Wednesday, February 26, 2025

Perfect Hero Bab 175 : Rahasia yang Terkuak || a Romance Novel by Vella Nine

 


“Baik-baik di sini ya!” bisik Deny sambil membaringkan tubuh Refina ke atas kasur. Ia tersenyum sambil mengelus ujung kepala Refi. “Aku ambilin minum dulu buat kamu.”

 

Refi menganggukkan kepala.

 

Deny bergegas menuju meja tempat ia menyimpan beberapa makanan dan minuman. Ia menuangkan air mineral ke dalam gelas. Diam-diam, ia juga meneteskan Female Aphrodisiac Water ke dalam gelas air minum untuk Refi. Ia kembali menghampiri Refi yang berbaring di tempat tidur dan menyodorkan gelas tersebut ke arah Refi.

 

“Minum!” perintah Deny. Ia mengambil kamera DSLR yang ia letakkan di atas meja dan duduk di kursi, tepat di sebelah tempat tidurnya.

 

Refi meminum air yang diberikan oleh Deny perlahan. “Kamu tahu kan apa yang harus kamu kerjain besok?”

 

Deny mengangguk santai.

 

“Yeriko bukan orang yang mudah buat dihadapi. Aku nggak mau kamu ceroboh lagi!”

 

“Ceroboh gimana?”

 

“Yeriko udah tahu identitas kamu!” seru Refi. “Kamu bisa nggak ngerjain semuanya dengan rapi? Bisa-bisanya kamu ninggalin jejak!?” omel Refi. Ia langsung menenggak habis air minum yang ada di tangannya.

 

Deny langsung menatap tajam ke arah Refi. Ia menyunggingkan setengah senyum di bibirnya. “Aku udah banyak bantu kamu selama di Paris. Mau sampai kapan kamu anggap aku rendah banget?”

 

“Aku udah keluarin uang banyak buat kamu!”

 

“Sebanyak apa pun uang yang kamu kasih, nggak akan pernah bisa bikin aku puas.”

 

“Kamu mau meras aku terus?”

 

Deny tersenyum kecil. Ia meletakkan kembali kameranya ke atas meja. “Kenyataannya, kamu yang selalu butuh aku, kan?”

 

Refi merapatkan kedua bibirnya. Ia merasa seluruh tubuhnya menghangat. “Den, kamu masukin obat ke minuman aku!?” seru Refi.

 

Deny tersenyum kecil sambil menghampiri Refi. “Aku mau permainan kali ini lebih menggairahkan,” bisiknya sambil mengangkat dagu Refi.

 

“Kamu ...!?” Refi menatap kesal ke arah Deny.

 

“Kamu nggak usah pura-pura menderita. Bukannya waktu di Paris, kamu melakukannya dengan senang hati?” bisik Deny di telinga Refi.

 

Refi menarik napas dalam-dalam saat angin lembut berhembus di telinganya.

 

Deny tersenyum kecil, ia menarik tengkuk Refi dan menghisap kuat bibir gadis itu.

 

Tarikan napas Refi semakin cepat seiring dengan jemari tangan Deny yang melepas pakaiannya satu per satu. Ia terus mendesah saat Deny menekan tubuhnya dan mengusap lembut bagian-bagian sensitif yang dimilikinya.

 

Deny tersenyum kecil sambil menatap mata kamera yang ia pasang di sudut ruangan. “Udah saatnya aku yang ngendalikan kamu,” bisik Deny sambil menyunggingkan setengah senyumnya. Ia sangat menikmati waktunya bercinta dengan Refi.

 

Setelah bermain cukup lama, Deny akhirnya terlelap di sisi Refi. Refi berusaha turun dari tempat tidurnya. Ia merosot dan duduk di lantai, berjalan dengan tangannya menuju kamar mandi.

 

Refi meraih bibir bathtub dan berusaha keras memasukkan tubuhnya ke dalam bathtub. “Cowok brengsek!” maki Refi sambil membuka keran air. “Kenapa semuanya jadi kayak gini?” gumamnya dengan mata berkaca-kaca.

 

Semua bayangan masa lalunya dengan Yeriko berkelebat di pelupuk matanya. Dadanya semakin sakit, ia menangis sejadi-jadinya. Menyesali semua hal yang pernah ia lakukan di masa lalu. Membuang kebahagiaan yang seharusnya masih ia miliki hingga kini. Ia tidak tahu, bagaimana akan menghadapi hari esok.

 

 

 

Di sisi lain ...

 

Yuna mondar-mandir di dalam kamar sambil menggigit jarinya.

 

Yeriko menatap istrinya sambil membaca majalah bisnis yang ada di tangannya. “Kamu kenapa? Belum ngantuk?”

 

“Aku nggak bisa tidur,” jawab Yuna.

 

“Kenapa?”

 

“Besok mau bikin konferensi pers. Aku nggak tahu mau ngomong apa. Apalagi, aku nggak terbiasa di depan kamera.”

 

“Nggak usah ngomong apa-apa!”

 

“Eh!? Kalo wartawan ngajuin pertanyaan ke aku? Gimana jawabnya?”

 

“Kamu cukup senyum aja!” pinta Yeriko.

 

Yuna memonyongkan bibir sambil melipat kedua tangan di depan dada. “Terus, yang ngomong kamu sama Refi doang?”

 

Yeriko menutup majalah dan meletakkannya di atas meja. Ia melangkah perlahan menghampiri Yuna. “Emangnya kamu mau ngomong apa? Semua pertanyaan dari wartawan, aku yang jawab. Kamu nggak perlu mikir macem-macem. Oke?”

 

Yuna memonyongkan bibirnya lalu menjatuhkan tubuhnya ke sofa.

 

Yeriko memutar bola mata dan ikut duduk di samping Yuna. “Ada apa?”

 

“Aku boleh tanya sesuatu sama kamu?” tanya Yuna sambil menatap Yeriko.

 

“Apa?”

 

“Ada berapa banyak rahasia yang kamu sembunyikan dari aku?”

 

Yeriko mengernyitkan dahi.

 

“Dari awal kita nikah, aku bener-bener nggak tahu siapa kamu. Aku nggak tahu kalo kamu pengusaha kaya raya. Aku juga nggak tahu kalo kamu berasal dari keluarga militer. Aku juga gak tahu kalau ternyata kamu punya mantan pacar. Aku tahu itu semua bukan dari mulut kamu sendiri. Apa aku emang nggak berhak buat tahu masa lalu kamu? Sekarang, aku harus berhadapan sama masa lalu kamu di depan orang banyak. Aku cuma perempuan biasa yang nggak pernah dilihat sama orang lain. Sekarang, semua orang lihat aku. Aku nggak tahu harus gimana ngadepinnya?” cerocos Yuna.

 

Yeriko tertegun sejenak menatap Yuna. Ia sama sekali tidak menyangka kalau istrinya punya banyak kekhawatiran dalam hatinya.

 

“Maafin aku ...!” Yeriko langsung merengkuh kepala Yuna. “Jangan berpikir terlalu jauh!” bisiknya. “Aku tahu kamu wanita yang kuat. Aku cuma nggak mau membebani kamu dengan banyak hal. Kamu masih muda. Masih banyak waktu buat senang-senang.”

 

Yuna menengadahkan kepalanya menatap Yeriko. “Kalo dia nggak kembali, apa selamanya kamu bakal ngerahasiain hubungan masa lalu kamu sama dia?”

 

Yeriko menggelengkan kepala. “Aku pikir, membicarakannya di saat yang sudah tepat, jauh lebih baik. Aku nggak tahu kalo dia kembali dan bikin kacau hubungan kita,” jawab Yeriko sambil mengelus lembut pundak Yuna.

 

Yuna menatap wajah Yeriko. Entah berapa banyak rahasia yang disembunyikan oleh suaminya. Banyak pertanyaan dalam benaknya yang tak mampu ia ungkapkan. Terutama soal keberadaan ayah Yeriko yang tidak ia ketahui hingga kini.

 

“Nggak perlu khawatir. Aku selalu ada di belakangmu.” Yeriko mengeratkan pelukannya.

 

Yuna membenamkan wajahnya ke dada Yeriko. “Mungkin benar apa kata Yeri, masih ada banyak hal yang bakal aku hadapi ke depannya. Aku juga nggak yakin seberapa kuat aku nanggung semuanya. Asal bisa tetep kayak gini, aku akan berusaha bertahan,” bisik Yuna dalam hati.

 

“Ayo tidur!” ajak Yeriko. “Besok harus berhadapan dengan banyak media. Jangan sampai istriku punya mata panda karena nggak bisa tidur semalaman. Nggak boleh jelek di depan kamera. Oke?” Ia menangkup wajah Yuna dengan kedua telapak tangannya.

 

Yuna menganggukkan kepala.

 

Yeriko mengecup kening Yuna dan bangkit dari sofa sambil menarik lengan Yuna.

 

“Gendong!” pintanya manja.

 

Yeriko tertawa kecil. “Manja banget!” celetuknya sambil mengangkat tubuh Yuna ke tempat tidur.

 

(( Bersambung ... ))

 

Makasih udah dukung cerita ini terus.

 Jangan lupa kasih Star Vote juga biar aku makin semangat nulis dan bikin ceritanya lebih seru lagi. Makasih buat yang udah kirimin hadiah juga. Jangan sungkan buat sapa aku di kolom komentar ya! Kasih kripik ... eh, kritik dan saran juga ya!

 

 

Much Love

@vellanine.tjahjadi

 

0 komentar:

Post a Comment

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas