Wednesday, December 26, 2018

Nostalgia Masa SMA

pixabay.com



Hari ini, aku bertemu dengan salah satu kawan sekolahku di salah satu Kafe. Di mana secara kebetulan kami selalu sekelas semenjak SMP hingga SMA. Saat ini ia bekerja di Jakarta. Aku tidak tahu tepatnya apa, yang jelas dia lulusan Teknik Sipil dan masih ada hubungannya dengan pembangunan gedung. Dan sekarang dia sedang cuti, hingga menyempatkan waktu untuk menemuiku.
“Kamu nggak bosan sekelas mulu sama Puguh?” celetuk salah seorang teman kala itu.
Aku tidak merasa bosan. Sebab aku dan Puguh tidak terlalu dekat juga tidak terlalu jauh. Buatku, dia hanya sekedar pematik semangat belajarku. Sebab puguh memiliki kecerdasan yang lebih dibanding dengan murid lain. Dan dia selalu menjadi sainganku. Aku dan dia selalu berebut peringkat satu. Jika aku peringkat satu, sudah pasti dia yang peringkat dua. Begitu juga sebaliknya.
Aku tidak ingin bercerita tentang puguh. Sebab tak ada yang menarik darinya. Lebih menarik diriku, walau terkesan memaksakan diri. Aku ingin bercerita tentang bagaimana kesanku masuk SMA bersama Puguh. Nah loh? Kok Puguh lagi sih? Ya, sebab dia teman sekelasku sejak kelas 1 SMP. Jadi, mau tak mau aku memang harus menyeret dia ke dalam cerita masa SMA-ku.
“Rin, kamu ingat nggak waktu pertama kali masuk SMA. Kamu terkenal karena bisa mendapat predikat sebagai siswa MOS terbaik.” Puguh menundukkan kepala sambil terkikik geli.
“Apa!? Itu memalukan!” Aku menyeringai. Ia senang sekali mengejekku dengan predikat siswa MOS terbaik.
“Tapi, beneran kan!?”
“Iya. Tapi itu memalukan. Semua orang melihatku menangis di sepanjang koridor.”
“Itu artinya Kakak Osis berhasil mengerjaimu. Dan kamu beruntung berdiri di depan podium dengan penghargaan kalung bawang. Bersama Kakak Kelas yang kamu idolakan itu.” Lagi-lagi Puguh tertawa kecil di sela pembicaraan kami.
Aku memonyongkan bibirku. Wajahku memerah karena tersipu. Mengingat kakak kelas idolaku. Kakak kelas yang mendapat penghargaan sebagai Kakak Osis terbaik, hasil polling dari seluruh siswa peserta MOS.
Ya, aku mulai mengidolakannya sejak itu. Terlebih lagi dia punya sederet prestasi yang membuat mataku selalu memunculkan simbol love love setiap kali melihatnya. Ia tak hanya pintar secara akademik. Namun ia juga punya sederet prestasi lainnya. Seperti saat ia menjadi Kapten Paskibraka dan berhasil meraih juara 1 tingkat Provinsi. Itu sangat membanggakan. Bukan hanya itu, dia juga aktif dalam seni musik Tingkilan yang juga berhasil menyabet Juara 1 kompetisi Tingkilan antar sekolah se-Kalimantan Timur.
Dia juga vokalis Band Metal yang lihai bermain gitar juga Drum. Apa sih alat musik yang dia tidak bisa? Aku lihat dia bisa memainkan semuanya dengan baik. Terlebih lagi ketika dia beraksi mengeluarkan suara Scream-nya yang khas. Itu keren banget buatku! Sebagian wanita tidak suka dengan Band Metal terlebih lagi saat vokalis mengeluarkan suara Scream-nya. Aku justru sangat terpesona. Itu laki banget!
“Woi...! Malah ngelamun. Pulang yuk udah malam!” Puguh membuyarkan lamunanku tentang kenangan masa SMA.
“Eh... Oh... Iya!” Aku meraih tas yang kuletakkan di kursi sebelahku.
“Mau ku antar?” Puguh menatapku menggoda.
“Ke sini bawa motor sendiri-sendiri. Camana mau ngantarkan? Hadeuuuh...!” Aku memutar bola mataku.
Puguh tertawa lepas. Kami kembali ke rumah masing-masing.

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas