Monday, March 16, 2020

Dari Sampah Plastik Jadi Lampu Cantik

Dok. Pribadi




Di artikel sebelumnya, aku menulis kegiatan Ibu-Ibu Mamuja di Rumah Literasi Kreatif. Silakan klik link di bawah ini:



Dok. Pribadi



Dari sampah-sampah gelas air mineral yang kerap kali dibuang begitu aja bahkan berserakan. Sekarang sudah bisa dipakai untuk lampu hias atau lampion loh. Lihat aja di Rulika ada dua lampion karya ibu-ibu Mamuja. 

Selain mengurangi volume sampah, lampion gelas bekas ternyata juga bisa terlihat cantik juga.

Buat yang suka berkreasi, bisa mencoba bikin lampion ini juga di rumah. Apalagi saat ada hajatan atau konser, biasanya sampah-sampah air mineral bertebaran ke mana-mana dan bisa jadi bunga di lapangan. Bisa tuh coba dipungutin dan kita jadikan barang yang berguna. 

Terutama buat kita yang tinggal di daerah pesisir pantai. Sebisa mungkin, sampah plastik tidak terbawa arus air ketika hujan dan bermuara di lautan. Karena, kehidupan di laut akan terancam. Kita nggak pernah tahu, sudah berapa volume sampah plastik yang masuk ke lautan. Dari hal kecil ini, kita bisa menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Kalau bukan kita yang memulai, siapa lagi?

Aku yang dulunya gengsi mungutin barang bekas, sekarang dengan pede-nya jadi pemulung setiap kali ada acara. Sampe-sampe, Mamuja dikatain sebagai pemulung.

Aku sih nggak masalah. Asal itu positif dan bermanfaat. Walau jadi pemulung, aku merasa Mamuja menjadi orang yang lebih mulia. Karena saat orang lain buang sampah sembarangan, tanpa sadar merusak alam dan lingkungan. Mamuja masih peduli terhadap lingkungan dengan memungut barang-barang bekas. Walau dipandang rendah oleh orang lain, aku tetap bangga pada mereka yang memiliki jiwa sosial dan kepedulian terhadap lingkungan sekitarnya.

Saat ini, kreasi Mamuja dari barang bekas ini bisa dinikmati di Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas. Sebagai salah satu ikon dan wujud kepedulian Mamuja terhadap lingkunga. Sebab, tak banyak orang yang mau peduli.

Aku sering menitikan air mata jika melihat tempat ini sekarang. Dalam dua tahun, tempat ini sudah bisa berkembang dengan baik. Bahkan, di luar yang aku bayangkan. Kalau bukan karena dukungan dari masyarakat sekitar, aku tidak akan bisa membuat Rumah Literasi Kreatif menjadi rumah bagi mereka yang memiliki minat, bakat dan kreatifitas.

Dua lampu cantik ini mengingatkan diriku sendiri bahwa :

Tidak perlu menjadi lampu kristal untuk terlihat indah dan bercahaya. Tetaplah sederhana untuk bercahaya dan menerangi siapa pun yang ada di sekitarnya.

2 comments:

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas