Wednesday, February 5, 2025

Perfect Hero Bab 62: Mimpi Buruk

 



Setelah pulang kerja, Yuna menelepon Yeriko tapi tidak diangkat. Ia bergegas keluar dari kantor dan menunggu Yeriko menjemputnya usai pulang bekerja.

 

Yuna langsung tersenyum begitu melihat mobil Lamborghini Biru menghampirinya. Ia langsung berjalan menuju mobil tersebut dan membuka pintu. “Riyan!?” Ia mengernyitkan dahi saat melihat Riyan yang duduk di belakang kemudi.

 

“Hai ... Nyonya Muda!” sapa Riyan sambil tersenyum manis.

 

Yuna menghela napas dan langsung masuk ke dalam mobil. “Yeriko ke mana?”

 

Riyan menggelengkan kepala. “Katanya, masih ada urusan sama klien.”

 

“Klien yang tadi siang di restoran?”

 

Riyan menganggukkan kepala sambil menjalankan mobilnya perlahan.

 

“Apa ketemu klien harus selama itu?”

 

Riyan tidak menjawab. Melihat Yuna yang kesal, ia takut salah bicara dan membuat majikannya salah paham.

 

“Kenapa diam?” tanya Yuna lagi.

 

“Aku nggak tahu.”

 

“Kamu kan asistennya Yeriko. Kenapa nggak tahu?”

 

“Mmh ...” Riyan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

 

“Kamu nggak usah menutupi kelakuan Yeriko di belakang aku!” sentak Yuna.

 

“Ngg ... ngg ... nggak, Nyonya.”

 

“Cewek cantik yang ketemu sama aku di restoran tadi siang itu siapa? Klien atau Klien!?”

 

“Klien,” jawab Riyan.

 

“Klien beneran atau cuma alasannya dia aja biar bisa jalan sama cewek lain?”

 

Riyan menghela napas. “Bu Cantika, sudah lama menjadi klien kami. Bos Yeri nggak mungkin macem-macem.”

 

Yuna melipat kedua tangannya di dada dan juga melipat wajahnya.

 

Riyan sangat gugup karena menjadi pelampiasan kemarahan istri bosnya. Ia tahu kalau Yuna sedang cemburu dan bisa saja ucapannya semakin membuat rasa cemburu di hati Yuna semakin membesar.

 

Riyan melirik Yuna beberapa kali. Sebelum pergi menjemput Yuna, ia telah menjadi pelampiasan Yeriko karena Yuna pergi makan siang dengan pria lain. Sekarang, ia juga menjadi pelampiasan kemarahan Yuna karena melihat Yeriko pergi makan dengan wanita lain. “Dua orang ini benar-benar sedang cemburu. Nggak nyangka kalau Bos Ye ternyata memang sangat menyayangi istrinya,” tutur Riyan dalam hatinya.

 

Yuna tidak bertanya lagi sampai ia masuk ke rumah. Perasaannya semakin tak karuan. Ia terus melamun dan membuat Bibi War menyadari kalau Yuna sedang ada dalam masalah. Terlebih, ia pulang seorang diri dan hanya diantar oleh Riyan.

 

“Ada masalah dengan Mas Yeri?” tanya Bibi War.

 

Yuna mengangguk sedih.

 

“Ada apa? Cerita ke Bibi!”

 

Yuna menatap Bibi War dengan mata berkaca-kaca. “Yeriko lagi jalan sama cewek lain. Cewek itu cantik banget, punya badan yang bagus dan pakaiannya juga kelihatan sangat mahal. Apa Yeriko bakal mencampakkan aku?”

 

Bibi War tersenyum sambil mengelus rambut Yuna. “Mas Yeri nggak akan seperti itu. Ada banyak cewek cantik dan kaya di sekelilingnya. Dia sudah memilih Mbak Yuna dan Bibi yakin kalau dia nggak akan melihat wanita lain lagi.”

 

“Tapi, Bi ...” Yuna tak bisa melanjutkan ucapannya. Air matanya tiba-tiba menetes deras. Ia teringat bagaimana saat Lian mencampakkan dirinya dan berselingkuh dengan Bellina selama tujuh tahun. Ia tidak bisa membayangkan kalau suaminya berselingkuh dengan wanita lain. Apa yang harus ia lakukan?

 

Bibi War ikut sedih melihat penderitaan Yuna. Ia langsung memeluk kepala Yuna agar bisa membuat gadis itu tenang. Sesekali, ia menoleh ke arah pintu, berharap Yeriko bisa segera pulang dan menenangkan Yuna.

 

“Nanti Bibi bicara dengan Mas Yeri. Sekarang, Mbak Yuna naik dan istirahatlah!” pinta Bibi War sambil melepas pelukannya.

 

Yuna mengangguk sambil mengucap air matanya dan perlahan menaiki anak tangga menuju kamarnya.

 

Yuna terduduk lemas di atas tempat tidur. Ia terus membayangkan hal buruk tentang hubungannya dengan Yeriko. Mereka baru saja menikah. Saat Yuna merasa Yeriko begitu mencintainya, saat itu juga memiliki rasa takut kehilangan yang begitu besar.

 

Yuna masuk ke kamar mandi dan memilih berendam dengan air panas di dalam bathtub. Ia masih saja melamunkan hubungannya dengan Yeriko. “Kenapa sampai sekarang belum pulang juga?” tanya Yuna sambil melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 21.00 WIB.

 

Yuna menengadahkan kepalanya ke langit-langit, ia menyandarkan kepala sambil memejamkan mata.

 

Yuna membuka matanya perlahan dan mendapati dirinya sudah berbaring di sofa ruang kerja Yeriko.

 

“Aah ...!” Yuna mendengar suara desahan wanita dan seorang pria dari balik pintu ruang istirahat yang ada di ruangan Yeriko. Ia bangkit dan melangkah perlahan menuju pintu.

 

Suara desahan semakin terdengar jelas. Yuna semakin penasaran, ia memegang gagang pintu dan membuka pintu itu perlahan. Yuna tertegun saat melihat sepasang pria dan wanita sedang bercinta penuh gairah di atas ranjang.

 

“Yeriko!” panggil Yuna lirih sambil berlinang air mata.

 

Yeriko langsung menoleh ke arah Yuna yang berdiri di depan pintu. “Ayuna!?” Ia langsung melepaskan wanita yang sedang bercinta bersamanya. Yeriko buru-buru memakai pakaiannya dan mengejar Yuna yang sudah berbalik sambil melangkah pergi meninggalkan ruangan Yeriko.

 

“Yuna!” panggil Yeriko.

 

Yuna terus menangis sambil mempercepat langkahnya. Ia tidak menyangka kalau suaminya telah berselingkuh dengan wanita lain yang jauh lebih cantik dan seksi. Ia benar-benar merasa menjadi istri yang tidak berguna.

 

“Yun!” Tangan Yeriko akhirnya bisa meraih lengan Yuna dan menahannya untuk pergi.

 

Yuna menghentikan langkahnya dan berbalik menatap Yeriko. “Kamu tega ngelakuin ini di belakang aku?” tanya Yuna sambil terisak.

 

Yeriko langsung memeluk tubuh Yuna. “Maafin, aku! Aku sedikit mabuk dan nggak bisa mengendalikan diri. Jangan tinggalin aku, Yun!” pintanya.

 

Yuna memberontak, berusaha melepas pelukan Yeriko dan mendorong Yeriko jauh dari tubuhnya. “Kamu pikir, kata maaf bisa menghapus semua rasa sakit yang aku rasain? Aku bener-bener nggak nyangka kalau kamu tega ngelakuin ini. Aku ini istri kamu! Kamu malah bercinta sama perempuan lain. Apa kamu masih kurang puas sama aku, hah!?”

 

“Bukan gitu, Yun! Aku cuma ...” Yeriko berusaha meraih tubuh Yuna. Tapi Yuna menepis tangan Yeriko dengan kasar.

 

“Mulai sekarang, kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!” sentak Yuna. Ia berbalik dan berlari sekuat tenaga meninggalkan Yeriko.

 

Yuna terus berlari sambil menangis. Ia merasakan kakinya sangat lemas, koridor kantor Yeriko menjadi begitu panjang dan ia tidak tahu harus berlari berapa lama. Air matanya pun bercucuran deras. Semua rasa sakit di tubuhnya membuatnya tak berdaya dan menjatuhkan lututnya ke lantai.

 

Yuna menangis histeris sambil berteriak sekuat tenaga karena rasa sakit yang begitu dalam.

 

“Aargh ...!” teriak Yuna sekuat tenaga sambil memejamkan matanya.

 

Yuna mengerjapkan mata sambil melihat ke sekelilingnya. “Aku ketiduran?” tanyanya sambil melihat tubuhnya yang masih berendam di bathtub. “Untungnya cuma mimpi,” gumamnya sambil melihat jam dinding yang ada di kamar mandi. Tak terasa kalau ia sudah berendam di dalam bathtub selama dua jam.

 

Ia segera keluar dari bathtub dan membersihkan diri, kemudian keluar dari kamar mandi dan berganti pakaian.

 

“Hatciiim ...!” Yuna menggosok hidungnya yang gatal. Sepertinya, ia terlalu lama berendam. Ia keluar dari kamar dan turun ke bawah.

 

“Bi, Yeriko belum pulang?” tanya Yuna.

 

“Belum,” jawab Bibi War.

 

Yuna menghela napas kecewa dan berbalik.

 

“Mbak Yuna mau makan?”

 

Yuna menggelengkan kepala dan melangkah kembali naik ke kamarnya. Ia terduduk lemas di lantai sambil bersandar di tempat tidur.

 

“Kenapa jam segini belum pulang juga. Kamu ke mana?” tanya Yuna dengan mata berkaca-kaca. Ia sangat takut kalau mimpinya barusan akan menjadi kenyataan. Bagaimana jika saat ini Yeriko benar-benar sedang bersama wanita lain?

 

Yuna terus melamun sambil terduduk di lantai. Ia terus menatap layar ponsel, berharap kalau Yeriko akan segera memberinya kabar.

 

Satu jam berlalu, tetap tidak ada kabar dari suaminya. Akhirnya, ia memilih untuk menelepon Yeriko, namun tak kunjung diangkat. Yuna semakin sedih, ia memeluk kakinya yang dingin dengan tatapan kosong.

 

Bibi War tidak tega melihat keadaan Yuna, ia terus menatap Yuna dari pintu kamar yang terbuka. Ia juga sangat khawatir dengan Yeriko karena sudah tengah malam dan belum juga kembali ke rumah. Hal ini jelas membuat Yuna semakin menderita.

 

Bibi War melangkah perlahan turun dari kamar. “Kalau masih muda, mungkin Bibi tidak terlalu khawatir. Kamu sudah menikah dan istrimu menunggu di rumah. Kenapa belum pulang juga?” tanya Bibi War sambil menatap pintu masuk rumah dari balik jendela. Ia merasa tidak tenang dan tidak bisa memejamkan mata melihat Yuna begitu menderita.

 

 

 

(( Bersambung ... ))


Makasih yang udah baca “Perfect Hero” yang bakal bikin kamu baper bertubi-tubi. Jangan malu buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya! Selamat menjalankan ibadah puasa!

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 


0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas