Sudah cukup lama aku bekecimpung di dunia platform baca-tulis online, meski aku tipe orang yang tidak suka memandang hal lain ketika aku sedang berhadapan dengan satu hal. Dari berbagai platform yang ada, tentunya kita bisa merasakan bagaimana suasana platform (sebagai penulis dan pembaca).
Sebelumnya, aku kerap membahas tentang Novelme, platform tempat aku bernaung sebelumnya dan telah mendapatkan penghasilan ratusan juta. Sayangnya, Novelme saat ini mati suri dan tidak ada satu pun management yang bisa dihubungi. Nasib para penulisnya juga menjadi tidak jelas.
Bersamaan dengan collaps-nya aplikasi Novelme, hadir sebuah aplikasi baru bernama Fizzo Novel yang merupakan aplikasi milik Bytedance, perusahaan yang juga pemilik aplikasi Tiktok yang sangat populer.
Sebagai seorang penulis, aku mendapatkan panggilan khusus di aplikasi Fizzo untuk awal peluncuran produk ini. Tentunya dengan nilai kontrak yang jelas (Aku biasa dibayar per seribu kata untuk naskah novel). Sehingga tawaran itu aku terima sembari beradaptasi dengan platform tersebut.
Awalnya, Fizzo terlihat sangat memperdulikan kesejahteraan penulisnya, juga memperdulikan kenyamanan pembacanya. Tetapi, lama-kelamaan, atmosfer di Fizzo membuat penulis dan pembacanya semakin tidak nyaman.
Aku sendiri mengalami kesulitan dan tekanan yang sangat besar dengan sistem keuntungan baru di Fizzo yang menggunakan sistem retensi dan persentase pembaca yang sulit untuk diterka. Aku pernah menulis panjang selama satu bulan penuh, tetapi tidak bisa mendapatkan gaji sepeserpun karena retensi tidak mencukupi dan gagal daily. Sistem keuntungan di Fizzo tidak seperti aplikasi berbayar, sehingga kita seperti sedang bermain judi dan banyak mempertaruhkan naskah kita untuk nilai yang belum jelas.
Aplikasi Fizzo Novel memang cukup populer di kalangan pembaca dan penulis digital, terutama karena menawarkan sistem monetisasi bagi penulis dan berbagai cerita gratis bagi pembaca. Namun, banyak pengguna mengaku tidak nyaman dengan aplikasi ini karena beberapa alasan berikut:
1. Terlalu Banyak Iklan
Pengguna sering mengeluhkan iklan yang terlalu sering muncul, bahkan ketika sedang membaca cerita. Pegguna yang tidak ingin ada iklan, harus membayar langganan setiap bulannya.
Iklan video yang tidak bisa di-skip sering kali mengganggu kenyamanan dan fokus pembaca. Terlebih durasi iklan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Tentunya hal ini membuat pembaca kurang nyaman. Sebab, orang-orang yang suka membaca, lebih suka fokus dalam membaca dan tidak terganggu konsentrasinya dengan kehadiran iklan.
2. Clickbait dan Cerita yang Berkualitas Rendah
Judul dan sinopsis cerita sering dibuat bombastis (clickbait) demi menarik pembaca, tapi isinya kadang tidak sesuai ekspektasi. Banyak cerita yang belum diedit dengan baik, dengan tata bahasa, ejaan, dan alur cerita yang masih berantakan. Platform dengan kualitas bahan bacaan yang rendah, biasanya tidak disukai oleh pembaca, terutama bagi penulis karena bisa menurunkan kualitas tulisan mereka juga. Seperti kita tahu, hanya ada satu platform/penerbit buku yang benar-benar memiliki kualitas tinggi dan mampu bertahan karena kualitasnya. Platform yang memiliki kualitas rendah, perlahan akan ditinggalkan oleh penggunanya karena pembaca selalu menginginkan sajian yang lebih baik dari sebelumnya.3. Sistem Monetisasi yang Tidak Transparan
Penulis mengeluhkan sistem pembayaran yang tidak jelas, baik dari segi algoritma pembagian pendapatan, durasi pembacaan yang dihitung, maupun pencairan dana. Beberapa penulis merasa pendapatan yang dijanjikan tidak sebanding dengan usaha menulis dan mempromosikan cerita mereka. Di sini, kerja keras penulis tidak dihargai sepenuhnya. Seperti yang aku bilang sebelumnya, menulis di platform ini seperti sedang bermain judi. Penulis lebih banyak mempertaruhkan karya dan ide-idenya untuk nilai yang belum pasti.
4. Privasi Data dan Akses Berlebihan
Saat menginstal, aplikasi meminta banyak izin akses, seperti lokasi, penyimpanan, bahkan kontak. Ini menimbulkan kecurigaan dan ketidaknyamanan pada pengguna. Ada pula laporan dari pengguna yang mendapat spam setelah mendaftar akun.
5. Fokus pada Viralisasi, Bukan Kualitas
Algoritma Fizzo cenderung mengutamakan cerita viral atau yang memiliki engagement tinggi, bukan yang memiliki kualitas sastra atau pesan yang mendalam. Hal ini membuat penulis yang serius merasa tidak dihargai karena cerita yang lebih “bermutu” kalah pamor dibanding cerita berbau sensasi. Pada akhirnya, aplikasi Fizzo terkenal sebagai aplikasi berkualitas rendah yang menghadirkan bacaan-bacaan tidak bermutu karena banyak mengandung pornografi.
6. Notifikasi yang Mengganggu
Aplikasi sering mengirim notifikasi promosi cerita yang tidak relevan, dan meskipun notifikasi dimatikan, terkadang tetap muncul.
7. Paksaan Undang Teman untuk Imbalan
Sistem reward atau monetisasi sering mensyaratkan pengguna untuk mengundang teman agar bisa mencairkan uang. Ini membuat banyak orang merasa aplikasi seperti “money game” atau sistem referral tidak sehat.
Kita bisa melihat beberapa keluhan pengguna Fizzo, bukan hanya aku yang mengeluhkannya, seperti:
1. Surat pembaca di Mediakonsumen.com
Seorang penulis lokal (Arjunandar dari Majalengka) mengeluhkan karya mereka yang dituduh plagiasi, kemudian tetap ditayangkan dan menghasilkan pendapatan untuk pihak Fizzo meskipun akun penulis telah ditolak bandingnya:
“pada tanggal 17 Juli 2023, saya mendapat pemberitahuan … karya saya diduga melanggar panduan dengan dugaan plagiasi … banding saya dinyatakan gagal … karya saya tersebut masih tayang dan mengandung iklan. Artinya Fizzo masih mengambil keuntungan dari karya saya tersebut, sedangkan pendapatan saya dibatalkan.”
Ini menyiratkan bahwa penulis merasa tidak diperlakukan adil karena karyanya tetap tampil walau pendapatannya dibatalkan.
2. Laporan Gadgetren dan Haloo.id tentang tuduhan kecurangan akun
Sejumlah pengguna melaporkan bahwa tiba-tiba mendapat notifikasi bahwa akun mereka diduga melakukan kecurangan, meskipun merasa tidak pernah melanggar:
“Belakangan ini, banyak pengguna Fizzo Novel yang mengeluh karena akun mereka dituduh melakukan kecurangan, meskipun sebenarnya mereka tidak melakukannya … Pengguna yang mengalami hal ini menjadi bingung dan menghubungi tim pengembang Fizzo Novel melalui media sosial resmi mereka.”
Keluhan ini menunjukkan minimnya penjelasan atau transparansi dari pihak Fizzo.
3. Review di LuvOnline
Beberapa pengguna mengatakan aplikasi Fizzo menampilkan banyak konten yang “dewasa” atau vulgar—tidak nyaman jika diakses oleh anak-anak.
“ternyata ada cukup banyak cerita yang bertemakan cerita dewasa ‘cerita jorok’ … gambar‑gambar thumbnail yang cukup vulgar … Tak terbayangkan … anak‑anak SD dan SMP download Fizzo Novel APK ...” luvonline.web.id
Keluhan tersebut menegaskan isu konten eksplisit yang tidak sesuai untuk audiens usia muda.
4. Keluhan tentang iklan yang terlalu banyak
Beberapa artikel seperti dari Haloo.id dan HiPoin.com menyebutkan bahwa iklan di Fizzo sangat sering muncul, mengganggu kenyamanan membaca dan menguras kuota:
“Banyak pengguna Fizzo Novel mengeluhkan tentang iklan yang terus muncul … mengganggu konsentrasi saat membaca” 4 Cara Menghilangkan Iklan di fizzo Novel 100% Berhasil
Ketidaknyamanan terhadap Fizzo Novel berasal dari kombinasi antara pengalaman pengguna yang terganggu, konten yang kurang terkurasi, dan ketidakjelasan sistem internal. Meskipun ada sisi positifnya, seperti kesempatan bagi penulis baru untuk berkarya dan mendapat uang, aplikasi ini perlu lebih transparan dan berfokus pada kualitas serta kenyamanan pengguna. Semoga ke depannya Fizzo dapat berbenah dan menjadi rumah yang nyaman bagi penulis, juga pembacanya.
"Menjaga kualitas adalah bagian dari pertahanan diri"
0 komentar:
Post a Comment