Samboja, 06 April 2025.
Bukan hal baru lagi jika Rulika Dancer kerap dipanggil dadakan untuk mengisi acara. Terkadang, kami tidak bisa memenuhi karena berbenturan dengan jadwal kegiatan member kami. Jika semua bisa ikut berpartisipasi, itu adalah keberuntungan yang luar biasa.
Tak berbeda dengan tahun sebelumnya, tahun ini aku kembali dihubungi oleh tim panitia Pesta Laut Samboja untuk mengisi acara. Aku pikir, aku bakal mengisi acara Fashion Show kembali. Ternyata, tahun ini panitia meminta kami untuk menampilkan tari-tarian.
Aku langsung mengirim pesan ke dalam grup WA Rulika Dancer untuk mengonfirmasi apakah ada member yang bisa dan bersedia ikut berpartisipasi dalam memeriahkan Pesta Laut Pesisir Nusantara 2025?
Faiz, Ririn, dan Rika langsung merespon. Alhamdulillah, mereka bersedia untuk mengisi tari-tarian di acara tersebut.
Namun, drama baru dimulai ketika tarian yang dipilih oleh Faiz tidak bisa disanggupi oleh member lain. Mereka mengatakan jika gerakannya terlalu sulit dan waktu latihan sangat mepet.
Awalnya aku berpikir untuk mengundurkan diri dari acara tersebut karena ketidaksiapan para anggota tari. Namun, mereka dengan cepat mendapatkan solusi dengan mengganti tarian lain yang lebih mudah dan sudah pernah mereka tarikan sebelumnya.
Alhasil, mereka menggunakan tarian yang sudah mereka kuasai agar tampil maksimal di atas panggung.
Tidak sampai di situ, masalah baru muncul lagi karena hanya ada 3 orang anggota yang bisa ikut mengisi acara.
"Kayak apa, Mbak? Kami cuma bertiga?" tanya Faiz.
"Kalian gimana? Kalau kalian oke bertiga, Mbak Rina oke aja," sahutku. Lagi-lagi, semua keputusan aku kembalikan kepada anggota.
Tak lama kemudian, Faiz memberi kabar kalau ada anggota baru yang ingin bergabung, yakni Fito.
Seharusnya mereka berlima. Aku memasukkan anakku agar ikut latihan. Tapi, karena waktu sangat mepet. Aku tidak bisa memaksakan Alifia untuk ikut naik ke atas panggung, meski namanya sudah terdaftar di panitia.
Alhamdulillah... Mereka berempat siap untuk tamil di acara. Faiz, Ririn, Rika, dan Fito. Aku merasa sangat senang karena mereka masih mau menjadi bagian dari Rulika.
"Mbak, kostum kita gimana?"
Menari tidak sekedar bergerak. Tapi juga harus ditunjang dengan kostum yang mumpuni. Beruntungnya, aku punya rumah jahit sendiri dan biasa menjahit kostum tari dan kostum tradisional.
"Sebentar, coba Mbak pikirkan," ucapku kala itu.
Aku segera memperhatikan lemari kainku. Deretan kain-kain baru terlipat di sana. Tapi, stoknya tidak banyak. Mataku langsung tertuju pada kain batik berwarna hitam. Rencananya ingin kubuat rok untuk kebaya. Tapi, bisa kupakai terlebih dahulu. Toh, rok kebaya yang ingin kubuat bukanlah pesanan orang alias untuk koleksi sendiri saja.
Aku juga punya stok kain satin silky warna biru tua. Sepertinya cocok untuk dipadukan.
Sisa waktu 3 hari, aku gunakan untuk menjahit dua rok yang akan digunakan untuk menari, lengkap dengan aksesoris dan hiasannya.
Alhamdulillah...
Meski semuanya dadakan dan menggunakan bahan apa adanya. Anak-anak bisa tampil dengan maksimal.
Aku harap, ke depannya bisa lebih baik dan bisa menyiapkan kostum yang baik juga untuk mereka. Supaya penampilan mereka benar-benar menjadi pertunjukkan yang mengagumkan. Tentunya, semua ini tidak lepas dari peran aktif mereka dalam kegiatan menari yang sudah ada di Rulika sejak tahun 2019 lalu.
Perjalanan yang sangat panjang bagiku. Kelompok tari di Rulika juga silih berganti. Ketika anak-anak sudah lulus SMA, mereka akan keluar dari kampung untuk bekerja atau kuliah. Sehingga tantangan terbesar bagiku sebagai pendiri dan pengelola taman baca adalah melakukan regenerasi.
Semoga Allah selalu mudahkan...


.jpeg)
0 komentar:
Post a Comment