Wednesday, May 13, 2020

Kenapa Jatuh Cinta Sama Novelme?



www.rinmuna.com

Kak Rin, kenapa milih nulis di Novelme?

Aku seringkali mendapat pertanyaan yang satu ini. Kenapa ya?

Eh, kenapa ya nanyanya kenapa? Hahahah ...  udahlah, nggak usah hirauin pertanyaanku yang rada sakau itu.

Mending, fokus aja ke jawabannya. Aku tulis ini Cuma ingin berbagi pengalamanku sama temen-temen semuanya.



Aku ... awalnya bukanlah seorang penulis murni. Penulis murni adalah orang yang full time menulis seperti seorang seniman murni.

Aku bekerja di salah satu perusahaan swasta sebagai admin pembukuan. Menulis, hanya menjadi bagian dari hobby dan sama sekali nggak terpikirkan bakal dapet duit dari nulis. Yang aku pikirin saat itu adalah ... bagaimana aku bisa mewariskan sesuatu untuk anakku. Sesuatu yang bisa dia kenang dan tidak akan hilang begitu saja sampai ratusan tahun ke depan. Awalnya, Cuma iseng-iseng aja belajar nulis. Eh, lama-lama jadi candu.



1.       Berawal dari Status di Facebook



Kalau ditanya, kapan mulai nulis, aku sendiri nggak pernah tahu. Yang jelas, aku adalah salah satu orang yang suka berceloteh di facebook dan twitter pada masa itu.

Saat itu, aku memang suka membaca novel dan salah satu penulis favorite aku adalah Tere Liye. Ada hal yang menggelitik dan menyentuh hatiku sehingga aku memutuskan untuk belajar menulis dengan sungguh-sungguh.

Dalam salah satu acara jumpa fans, Tere Liye pernah berkata kalau status di Facebook kita bisa menjadi sebuah novel kalau dikumpulin. Bener banget kan?

Bayangin aja kalau setiap mau melakukan sesuatu kita selalu update status facebook. Bangun tidur, mau mandi, mau makan, mau berak sampai mau tidur lagi, kita selalu aja bikin status.

Anggap aja, kita menulis minimal 100 kata dalam sehari. Maka, kita sudah menulis 1000 kata dalam sepuluh hari, 3000 kata dalam sebulan, 30.000 kata dalam 10 bulan dan 60.000 ribu kata dalam kurun waktu 20 bulan. Artinya, kita bisa menghasilkan 1 novel hanya dalam waktu 2 tahun, Cuma ngumpulin status facebook doang. Produktif banget kan?

Itulah salah satu pemantik semangatku dan membuatku belajar menulis novel.


2.       Ikut Lomba Menulis Sejak SD


Kalau ditanya, kapan mulai suka nulis? Aku pasti bakal jawab sejak kelas tiga SD. Tapi, saat itu aku sama sekali nggak pernah serius atau pun bercita-cita menjadi seorang penulis. Tapi, aku sangat menyukai pelajaran Bahasa Indonesia dan menjadi juara 1 lomba Sinopsis se-Kecamatan Samboja. Dulu, menang lomba mah seneng baanget. Sayangnya, piagam aku nggak disimpan dengan baik dan entah ke mana. Jadi, aku bener-bener nggak punya kenangan masa kecil. Orang tuaku bukanlah tipe orang tua yang suka membanggakan prestasi anaknya dan tidak pernah menyimpan piagam-piagamku dengan baik. Berbeda dengan aķu yang sendirinya gila prestasi dan senang berkompetisi.

Saat itu, aku masih terlalu kecil dan tidak menyadari bakat menulisku memang sudah ada. Aku juga suka menulis diary, mencurahkan isi hati dalam bentuk syair atau puisi. Nggak kayak zaman sekarang yang kalau punya masalah, ngedumel lewat sosmed. Yah, termasuk aku juga karena ngikutin trend. Wkwkwk ...



3.       Pernah Bercita-Cita Menjadi Novelis



Kalau ditanya soal cita-cita, waktu SD aku bercita-cita jadi guru atai dokter. Kenapa? Karena saat itu, guru Cuma memperkenalkan beberapa profesi yang umum. Padahal, ada banyak profesi di dunia ini. Tapi, di sekolah kita dikenalkan oleh profesi yang itu-itu aja. Dokter, Guru, Tentara, Polisi, Presiden. Yah, itu-itu lagi. Sama sekali nggak tahu tentang profesi lain. So, wajar kalau waktu SD, aku punya cita-cita jadi guru.

Setelah beranjak remaja, aku tetep aja suka nulis. Nulis buku diary. Bahkan, aku seringkali nge-remake novel yang udah aku baca dan aku tulis ulang pakai tangan. Maklum, saat itu belum punya komputer atau mesin ketik. Jadi, ya nulis tangan aja. Hasil tulisan tanganku itu sering banget dipinjam sama temen buat dibaca-baca dan akhirnya menghilang entah ke mana. Selalu saja begitu sampai beberapa kali.

Saat aku duduk di bangku SMA, aku bercita-cita menjadi seorang novelis. Kenapa? Yah, nggak tahu juga. Mungkin karena aku suka nulis. Mungkin juga karena novelis itu kerjaannya santai. Cuma menghayal doang bisa dapet duit. Selain itu, aku bisa mengubah kehidupan seseorang di dalam sebuah novel.



4.       Sempat Hopeless



Waktu akhirnya aku kerja di salah satu perusahaan, aku bener-bener hopeless. Saat itu, aku mengubur dalam-dalam keinginanku untuk menjadi seorang novelis. Apalagi, saat aku mengetahui kalau masuk dalam dunia kepenulisan itu tidaklah mudah. Nggak ada orang yang mau baca tulisanku. Nyoba buat nulis lagi, tapi setelahnya langsung nge-down lagi karena karyaku bener-bener buruk. Jangankan mau baca, lihatnya aja orang sudah malas.

Selain itu, juga harus bersaing dengan penulis-penulis senior. Aku yang nggak punya ilmu sama sekali, sering banget dihina karna karyaku emang jelek banget. Bahkan sampai sekarang, aku masih ingat sama penulis yang udah meremehkan dan menghina tulisanku. Aku bersyukur, dari dia ... akh akhirnya punya semangat untuk membuktikan kalau aku bisa berkarya lebih baik dari dia.



5.       Serius Belajar Nulis Sejak Tahun 2016



Mungkin, semua orang mengira kalau aku emang udah demen nulis dari kecil. Demennya emang bener sih. Tapi ... aki justru serius belajar nulis sejak tahun 2016. Saat aku sudah punya satu orang anak. Sebelumnya, aku Cuma gabung-gabung di komunitas penulis dan Cuma jadi pembaca doang.

Saat itu, aku coba buat ngirim naskah puisi aku ke FAM Indonesia. Salah satu penerbit buku Indie. Alhamdulillah, naskahku terpilih untuk dibukukan. Aku wajib membeli satu eksemplar buku terbit. Bagiku nggak masalah, yang penting ... aku bisa mewariskan buku-buku itu untuk anak cucuku kelak.



6.       Menjelajah Semua Platform Online



Karena masih belajar nulis, banyak hal yang harus aku pelajari. Aku emang pengen banget jadi novelis. Ceritanya sih, nulis novel di platform sana-sini. Tapi, nggak ada yang cocok. Pembacanya minim banget dan kalah sama penulis senior yang udah lama di platform tersebut. Aku sampai beberapa kali memindahkan novelku. Yah, karena nggak ada perjanjian yang mengikat karyaku di platform-platform itu. Akhirnya, aku pindah-pindahin gitu aja sesukaku. Hampir semua sudah aku coba dan nggak ada satu pun platform yang cocok dan bikin aku nyaman.

Sampai akhirnya, aku nemuin Novelme di akun instagram dan langsung deh aku coba-coba buat gabung di platform tersebut.



7.       Alluna Wedding Party, Novel Pertama yang Kelar Aku Tulis di Novelme


Saat itu, aku nggak tahu apa bedanya novel dan webnovel. Aku pikir, di Novelme itu semuanya adalah novel  yang standar. Setidaknya terdiri dari 100rb kata. Ternyata ... di sana bisa menulis ratusan bab dan ratusan ribu kata. Aku juga mengetahuinya dari komunitas novelme. Alhasil, novelku selanjutnya aku tulis sebanyak 262 bab dan mengandung 421.537 kata. Ini merupakan pencapaian yang baik buat aku.



8.       Jatuh Cinta Sama Novelme



Awal menulis, aku cuma menyalurkan hobby aku aja. Nggak pernah terpikir kalau akan mendapatkan uang beneran dari menulis sebuah novel. Aku bener-bener jatuh cinta sama platform yang satu ini karena telah menghargai jerih payah penulis. Selain itu juga sangat menjaga hak cipta penulisnya. Beberapa kasus plagiarisme memang sempat masuk ke Novelme dan diselesaikan dengan cepat oleh pihak Novelme.

Semenjak bergabung dengan Novelme, aku sampai kepikiran menjadi seorang penulis full time. Why? Karena, hasil dari menulis novel bisa buat jajan dan hasilnya juga lumayan. Dari hasil menulis, aku sudah bisa beli 1 unit sepeda motor dan sisanya aku simpan.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, pekerjaan yang paling cocok memang menulis. Kenapa? Karena menjadi seorang penulis nggak harus keluar rumah dan berinteraksi dengan orang banyak. Selain bisa tetap mengurus rumah dan anak, juga menghasilkan uang tanpa mengabaikan anak-anak.

Novelku yang rilis selanjutnya, mendapat sambutan baik dari pembaca. “Perfect Hero” yang aku rilis sejak 20 April 2020, kini sudah dibaca sebanyak 184.4 Ribu kali sampai 12 Mei 2020. Belum genap sebulan, sudah bisa masuk ke Ranking 18 Kategori Novel Terpopuler. Juga mendapat sambutan baik dari para pembaca Novelme. Rasanya, seneng banget dan bikin aku makin jatuh cinta sama Novelme.



Kamu juga bisa jadi penulis di Novelme dan dapet uang jajan kayak aku. Caranya gampang banget. Tinggal Download Aplikasi Novelme dan Daftar Jadi Penulis lewat website : tulis.novelme.com


Selamat Mencoba!

Semua bisa jadi penulis dan menghasilkan uang loh....

Salam Literasi,







7 comments:

  1. Wahh aku pengen daftar ke Novelme tapi masih SMA kak, sulit bagi waktu sama pelajaran. Udah gitu orang tuaku marah kalau aku terus menerus nulis di hp sama laptop. Jadi aku tulis di Wattpad dulu,cuma nyalurin hobi kedepannya sih pengen jadi penulis. Hehe, terima kasih artikel nya kak. Inspiring bgt��

    ReplyDelete
    Replies
    1. This comment has been removed by a blog administrator.

      Delete
  2. Wah menarim jugaaa kak. tapi apa di novelme itu ada minimum kata perbabnya?
    kemarin ak br tau novelme karena lagi ngadain kompetisi nulis, tp msh mau otw bikin naskah:")

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya say,,, minimum 1000 kata per bab ya... mau ikutan kompetisi ya? Jiayou!! Semangat ya! kalau ada kesulitan, bisa chat Kak Rin, nanti Kak Rin bantu sebisanya... WA udah Kak Rin cantumin di tulisan ya. hehehehe

      Delete
  3. Kak mau nanya dong letak menu subscribe do novelme itu dimana yah?
    Aku masih baru2 nih..
    Apa klo kita buka karya author otomatis tersubscribe apa gmana?

    Mohon pencerahannya🙏🏻

    ReplyDelete
  4. Kak, mau tanya dong gimana cara upload naskah di novel me? Pake hp bisa gak ya?

    ReplyDelete

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas