelilingi oleh anak-anak yang menyoraki mereka.

“Stop... Stop... Stop...!” teriak Elza sekeras-kerasnya, namun tak membuat Bima dan Rangga berhenti berkelahi. “Ini kenapa nggak ada yang misahin sih?” teriak Elza.

“Biar aja kak, seru tau!” jawab salah seorang adik kelas.

Tanpa pikir panjang Elza langsung menghampiri Rangga yang terbaring dengan wajah memar dan berlumuran darah. Sesekali tubuhnya ingin bangkit dan membalas pukulan Bima.

“Udah Rangga! Kalian ini kayak anak kecil aja sih!” teriak Elza sambil menatap Bima yang masih berdiri dan ingin memukul Rangga lagi.

“Kamu kenapa malah sama dia? Kamu itu pacar aku!” teriak Bima sambil menyeka darah yang di ujung bibirnya.

“Pede banget sih kamu ngaku-ngaku. Kapan aku jadi pacarmu!?” teriak Elza.

“Aku nggak peduli... Kamu harus jadi pacar aku! Dan aku nggak suka kamu dekat-dekat terus sama Rangga!” sentak Bima.

“Eh, jelas banget Elza itu nggak mau sama kamu! Sadar diri donk!” sahut Rangga.

Bima makin naik darah mendengar perkataan Rangga. Dia berusaha mendekati Rangga dan memukulnya kembali, namun tubuh Elza menghalangi niatnya.

“Udah Rangga... nggak usah di ladenin orang gila satu ini.” Tutur Elza sambil memapah Rangga pergi menjauh.

Semakin hari Elza tak mengerti dengan tingkah Bima dan Rangga. Bima yang ambisius, egois, dan selalu mau menang sendiri  harus bertemu dengan Rangga yang super ngece dan suka bikin Bima makin panas hatinya.

“Kamu kan udah tau Bima itu gimana, kenapa sih kamu cari gara-gara terus? Bima itu mudah emosi, kamu jangan pancing-pancing kemarahan Bima donk!” tutur Elza sambil menyeka darah di wajah Rangga dengan tisuue.

“Aku thu nggak suka aja sama kelakuan Bima kayak gitu El, ambisius dan egois. Ngaku-ngaku jadi pacar kamu pula.” Sahut Rangga.

“Rangga, Bima itu sebenarnya baik. Aku kenal dia udah lama, dia seperti itu karena dia memang jiwanya mudah emosi. Sama yang lain dia nggak pernah seperti ini. Kamu aja yang selalu cari gara-gara and panas-panasin dia.” Tutur Elza.

Rangga memang baru 6 bulan di sekolah ini, dia pindahan dari sekolah lain di luar daerah. Sejak saat itu Rangga selalu mendekati Elza, sementara Bima tak suka dengan kedekatan Rangga dan Elza. Sebelumnya Bima memang sangat dekat dengan Elza, kedatangan Rangga membuat Bima seperti kehilangan Elza. 

Bima selalu saja salah paham dengan kedekatan Rangga dan Elza. Elza tahu kalau Bima mencintainya sejak 2 tahun yang lalu. Elza bukan tidak mau menerima Bima menjadi pacarnya, ia lebih nyaman kalau Bima ada di sampingnya sebagai sahabatnya. 

Sekarang semuanya jadi berantakan semenjak kehadiran Rangga. Entah apa yang ada dipikiran Bima, ia tak pernah mempermasalahkan bila Elza ngobrol atau bercanda dengan teman lelaki yang lain. Namun Rangga terlihat berbeda di mata Bima. Entah apa yang membuatnya seperti itu. 

Semua hal yang terjadi membuat banyak tanda tanya besar di kepala Elza. Sudah berkali-kali Bima dan Rangga berkelahi, ironisnya mereka tidak pernah jera walaupun sudah di-skors dari sekolah.


***

Elza melamun di dalam kelas sambil memainkan penanya di atas kertas.

“Mikirn apa sih El? Ngelamun terus dari tadi?” tanya Yani.

Elza menghela nafasnya. “Aku mikirn Bima sama Rangga. Gimana ya caranya biar mereka itu nggak berantem terus? Aku tuh capek banget ngadepin mereka berdua.” Ucap Elza lirih.

“Jalan satu-satunya ya kamu harus pilih salah satu El.” Sahut Yani.

“Aku nggak bisa kayak gitu Yan. Aku udah anggap mereka itu sahabat. Padahal dulu Bima nggak seperti itu. Kenapa dia berubah banget sejak ada Rangga.” Celetuk Elza.

“Iya juga sih El. Setau aku Bima itu anaknya baik dan ramah banget, care sama semua orang. Ya emang sih agak keras kepala dan egois gitu. Tapi, aslinya kan baik banget. Apalagi kalau sama kamu, semua dia lakukan demi kamu.” Tutur Yani.

“Itu yang bikin aku bingung Yan. Aku ngerasa Bima itu seperti orang lain setiap berhadapan dengan Rangga. Apa ya alasan dia seperti itu? Padahal Rangga anaknya baik banget lho.” Tutur Elza.

“Kalau itu cuma Bima yang tau. Coba deh kamu tanya langsung aja sama Bima. Dia pasti punya alasan kenapa dia kayak gitu.” Sahut Yani.

“Oke deh, ntar pulang sekolah aku langsung ke rumah Bima.” Tutur Elza.

Bima dan Rangga memang kena skorsing lagi setelah kejadian perkelahian kemarin. Dan Elza harus menemui Bima secepatnya agar ia tahu permasalahan sebenarnya antara Bima dan Rangga.

***

Sesampainya di rumah Bima. Elza langsung dipersilahkan masuk oleh Mama Bima. Keluarga Bima sudah sangat mengenal Elza, begitu juga sebaliknya.

“Bima ada tante?” tanya Elza.

“Ada tuh di kamar. Mungkin lagi tidur, masuk aja ke kamarnya! Tante mau masak dulu buat makan malam nanti.” pinta Mama Bima.

Tanpa pikir panjang Elza langsung masuk ke kamar Bima. Mereka memang sudah seperti keluarga karena mereka sudah berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah Dasar. Sudah beberapa bulan belakangan ini Elza tak pernah menginjakkan kaki di rumah Bima sejak perseteruan antara Bima dan Rangga.

“Elza...! Kamu kok tiba-tiba masuk kamarku nggak ketuk pintu dulu sih?” teriak Bima terkejut.

“Sejak kapan aku masuk kamar kamu pake ketuk pintu? Lagian tumben banget kamar kamu di tutup. Cuma main PS doank pake tutup pintu segala.” Sahut Elza sambil duduk di samping Bima.

“Ah, kamu ini. Kalau aku pas lagi nggak pake baju gimana?” tanya Bima.

“Hmm... ya aku teriak sambil bilang ‘Aaaaarrgghhh...!’ gitu.” Jawab Elza bercanda.

“Ah, kamu ni ya ada-ada aja. Tumben kamu ke rumahku? Kirain udah nggak ingat main ke sini karena udah ada soulmate baru.” Celetuk Bima sambil memainkan stick PS.

“Soulmate apaan sih? Kamu kan tahu kalau aku nggak punya soulmate. Gimana mau punya soulmate kalau ada satpam yang ngawasin gerak-gerikku.” Sahut Elza.

Bima tertawa sambil mengacak-ngacak rambut Elza. 

Elza memandangi Bima yang masih terus tertawa sambil terus memainkan PS kesayangannya itu. Sudah lama sekali Elza tak pernah melihat Bima tertawa seperti ini. Biasanya di sekolah cuma bisa liat wajah Bima yang terus merengut dan gampang sewot. Elza merindukan canda tawa Bima dalam hari-harinya.

“Aku kangen kamu Bim.” Celetuk Elza.

Spontan Bima menoleh ke arah Elza dan cepat memalingkan wajahnya kembal. “Kalau kangen cium donk!” pinta Bima sambil menyodorkan pipinya.

Elza meninju halus pipi Bima. “Dasar cowok cabul!” celetuk Elza.

“Yee... sembarang aja ngomong. Kapan aku cabul? Yang cabul itu si Rangga noh!” sahut Bima.

“Hah!? Maksudnya?”

“Ia, cowok yang selama ini baik sama kamu tuh. Aslinya dia itu bajingan danbrengsek banget. Dia itu baik sama kamu gitu cuma modus doank.” Jawab Bima.

“Udah deh Bim, kamu nggak usah jelek-jelekin Rangga kayak gitu. Rangga itu anaknya baik,kamu sengaja ya mau bikin aku benci sama dia gitu?” tanya Elza.

“Astaga... Nggak percaya banget sih kamu. Ntar malam kamu ikut aku kalau nggak percaya!” jawab Bima.

“Ke mana?” tanya Elza.

“Ke tempat yang bisa ngebuktiin siapa Rangga sebenarnya. Kamu ajak Yani atau temen cewek yang lain ya! Ntar malam aku jemput kamu,” jawab Bima.


***

Elza dan Yani sudah siap menunggu di teras rumah saat Bima datang menjemput.

“Udah siap? Ayo bernagkat!” ajak Bima sambil membuka pintu mobilnya.

“Kamu pake mobil siapa?” tanya Elza.

“Aku pinjam mobil bokap. Kalau pake mobilku ntar ketahuan kita mengintai dia.” Jawab Bima.

Bima segera melajukan mobilnya ke suatu tempat di mana Rangga biasanya ada di situ.

“Kok kita ke sini Bim?” tanya Elza heran ketika Bima berhenti di suatu tempat yang penuh dengan banyak wanita seksi dan beberapa lelaki hidung belang, dan dengan suara musik yang memekakkan telinga. Untung saja mereka tetap berada di dalam mobil.

“Liat tuh yang pake kaos kuning siapa?” tanya Bima sambil menunjuk sosok lelaki yang di maksudnya.

“What!? Aku nggak percaya ini Bim!” jawab Yani sambil melotot tidak percaya.

“Aku nggak nyangka dia kayak gitu Bim.” Tutur Elza sambil memandangi Rangga yang sedang dicumbui oleh 3 orang wanita sexy.

“Udah deh kalian nggak usah sok kaget gitu. Dia emang udah begitu dari oroknya.” Celetuk Bima sambil menstarter mobilnya dan keluar dari tempat itu. Bima menghentikan mobilnya di persimpangan tempat itu.

“Kita ngapain lagi di sini? Nggak langsung pulang?” tanya Elza.

“Ntar, tunggu 1 jam lagi dia bakal keluar dan ke mana bawa perempuan itu.” Jawab Bima.

“Aku rasa itu aja udah cukup kok Bim.” Sahut Elza.

“Belum, masih ada yang lebih dari itu El.” Tutur Bima.

50 menit berlalu dan sebuah mobl sport warna kuning keluar dari tempat itu. Bima segera menstarter mobilnya dan mengikuti mobil tersebut dari belakang. Mobil Rangga berhenti di sebuah hotel bintang 3 dan ia masuk ke hotel ditemani oleh salah satu wanita sexy.

“Udah Bim, kita pulang yuk! Aku udah bisa ngebayangin apa yang akan terjadi. Ngeri banget aku!” ucap Elza sambil mengusap bulu kuduknya yang berdiri.

Akhirnya mereka kembali ke rumah. Elza dan Yani masih tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Rangga sebiadab itu.

***

Elza selalu menghindari Rangga setelah ia tahu semua kelakuan Rangga sebenarnya. Ia kini sadar kalau Bima sangat baik dan selalu ingin menjaganya. Andai aja nggak ada Bima, mungkin Elza bisa menjadi korban dari kebiadaban Rangga. Secara Rangga sangat pandai sekali menutupi kenyataan tentang siapa dia sebenarnya. Kini Elza percaya kalau Bima memang selalu menyayanginya dan selalu menjaga kesucian Elza.

“Bim, makasih ya buat apa yang sudah kamu lakukan buat aku,ucap Elza saat Bima mengajaknya makan di sebuah Cafe.

“Ah, nyantai aja lagi. Nggak usah mendramatisir gitu. Kayak sinetron aja,celetuk Bima.

Elza menghela nafasnya. “Yah, biar gimanapun aku tetep harus berterima kasih sama kamu Bim. Kamu udah tulus sayang sama aku, kamu selalu menjaga aku dari ancaman sekecil apapun. Kanu selalu menjaga kesucian aku.” Tutur Elza.

“Itu semua aku lakuin karena aku beneran cinta sama kamu El, tapi kamu nggak pernah balas cinta aku. Saat ini aku emang belum bisa bikin kamu cinta sama aku. Tapi, aku berharap suatu saat nanti kamu bisa cinta sama aku. Dan aku bisa miliki kamu dalam keadaan kamu yang masih suci El. Aku akan terus jaga kesucian diri kamu. Aku harap kamu juga bisa terus menjaga kehormatanmu sebagai wanita sampai tiba waktu aku bisa meminang kamu.” Ucap Bima.

“Makasih ya, Bim! Aku janji akan jaga kehormatanku sampai waktu itu tiba.” Sahut Elza.

Bima menatap mata Elza dengan tatapan penuh cinta. “Maksudnya? Kamu mau jadi...?” Ucapan Bima terhenti karena masih tak percaya.

“Kamu mau jadi pacar aku?” tanya Elza.

“Kok jadi kamu yang nembak aku sih?” tanya Bima sambil tertawa geli. “Harusnya aku donk ya ngomong kayak gitu.”

“Ya udah kamu deh yang ngomong!” pinta Elza.

Bima menggenggam tangan Elza dengan tangan gemetar karena grogi. “Kamu mau nggak jadi...hmm... jadi....emmm....jadi....”

“Jadi apaan?” tanya Elza.

“Bentar aku mikir dulu. Jadi apa ya bagusnya? Jadi Pacarku, ntar ditolak kayak biasanya. Jadi istriku, tapi kita masih SMA, kan harus kuliah dulu, kerja dulu, baru nikah. Jadi apa ya bagusnya biar kamu nggak di ambil orang and nggak berpaling dari aku.” Gumam Bima kebingungan

Elza hanya terseyum geli melihat tingkah Bima. Mau nembak cewek aja ribet banget, hihihi...

“Hmm... gini aja deh... kamu mau nggak jadi cintanya aku?” tanya Bima akhirnya.

“Ia, aku mau kok jadi cintanya kamu,jawab Elza sambil tersenyum.

Bima balas tersenyum. “Aku boleh peluk?”

Elza menggeleng. “Boleh peluk kalau kita udah lulus SMA!”

Bayu menghela napas. Ia mengangguk setuju sambil tersenyum menatap wajah Elza. Menunggu sampai ujung dunia pun, ia tidak akan keberatan. Asal bisa menghabiskan seluruh hari yang ia miliki bersama wanita itu.

 

_Selesai_

 

Ditulis oleh :

Rin Muna, 28 Juli 2013

 

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas