Entah apa yang terjadi pada Nella sejak seminggu
belakangan ini. Ia merasa ada sesuatu yang aneh pada dirinya. Rico yang ia
kagumi sejak SMP kini seperti didekatkan oleh Tuhan. Banyak moment yang secara tidak sengaja membuat
mereka begitu dekat. Seperti saat ini, Nella berada di dalam Bus dan duduk
berdekatan dengan Rico.
“Ya Tuhan...
apa aku sedang bermimpi?” batin Nella dalam hati. Detak jantung Nella
tak menentu saat duduk di samping Rico. Ia merasa darah dalam tubuhnya mengalir
10 kali lebih cepat dari biasanya saat tubuh Rico menyentuh tubuhnya tanpa sengaja.
“Hei, kamu mau ke mana?” tanya Rico membuyarkan
lamunan Nella.
“Eh... Oh... ya? Kamu tanya sama aku?” tanya Nella
ketika tersadar.
“Ia lah. Kamu dari tadi ditanyain ngelamun terus. Ntar
kesambet Lho!” celetuk Rico.
Nella masih terdiam dan tak mampu berkata apa-apa
lagi. Ia maerasa seperti sedang bermimpi, cowok yang ia kagumi selama
bertahun-tahun kini ada disampingnya dan mengajaknya bicara.
“Oii... Ngelamun mulu!” celetuk Rico sambil menyikut
Nella.
“Eh... oh... sorry ...!” jawab Nella salting.
“Kamu dari tadi diem mulu? Ngomong kek! Aku bete nih
nggak ada temen ngobrol, masih lama pula di Bus.” Tutur Rico sambil
menyandarkan tubuhnya di kursi Bus.
“Emangnya kamu mau ke mana?” tanya Nella.
“Ya ampuuun... aku dari tadi tanya kamu, nggak
dijawab, malah tanya balik.” Sahut Rico.
“Oh... maaf, aku mau ke Balikpapan.” Jawab Nella.
“Kok sama? Kamu mau ngapain ke sana? Jalan-jalan,
belanja, atau ke rumah keluarga?” tanya Rico ingin tahu.
“Mau Pulang, lagi libur kuliah.” Jawab Nella.
“Oh ya? Kok Sama ya? Emang kamu kuliah di mana?” tanya
Rico.
“Unmul.” Jawab Nella singkat. Nella nggak nyangka
kalau ternyata Rico ini bawel banget.
“Lho? Kok sama? Tapi aku kok nggak pernah liat kamu
sih?” tanya Rico.
Nella hanya tersenyum. “Jelas aja kamu nggak pernah
liat aku, kamu kan cuma liat cewek-cewek yang cantik-cantik doank di kampus.”
Batin Nella dalam hati.
“Aneh banget, kita ini satu kampus, sama-sama tinggal
di Balikpapan, tapi nggak pernah ketemu.” Tutur Rico keheranan.
“Bukan nggak pernah ketemu, kamu aja yang terlalu
sibuk sama fans-fans kamu yang cantik-cantik itu. Kamu kan sering pakai
kendaraan pribadi, jelas aja kita nggak pernah ketemu kalau pulang.” Jawab
Nella.
“Iya juga ya? Kamu kalau pulang naik bus terus?” tanya
Rico.
Nella tersenyum sambil mengangkat kedua alisnya
sebagai tanda mengiyakan.
Dan mereka pun terlibat dalam sebuah obrolan hingga
mereka sampai di tujuan. Banyak hal yang mereka bicarakan dan itu membuat Nella
tidak percaya dengan apa yang terjadi hari itu. Kejadian itu membuat Nella
tidak bisa tidur semalaman.
“Ya ampun Nella, kamu kenapa sih sampai kayak gini
banget? Paling Rico udah lupa sama kejadian hari ini.” Celetuk Nella sambil
memandang langit-langit kamarnya.
***
Di saat yang sama, Rico juga mulai memikirkan Nella.
Gadis yang sangat manis, cantik dan baik. Dia merasa heran dengan dirinya
sendiri. Selama bertahun-tahun mereka ada di sekolah yang sama tapi ia tidak
pernah mengenal Nella sampai mereka hampir lulus S1.
“Rasanya aku kenal semua cewek di kampusku, tapi
kenapa aku nggak kenal dia, sih? Si Adit nih nggak kasih aku info kalau ada cewek cantik banget
di kelasnya. Tapi, Adit kan selalu cerita kalau ada cewek-cewek baru di sekolah
yang cantik-cantik. Hmmm.... mending aku telepon Adit deh buat mastiin dia
beneran sekelas pa nggak.” gumam Rico sambil mengambil handphonenya.
“Ada Apa, Ric? Tumben telepon aku?” tanya Adit dari ujung telepon.
“Ahh... kamu nih Dit, resek banget sih kamu nih!” ucap
Rico dengan nada tinggi.
“Lho? Ada apa Ric? Resek kenapa?” tanya Adit
keheranan.
“Di kelasmu ada cewek cantik banget nggak kamu kenalin
ke aku ya!” celetuk Rico.
“Siapa Ric? Udah aku kenalin semua kok.” Jawab Adit
santai.
“Udah apanya? Itu si Nella nggak pernah kamu kenalin
ke aku!” sahut Rico jengkel.
“Astaga Rico....!” teriak Adit dari ujung telepon.
“Sialan kamu. Nggak usah teriak gitu juga kali! Lupa
ya kamu kenalin sama aku?” tanya Rico ketus.
“Bukan lupa Ric, tapi dia itu kan teman kamu dari SMP,
SMA sampai mau lulus kuliah. Masa nggak kenal sih? Lucu banget kamu!” jawab
Adit sambil cekikikan.
“Serius aku nggak kenal,” sahut Rico.
“Kamu sih terlalu sibuk ngeladenin cewek-cewek yang
pada kecentilan itu.” Tutur Adit sambil tertawa.
“Eh, bukan aku yang sibuk. Mereka tuh yang bikin aku
jadi sibuk.” Celetuk Rico.
“Ah, sama aja kali. Lagian Nella itu beda sama
cewek-cewek lain yang kamu kenal. Dia itu baik, pintar, nggak sombong dan apa
adanya. Aku nggak tega liat dia deket sama kamu kalau cuma buat kamu mainin.”
Sahut Adit.
“Sialan kamu Dit! Kapan aku pernah mainin cewek?
Mereka aja yang pada keganjenan sama aku.” Tutur Rico.
“Udah lah Dit, kamu kan udah punya banyak koleksi
cewek-cewek cantik. Nella buat aku aja lah.” Kata Adit dengan nada santai.
“Ah... nggak... nggak! Ambil aja semua cewek yang deketin
aku! Nella buat aku!” kata Rico bersikeras.
“Dasar Luu...! tapi jangan di mainin ya! Kalau sampai
bikin dia sedih, urusannya sama aku!” ancam Adit.
“Ia, pokoknya kamu BBM aku alamat Nella yang di sini
ya! Gak Pake Lama!” pinta Rico sambil menutup teleponnya.
***
5 bulan kemudian....
Pagi-pagi sekali Nella sudah bangun dari tidurnya dan
bergegas keluar dengan motor matic kesayangannya.
“Mau ke mana pagi-pagi gini Nel?” tanya Mamanya saat
Nella menstarter motor.
“Mau cari angin pagi sebentar Ma, sekalian cari objek
yang seger-seger gitu.” Jawab Nella
sambil menggendong Tas kamera SLR
miliknya.
“Nggak mau tunggu sarapan dulu?” tanya Mama.
“Ah, nggak Ma, kalau udah siang ntar udah banyak
kendaraan, banyak polusi. Aku kan mau cari yang masih seger. Ntar aja aku
sarapan kalau udah pulang. Jam sepuluh aku udah pulang kok Ma.” Jawab Nella
sambil bergegas pergi. Nella mencari objek yang masih berembun di pagi hari. Ia
sangat senang dengan udara pagi hari yang masih sangat segar masuk ke dalam
tubuhnya.
“Andai aja setiap saat udaranya bisa kayak gini terus
ya? Siang dikit aja udah penuh asap dan debu.” gumam Nella sambil menikmati
keindahan pagi di atas batu karang tepi laut.
Tak terasa arloji di tangan kiri Nella sudah
menunjukkan pukul 10.00 WITA. “Cepet banget sih, padahal kan masih pengen
jalan-jalan. Pulang dulu deh, ntar mama khawatir pula.” Ucap Nella sambil
melajukan motornya menuju ke arah rumahnya.
Nella dibuat Shock ketika sampai di depan rumahnya.
Ada sosok Rico yang sedang duduk di kursi terasnya.
“Rico!? kamu kok bisa di sini?” tanya Nella kaget.
Rico hanya tersenyum melihat reaksi Nella yang
terlihat terkejut dengan kehadirannya yang tiba-tiba.
“Udah lama di sini?” tanya Nella.
“Nggak, baru aja kok.” Jawab Rico.
“Masuk yuk! Nggak enak kalau di luar gini.” Ajak Nella
sambil membukakan pintu rumahnya.
“Aku mandi dulu
ya?” pamit Nella pada Rico. “Ma, kalau nggak sibuk tolong temanin ngobrol teman
Nella ya!” pinta Nella pada Mamanya.
Mamanya hanya mengangguk sambil tersenyum.
Tidak berapa lama Nella keluar kamarnya dengan kaos
pink dan celana pendek warna hitam, rambutnya yang panjang masih sedikit basah
dan terurai indah.
“Kenapa liatin aku kayak gitu?” tanya Nella yang
meyadari tatapan Rico yang tak berkedip melihatnya.
“Eh, oh, nggak papa. Kamu cantik banget.” Celetuk
Rico.
“Gombal aja terus kamu itu. Berapa ribu cewek yang
udah kamu bilang begitu?” tanya Nella.
“Ah, kamu ini Nel, mana pernah aku bilang begitu sama
cewek.” Jawab Rico.
“Terus pacar-pacar kamu selama ini, nggak pernah kamu
puji?” tanya Nella.
“Nggak tuh, mereka itu cantiknya nggak alami kayak
kamu. Kalau nggak dandan jelek semua.” Jawab Rico sekenanya.
“Hush... nggak boleh ngomong gitu. Biar gimanapun kamu
kan pernah sayang sama mereka.” Tutur Nella.
“Aku nggak pernah sayang sama cewek-cewek itu Nel,
semuanya sama, bikin aku risih. Udah centil, nggak ada berentinya ngejar-ngejar
aku.” Sahut Rico.
“Kayak anak kecil aja main kejar-kejaran.” Celetuk
Nella.
Rico tertawa mendengar celetukkan Nella.
“Udah dulu becandanya, pada sarapan dulu gih!” pinta
Mama Nella.
“Oh, nggak usah tante! Saya sudah sarapan tadi.” Jawab
Riko.
“Itu kan tadi, sekarang kan belum. Temanin aku sarapan
bentar aja, aku laper banget nih belum sarapan.” Bujuk Nella agar Rico mau
menemaninya sarapan.
“Hmm... Oke deh.” Jawab Rico.
“Ya udah kalian makan dulu! Mama mau istirahat dulu di
kamar.” Tutur Mama Nella sambil beranjak menaiki tangga menuju kamarnya.
“Aku temanin kamu makan, tapi abis itu kamu temanin
aku jalan ya!” pinta Rico sambil berjalan menuju ruang makan.
“Ia, makan dulu lah. Emangnya mau jalan kemana sih?”
tanya Nella.
“Ntar juga kamu tau.” Jawab Rico.
“Ya udah makan dulu gih!” pinta Nella sambil menyendok
makanan ke piring Rico.
Rico hanya memperhatikan gerak-gerik Nella. “Udah
kayak bini aja ni anak. Seumur-umur dekat ma cewek nggak pernah makan kayak
gini. Biasanya makan di cafe atau restoran yang tinggal makan doank.” Batin
Rico dalam hati.
“Kok ngelamun? Makan donk!” pinta Nella membuyarkan
lamunan Rico.
Rico segera menyantap makanan yang telah disiapkan
oleh Nella.
“Abisin ya!” pinta Nella.
Mata Rico membelalak ketika baru meyadari piringnya
penuh dengan nasi, ikan, ayam dan sayuran. “Serius Nel? Ini banyak banget.
Perutku nggak sanggup makan sebanyak ini.”
“Tadi aku tanyain kamu diam aja. Coba dulu deh abisin!”
pinta Nella.
“Ah, kamu mau nyiksa aku ya Nel? Aku baru aja makan
tau!” celetuk Rico.
Nella hanya tersenyum mendengar celetukkan Rico.
“Ya dicoba dulu deh! Kalau nggak abis berarti aku
nggak bisa temanin kamu jalan.” Tutur Nella.
“Huft... ngancam nih ceritanya. Ia deh aku abisin!”
Nella tersenyum dan dengan susah payah Rico
menghabiskan nasi segunung yang diberikan Nella.
“Akhirnya habis juga.” Rico menghela nafasnya dan
terduduk tak berdaya karena kekenyangan.
Nella tersenyum keki melihat ekspresi wajah Rico yang
sedang menahan perutnya yang sesak. “Sampai segitunya ya kamu kalau mau ngajak
jalan cewek. Pantes aja semua cewek pada klepek-klepek.” Celetuk Nella
perlahan.
“Ah, kamu nih, aku nggak pernah ngajak jalan cewek.
Mereka yang ngajakin aku jalan. Jalan sekarang yok!” pinta Rico.
“Sekarang?” tanya Nella meyakinkan.
“Ia, sekalian aku keluarin keringat biar kenyangnya
ilang.” Jawab Rico.
“Mau jalan kaki?” tanya Nella.
“Nggak lah. Mobilku mau ku kemanain?” sahut Rico. “Ayo
nah!” ajaknya mulai merengek.
“Manja banget sih kamu kayak anak kecil aja.” Tutur
Nella sambil beranjak dari ruang makan.
“Kita mau ke mana sih?” tanya Nella ketika mereka
sudah berada di dalam mobil.
“Ke mana ya enaknya?” tanya Rico sambil melajukan
mobilnya.
“What? Kamu mau ngajak pergi tanpa tujuan?” sentak
Nella.
“Ada lah tujuannya. Cuma aku bingung kamu suka yang
mana. Kamu sendiri sukanya ke mana? Ke Mall, ke Cafe, ke Bioskop, ke kolam
renang, ke GOR, ke...” ucapan Rico terhenti.
“Ke rumah aku!” sela Nella.
“Kok ke rumah kamu lagi sih? Kita ke...”, tiba-tiba
ucapan Rico terhenti kembali saat mendengar suara terompet di bawah tempat
duduknya. Lebih tepatnya bukan terompet, tapi suara kentut yang mirip dengan
suara terompet Tahun Baru.
Nella menahan tawa melihat wajah Rico yang tiba-tiba
berubah memerah.
“Aduh... malu-maluin banget sih aku ini. Nella pasti
ilfil banget sama aku.” Batin Rico tak karuan.
“Kamu sakit perut ya?” tanya Nella.
Rico hanya terdiam tanpa kata.
“Kita cari toilet terdekat aja deh. Aku nggak tega
lihat muka kamu udah pucat kayak gitu. Kalau udah kebelet nggak usah di tahan.
Kalau beol di celana kan nggak lucu Ric.” Tutur Nella.
“Di mana Nell? Aku udah nggak bisa mikir lagi nih.
Udah lemes banget aku.” Tutur Rico Lirih.
“Astaga... ma’af ya aku bikin kamu kayak gini. Kamu
tepikan mobil kamu deh, biar aku yang bawa! Bahaya kalau kamu maksa bawa
mobil.” Tutur Nella.
“Oke.” Rico segera menepikan mobilnya dan bergantian
tempat duduk dengan Nella.
Nella segera melajukan mobil Rico ke sebuah pusat
perbelanjaan terdekat. Nella memasukan mobilnya ke tempat parkir gedung
tersebut dan mengajak Rico masuk ke toilet.
“Masih kuat nahan bentar aja kan?” tanya Nella sambil
bergegas menuju ke toilet.
Rico mengangguk dan mengikuti langkah Nella.
“Aku tunggu di sini ya?” tutur Nella setelah sampai di
depan toilet.
Rico mengangguk dan segera masuk ke toilet. Beberapa
menit kemudian Rico keluar dari toilet.
“Udah lega?” tanya Nella.
“Udah. Thank’s ya!”
Akhirnya Nella mengajak Rico ke tepi pantai yang penuh
dengan batu karang.
“Ma’af ya aku bikin kamu jadi kayak gini. Seharusnya
tadi nggak usah kamu paksain makan kalau emang nggak kuat makan.”
“Aku harus maksain diri aku sendiri supaya aku bisa
jalan bareng sama cewek yang udah bikin aku jatuh cinta untuk pertama kalinya.”
Jawab Rico.
“Aku nggak percaya. Cinta kamu kan udah banyak di
mana-mana.” Sahut Nella.
“Ya ampun... Demi Tuhan... Demi Allah... Aku nggak
pernah ngomong cinta sama cewek manapun. Mereka semua nggak ada yang istimewa
buat aku. Cuma kamu yang terlihat istimewa. Kamu itu beda!” tutur Rico.
Nella tersenyum kecil. “Makasih kalau kamu udah anggap
aku istimewa.”
“Nell, ijinkan aku untuk pertama kalinya bilang cinta
sama wanita, dan aku mau wanita itu kamu!”
“Ma’af Rico, aku nggak cinta sama kamu.” Jawab Nella.
“Bohong! Aku udah tau semuanya Nell, Adit udah cerita
banyak sama aku, aku juga udah tau semuanya dari Maya, sahabat kamu dari kecil.
Dan aku juga udah tahu semua foto-foto dan tulisan-tulisan yang kamu tulis di
dinding kamar kamu.” Tutur Rico.
“Kamu masuk kamar aku? Gimana caranya?” tanya Nella
kaget.
“Tuhan tahu cara menyatukan cinta sejati. Selalu ada
jalan untuk itu Nell. Dan aku mohon kamu nggak nolak aku!”
“Aku nggak punya alasan buat terima kamu Ric, aku tahu
siapa kamu.Kamu nggak pernah serius berhubungan sama cewek. Aku cuma nggak mau
jadi bagian dari permainan hidup kamu.” Ucap Nella pelan.
“Aku tahu kamu akan ngomong seperti ini Nell. Satu hal
yang perlu kamu tahu kalau aku serius,” ucap Rico sambil merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan sebuah
kotak kecil berbentuk hati dan berwarna keemasan. “Kamu mau nggak jadi
pendamping hidupku? Jadi ibu dari anak-anakku nanti?” tanya Rico sambil membuka
kotak yang berisi cincin.
Nella terkejut dan meneteskan air mata karena terharu.
“Kamu beneran serius?” tanya Nella yang masih tidak percaya.
“Mau kan?” tanya Rico sambil meraih jemari tangan
Nella dan menyematkan cincin di jari manis Nella. Rico memeluk erat tubuh Nella
“Aku serius cinta kamu.” Bisik Rico di telinga Nella. Sementara Nella terdiam
dalam tangis kebahagiaan tanpa bisa berkata apapun.
Baca terus cerita-cerita yang lainnya ya!
Much Love,
@rin.muna