Labels
Sunday, October 18, 2020
Tuesday, October 6, 2020
Terus Terendam Banjir, Warga Desa Beringin Agung Gotong Royong Membersihkan Parit
Minggu, 04 September 2020
Warga Desa Beringin Agung bergotong royong serempak membersihkan selokan-selokan dan parit dari RT.01 hingga RT.11. Pasalnya, hujan deras yang mengguyur desa seminggu sebelumnya menyisakan kegelisahan bagi warga desa.
Rumah-rumah warga yang berada di daerah rendahan, terendam banjir walau intensitas hujan deras sama seperti hujan-hujan sebelumnya. Beberapa titik memang menjadi langganan banjir di desa ini saat intensitas hujan yang turun sangat deras. Namun, banjir kali ini mulai membuat warga gelisah karena lebih parah dari biasanya dan begitu cepat merendam rumah-rumah warga.
Kepala Desa, Ketua BPD, Ketua LPM, Karang Taruna dan semua warga terus meninjau banjir di beberapa titik untuk mengetahui penyebab banjir kali ini. Dari peninjauan yang dilakukan, memang Desa Beringin Agung tidak memiliki sistem drainase yang baik. Banyak parit yang sudah dangkal bahkan sudah tidak seperti parit lagi. Sehingga, kondisi parit yang ada tidak mampu menampung curah hujan yang berlebih. Akibatnya, meluap dan merendam rumah-rumah warga di beberapa titik.
Tidak hanya rumah warga, sawah-sawah penduduk juga menjadi korban dari intensitas hujan yang padat.
Oleh karena, hari Minggu lalu ... semua warga bergotong-royong membersihkan parit-parit di setiap RT agar warga desa bisa beristirahat dengan tenang saat hujan deras mengguyur Desa Beringin Agung.
Selain karena parit yang tidak berfungsi sebagai sistem drainase yang baik, penggundulan hutan juga menjadi salah satu penyebab cepatnya air masuk-masuk ke dalam rumah warga. Karena saat ini, hutan-hutan yang ada di sekitar Desa Beringin Agung sudah beralih menjadi lahan pemukiman dan tambang batu bara.
Harapannya, warga Desa Beringin Agung bisa memilih solusi yang baik agar tidak mengakibatkan banjir yang lebih parah lagi saat hujan deras. Hal ini, tentunya menjadi PR semua pihak. Bukan hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tapi menjadi tanggung jawab semua warga untuk menjaga lingkungannya.
Pemerintah bisa mengatur sistem drainase yang baik, warganya juga harus bisa menjaga infrastruktur yang telah diupayakan oleh pemerintah. Saling bersinergi untuk kebaikan bersama agar Desa Beringin Agung tetap menjadi desa yang aman dan nyaman untuk warganya.
/Picture taken by : Toto Prayogo (Ketua LPM Desa Beringin Agung)
_________________________________________________________
©Copyright
Dilarang copy paste, screenshoot atau menyebarkan postingan ini tanpa izin dari penulis.
Wednesday, June 3, 2020
Menabung untuk Akhirat - Mengajarkan Berbagi Sejak Kecil
Source: rinmuna.com |
Tuesday, June 2, 2020
Moment Membahagiakan di Hari Raya Idul Fitri
Pagi itu, usai sahur dan sholat subuh,aku ngerasa perutku mules banget. Awalnya, aku pikir cuma karena mau BAB doang. So, aku pergi ke toilet dan akhirnya BAB seperti biasa.
Setelahnya, aku kembali berbaring di kamar. Mules itu datang lagi. Alhasil, aku pakai untuk tetap jalan-jalan pagi di depan rumah. Saat itu, aku belum menyadari tanda-tanda kalau aku mau melahirkan. Karena, walau sering mules, aku tidak mengeluarkan cairan apa pun dari jalan lahir.
Berbeda dengan kelahiran anak pertama yang tidak merasakan mules terlebih dahulu, namun keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir.
Aku sudah merasa kalau akan melahirkan, namun masih menunggu tanda melahirkan lainnya seperti keluar cairan, lendir atau darah. Namun, tak kunjung mengeluarkan cairan dari jalan lahir sementara mules yang melanda semakin sering.
Alhasil, aku langsung menelepon bidan desa dan memberitahukan keadaanku. Beberapa menit kemudian, bidan datang ke rumah untuk mengecek. Alhamdulillah, sudah pembukaan tiga. Tapi aku masih pakai untuk jalan pelan-pelan seperti biasa karena tidak mengeluarkan cairan apa pun dari jalan lahir.
Sekitar pukul 08.30 WITA, akhirnya aku naik ke Pusban (Puskesmas Pembantu) untuk melakukan proses persalinan.
Kata bidan, kunci sukses melahirkan adalah rileks. Tidak boleh khawatir atau panik berlebihan. Stay happy aja gitu. So, aku masih bisa melempar candaan meski saat kontraksi rasanya sangat-sangat sakit. Aku bahkan masih sempat menikmati sarapan dengan lahap, supaya punya tenaga banyak saat mengejan.
Sudah beberapa kali kontraksi, tapi air ketuban tak kunjung pecah. Aku merasa ingin BAB dan pinggangku semakin sakit. Kata bidan, tunggu pecah ketuban barulah bersiap-siap untuk membuka kaki lebar-lebar agar proses melahirkan menjadi lebih mudah.
Saat mengejan lagi, dua bidan yang membantu persalinan berteriak dan meminta aku membuka kaki lebar-lebar. Saat itu, aku tidak menyadari kalau yang akan keluar adalah bayi karena air ketuban belum pecah. Alhasil, bidan membantuku meraih kakiku sendiri dan membukanya lebar-lebar.
Tepat pukul 11.05 WITA, ketika kontraksi hilang, aku baru menyadari kalau anakku sudah keluar bersama pembungkus bayinya alias masih berenang-berenang di dalam air ketuban. Karena bayi yang aku lahirkan tidak langsung menangis, sehingga aku tidak langsung menyadarinya.
Aku merasa, Allah memberikan kemudahan pada proses kelahiranku kali ini. Aku tidak merasakan sakit atau perih pada jalan lahirku. Semuanya terasa ringan dan mudah.
Aku sangat bersyukur karena diberikan berkah di bulan suci Ramadhan berupa seorang anak laki-laki.
Anak pertamaku, Alifia Shaumi Aleshana juga lahir pada tanggal 30 Ramadhan. Lima tahun setelahnya, aku melahirkan seorang bayi laki-laki pada tanggal 27 Ramadhan dan aku beri nama Marga Mahesa Yudistira.
Tentunya, setiap hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidupku karena kedua anakku terlahir pada akhir Ramadhan. Menjadi hadiah terindah di Hari Kemenangan (Idul Fitri).
Aku sangat berharap, keduanya bisa menjadi anak yang sholeh/sholehah. Mampu menghadapi kerasnya kehidupan di masa depan dan bermanfaat bagi orang-orang di sekeliling mereka.
to Alifia & Marga, Mama always love you ...
Sunday, April 5, 2020
Aktivitas Tambang Batubara di Sekitar Waduk Samboja Kembali Jadi Sorotan
Source : kaltimkece.id |
Sudah bukan wacana lagi kalau Samboja adalah salah satu wilayah yang digadang-gadang akan menjadi bagian dari Ibukota Negara Baru. Namun, bukan berarti Samboja tidak memiliki masalah lingkungan sebelumnya.
Samboja sendiri memiliki banyak aktivitas pertambangan baik yang legal maupun illegal. Dilansir dari www.mongabay.co.id, Samboja memiliki 92 IUP (Izin Usaha Pertambangan).
Baca : Samboja, Kecamatan dengan Izin Tambang Terbanyak di Dunia
Tidak hanya tambang batubara yang memiliki izin, banyak juga tambang batubara yang illegal alias tidak memiliki izin resmi namun tetap beroperasi dengan baik.
Saat ini, aktivitas pertambangan yang berada di sekitar Wduk Samboja kembali jadi sorotan. Pasalnya, di tengah wabah covid-19 yang cukup meresahkan warga Indonesia dan dunia, aktivitas tambang ilegal ini tetap berjalan seperti biasa.
Sebenarnya, aktivitas pertambangan batubara di sekitar Waduk Samboja ini sudah beroperasi sejak tahun 2016. Bahkan, beberapa artikel dan berita pernah mengangkat keberadaan tambang ilegal ini pada tahun 2019 lalu.
Baca : Tambang Ilegal di Waduk Samboja
Walau pemberitaan gencar dilakukan oleh media, sepertinya tidak berpengaruh dengan aktivitas tambang ilegal yang sudah beroperasi.
Yang paling miris adalah ketika warga yang mengetahui dan tutup mata dengan apa yang sudah terjadi. Dari beberapa informasi yang saya dapat, Waduk Samboja berada di tengah-tengah lokasi Hutan Konservasi dan seharusnya dilindungi oleh pemerintah. Namun, keberadaan tambang ilegal justru semakin meluas.
Aktivitas tambang ilegal kian meluas, daerah pemukiman, area persawahan dan DAS (Daerah Aliran Sungai) yang seharusnya dijaga kelestariannya justru terkontaminasi oleh aktivitas tambang-tambang ilegal ini.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Waduk Samboja (yang airnya menjadi sumber kehidupan warga) tiba-tiba terancam dan terkontaminasi oleh limbah tambang yang tidak diketahui kadar bahayanya.
Tak perlu jauh-jauh, contohnya ada di depan rumahku sendiri. Aktivitas tambang memang terlihat tidak begitu mengganggu ketika musim kemarau. Namun, saat musim penghujan tiba, lumpur dari hasil galian tambang batu bara akan terbawa sampai ke halaman rumah. Efeknya, tanaman tidak bisa hidup dengan baik.
Selain permukaan yang terendam lumpur, bekas galian batu bara juga rentan mengalami likuifaksi atau longsor ketika hujan deras. Seperti longsor yang pernah terjadi di Sanga-Sanga tahun 2018 lalu.
Kini, kasus tambang ilegal di sekitar Waduk Samboja ini kembali mencuat, pasalnya si pemilik tambang tidak terima dengan penutupan aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh warga Karya Jaya. Ia meminta agar semua tambang yang ada di Samboja tutup, tidak hanya tambang miliknya saja.
Baca : Tambang Ilegal Gali Perkara di Tengah Corona
Perjuangan para petani di Karya Jaya ini berhubungan dengan hajat hidup orang banyak. Selain merupakan wilayah konservasi, Waduk Samboja berkapasitas 5 juta liter kubik ini mengairi 450 hektare sawah milik petani dan menjadi sumber air minum untuk 450 kepala keluarga dengan 1.900 jiwa di Desa Karya Jaya. (Source : @bubuhansamboja)
Bayangin aja kalau para petani terancam gagal panen dan masyarakat tidak bisa mendapatkan sumber air minum yang layak. Berapa biaya kompensasi yang akan diberikan oleh pemilik tambang untuk menanggung kerugian warga sekitar yang bertahan hidup dengan bertani?
Walau pemilik tambang mengancam akan mempidanakan pelaku pembakaran alat berat, namun menurut Dinamisator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Kaltim, petani yang terlibat aksi pembakaran tidak bisa dipidanakan atau digugat perdata sesuai dengan pasal 66 UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Tidak semua warga tutup mata dengan keberadaan tambang ilegal ini. Masih ada segelintir orang yang memperjuangkan lingkungan hidup di sekitarnya. Seharusnya, warga tidak perlu takut karena mereka juga dilindungi oleh Undang-Undang dalam mempertahankan hak atas lingkungan hidup.
Bahkan, sebenarnya warga sudah menyurati Presiden Joko Widodo untuk menyelamatkan aset negara dari aktivitas tambang ilegal sejak tahun 2019 lalu. Namun, aktivitas tambang tetap berjalan seperti biasa. Bahkan kini mulai mengancam kehidupan dan lingkungan hidup di sekitarnya.
Aku sebagai warga biasa, sangat berharap kalau lingkungan di Samboja bisa terjaga dengan baik. Sehingga alam bisa tetap bersahabat, memberikan hasil alam yang melimpah untuk warganya dan menjadi warisan untuk anak cucu tetap bertahan hidup dan bersinergi dengan alam.
Wednesday, April 1, 2020
Membuat Rok Dress untuk si Kecil dalam Waktu Singkat
Thursday, March 26, 2020
Social Distancing Ngapain? Bikin Kreasi Dompet Dari Kain Flanel untuk Si Kecil
Saturday, March 21, 2020
Pecel Gorengan Legendaris di Beringin Agung
Buat temen-temen yang tinggal di wilayah Desa Beringin Agung, pastinya udah nggak asing dengan sosok yang satu ini. Siapa sih? Ya inilah sosok Mbah Mudin yang sudah terkenal sebagai penjual gorengan sejak aku masih kecil. Oh, No! Mungkin sejak aku belum dilahirkan.
Bagi ceritanya di kolom komentar juga bisa, kok.
Wednesday, March 18, 2020
Wisata Edukasi - Mengajak Si Kecil ke Pameran Seni
Aku lagi iseng, tiba-tiba bukain folder di komputer karena mau ngehapusin file-file yang udah nggak dipake alias bersih-bersih. Saking nggak pernah dihirauin, memori komputer udah mau full dan bikin aku kesel karena ngelag terus.
Akhirnya, aku dapetin beberapa foto kenang-kenangan yang belum pernah aku ceritain ke siapa pun alias cuma disimpan doang, nggak pernah mengungkapkan cerita-cerita di baliknya.
Buat aku, asal bisa menginspirasi dan menjadi kenang-kenangan untuk generasi penerus. Nggak ada salahnya kita bercerita tentang keseharian kita sendiri. Supaya masa depan, tetap mengingat kita dalam tulisan-tulisan kita.
Hari itu, weekend ... kebetulan, Livia masih berumur 3 tahun dan belum sekolah. Mamanya juga kerjanya dari rumah, jadi bisa ngatur jadwal buat berlibur.
Seperti biasa, kalau liburan kami selalu pergi ke Kota Balikpapan untuk mengunjungi keluarga yang ada di sana. Selain mengunjungi keluarga, kami juga pengen refreshing karena kelamaan di kampung. Yang dilihat cuma pohon-pohon aja.
Setiap kali ke Balikpapan, sering banget bingung mau ke mana.
Pengen nge-mall tapi duit terbatas. Alhasil, aku ajak aja si kecil ke tempat-tempat yang nggak perlu merogoh kocek banyak. Biasanya, aku ajak main ke taman kota. Dia juga senang menikmati pemandangan tanpa minta macem-macem. Paling cuma minta jajan yang masih bisa aku penuhi keinginannya.
Di foto kenangan kali ini, aku mengajak Livia ke sebuah Pameran Seni karya teman-teman seniman di Balikpapan.
Entah, sejak dulu aku suka sekali datang ke tempat-tempat seperti ini. Sangat menginspirasi sekali.
Dulu, aku mengenal para pelukis Balikpapan ini saat aku masih duduk di bangku kelas 1 SMA. Waktu itu, guru kesenian memberikan tugas untuk datang ke pameran dan mengumpulkan data sebanyak-banyak tentang dunia seni rupa.
Aku seneng banget, sampe 7 hari berturut-turut aku datang ke sana dan berkenalan dengan para pelukisnya. Alhamdulillah ... sampai saat ini, mereka tetap mengenal aku. Walau kami lebih sering berkomunikasi via media sosial saja. Tapi setiap kali ada pameran lukisan, aku selalu hadir untuk melihat karya-karya mereka yang amazing banget.
Saat itu, lagi peresmian Balikpapan Art Center. Aku langsung ngajak si kecil untuk berkunjung ke sana. Aku lebih suka mengajak dia mengunjungi pameran atau toko buku. Selama dia menikmatinya, artinya aku berhasil membawa dia masuk ke dalam dunia yang positif dan menginspirasi.
Pertama kali masuk ke Balikpapan Art Center ini, aku langsung disambut sama koleksi Balikpapan Tempo Doeloe. Kebetulan aku mengenal salah satu relawan dari Balikpapan Tempo Doeloe, yakni mba Ocha (Rosalinda Tumbelaka). Dia seorang penulis, photografer dan juga karyawan swasta yang aktif sebagai pengelola Dahor Heritage, salah satu situs sejarah di Kota Balikpapan.
Setelah melewati koleksi-koleksi sejarah kota Balikpapan, aku langsung menuju ke bagian kiri ruangan. Yakni koleksi hasil seni rupa karya perupa Kota Balikpapan. Kebetulan di sana ada Ifrian Chaha beserta istri, juga Cadio Tarompo berserta istri dan anak-anaknya.
Alhasil, kami saling menyapa dan bercerita banyak.
Terkadang, aku merasa malu setiap kali bertemu dengan mereka. Mereka tetap konsisten dengan dunia seni lukis dan lukisannya semakin lama semakin amazing. Apalagi Abi Cadio Tarompo, hasil lukisan-lukisannya sudah ke tingkat nasional dan dikenal sebagai pelukis super realis.
Kamu bisa lihat hasil lukisan beliau lewat video di bawah ini :
Exhibition Balikpapan Creative Center
Aku juga merasa sangat senang karena si kecil juga Happy diajak ke pameran lukisan.
Nggak banyak orang tua yang ngajak anaknya ke tempat-tempat seperti ini. Aku hanya ingin membiasakan si kecil pergi ke tempat di mana ia bisa menjadi sesuatu suatu hari nanti.
Aku jadi seneng ngajak dia berwisata edukasi, selain refreshing, dia juga belajar banyak hal dari tempat ini. Tinggal gimana kita mengajak si kecil berkomunikasi dan membuat dia nyaman berada di tempat-tempat yang edukatif. Jangan sampai, kita cuma diem aja dan si kecil cuma plonga-plongo karena nggak tahu tempat yang ia datangi sebenarnya seperti apa dan bagaimana.
Menjadi orang tua, memang harus lebih aktif. Apalagi anak-anak Generasi Z sudah jauh lebih pintar dari generasi sebelumnya. Tantangan bagi orang tua, tentunya jauh lebih besar lagi.
Cukup sampai di sini aja ya tulisan dari aku.
See You di tulisan-tulisan selanjutnya...
Buat Little Livia, mungkin sepuluh tahun lagi kamu bakal baca tulisan ini.
Semoga saja kamu selalu menjadi kebanggaan Mama dan selalu berada di tempat-tempat yang baik.
Salam manis,
@rin.muna
Tuesday, March 17, 2020
Lock Down Karena Covid-19. Libur 14 Hari dan 14 Kegiatan Belajar yang Bisa Dilakukan Di Rumah
Sejak semalam, sudah ada surat edaran dari Bupati Kutai Kartanegara No : B-1035/Disdikbud/DPK.1/065.11/3/2020 Tentang INFORMASI PELAKSANAAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR TERKAIT WABAH CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19).
Dalam surat edaran tersebut dinyatakan kalau proses belajar-mengajar untuk jenjang pendidikan PAUD/RA, SD/MI, SMP/MTs dilakukan di rumah mulai tanggal 17 Maret 2020 sampai dengan 30 Maret 2020 dengan memanfaatkan sistem pembelajaran secara online.
Nah, karena surat edaran ini ... si Livia juga harus libur selama 14 hari. Akunya jadi bingung mau ngasih kegiatan apa buat Livia yang masih PAUD (Kelompok Bermain). Karena pastinya, aku harus membuat dia nyaman bermain di dalam rumah tanpa mencari teman main. Karena Livia termasuk anak yang sangat aktif dan tidak bisa bermain sendirian. Dia bakal keluar nyari temen buat main.
Sejak semalam, aku sudah memikirkan banyak hal yang bisa aku lakukan untuk si kecil supaya bisa menemaninya bermain sambil belajar.
Aku banyak berselancar di internet untuk bisa memberikan edukasi pada si kecil agar mudah menerima pembelajaran dari ibunya. Soalnya, Livia termasuk anak yang nggak mau belajar sama ibunya, dia maunya belajar sama ibu guru aja. Yah, aku juga nggak bisa terlalu memaksakan. Takutnya, dia malah nggak happy sama ibunya.
Salah seorang teman menyarankan untuk mengajak si kecil belajar membantu pekerjaan rumah. Seperti mencuci pakaian, menyapu dan sebagainya. Yah, mungkin tak banyak membantu, hanya bermain dan membuatnya happy. Akan aku coba salah satu saran dari temanku.
Karena anakku perempuan, aku punya ide buat main masak-masakan. Masakan yang bisa dimakan beneran tentunya.
Selama 14 hari ini, aku harus lebih kreatif memberikan kegiatan untuk anakku supaya dia tetap aktif bermain sambil belajar.
Ada banyak kegiatan di rumah yang bisa aku coba sebagai kegiatan untuk si kecil, seperti :
1. Membuat Cokelat
2. Menjemur Pakaian
3. Mencuci piring
4. Menyapu
5. Mengepel Lantai
6. Menanam Bunga
7. Membuat Origami
8. Membuat Hiasan Pensil
9. Membuat Tempat Pensil dari Botol Bekas
10. Membuat Tabungan dari Kaleng Bekas
11. Membuat Dompet dari Kain Flanel
12. Membuat Gelang
13. Membuat Kalung
14. Membuat Baju Boneka
Nah, aku udah punya 14 list kegiatan yang bisa aku kasih ke si kecil selama 14 hari libur ke sekolah alias belajar di rumah.
Nah, kalian juga bisa bikin list kegiatan yang beragam biar nggak jenuh saat mengisi waktu luang di rumah.
Yuk, share juga kegiatan yang bakal kamu lakuin selama 14 hari ke depan. Siapa tahu salah satu kegiatan kamu juga bisa jadi inspirasi baru buat aku. Bisa share lewat kolom komentar ya!
Salam manis,
@rin.muna
Monday, March 16, 2020
Weekend Seru di Kaltim Park Samboja - Ibu Kota Negara Baru
Dok. Pribadi |
Happy weekend ...!
Kemarin weekend pada ke mana aja nih?
Aku sih, sebenarnya lumayan punya banyak kegiatan kalau weekend. Terutama kalau hari minggu. Biasanya, anak-anak latihan kaligrafi dari pagi sampe sore di Rumah Literasi Kreatif. Sorenya, masih lanjut kelas bahasa Inggris.
Tapi, karena si kecil udah ngerengek terus ngajak liburan. Alhasil, aku nurutin kemauannya kali ini.
Awalnya sih bingung mau ke mana. Dia bilang mau berenang ke pantai. Jadi, aku ajak deh ke Pantai Tanjung Harapan. Suasana di sana malah sepi, nggak seperti dulu yang kalau mau masuk ke tempat wisata itu selalu antre. Mungkin, karena sudah ada beberapa tempat wisata lain di Samboja yang sekarang jadi destinasi wisata para pelancong.
Yah, bener aja. Aku akhirnya memutuskan untuk pergi ke Kaltim Park (Wisata Pantai & Kolam Renang). Kalau mau berenang, emang harga masuknya lebih mahal daripada berenang di pantai. Tapi, kondisinya tentu lebih bersih daripada berenang di pantai.
Aku yang nggak punya banyak waktu buat keluar rumah ini. Baru pertama kalinya masuk ke Kaltim Park. Padahal, tempat ini sudah nge-hits sejak beberapa bulan yang lalu. Jadi tempat favorite buat liburan keluarga. Pasalnya, nggak cuma bisa berenang aja. Tapi juga bisa menikmati suasana pantai di Samboja.
Untuk masuk ke area wisata, kami hanya membayar Rp 15.000 di Hari Weekend ( untuk 1 unit motor dan 2 orang dewasa).
Begitu masuk, Livia langsung aja tuh lari ke pintu masuk kolam renang. Karena memang itu yang dia tuju. Mukanya yang awalnya sedih karena nggak bisa berenang di pantai (aku nggak berani ajak dia berenang di pantai karena airnya lumayan pasang) tiba-tiba langsung berubah ceria.
Kebetulan, waktu aku masuk ke kolam renang, aku langsung ketemu sama Nayla. Salah satu teman sekolahnya Livia. Aku seneng banget karena Livia punya teman buat berenang. Mereka kelihatan ceria dan seneng banget. Sampe minta foto selfie bak model profesional. Asli, Livia udah pede banget depan kamera tanpa harus dikasih intruksi buat gaya.
Foto Livia & Nayla |
Ternyata, ada Party Foam yang bikin anak-anak makin ceria. Mereka berebut mandi busa. Si Livia malah nggak tertarik sama sekali. Dia tetep aja asyik belajar berenang sendiri.
Kedalaman kolam juga pas banget buat anak-anak usia di bawah lima tahun. Nah, di dekatnya lagi ada kolam yang lebih dalam. Itu kolam yang bentuknya gitar waktu di foto dari Drone. Kok tahu? Walau aku baru punya kesempatan sekali datang ke sini, aku udah lihat hasil foto drone tempat ini dari salah satu akun instagram warga kota Balikpapan.
Nah, bisa lihat sendiri kan kalau di sini juga banyak tempat seluncuran untuk anak-anak. Di sisi kolam renang juga ada gazebo-gazebo untuk beristirahat. Jadi, nggak perlu panas-panasan sambil nunggu si kecil berenang.
Usai berenang, aku berkeliling sebentar untuk melihat suasana pantai yang berada di sisi kiri kolam renang. Suasana pantai juga asyik banget buat nongkrong. Aku nggak tahu apakah tempat ini buka sampai malam atau enggak. Aku harap, ada kafe di sini yang bisa dipake buat nongkrong sambil nulis. Karena suasana asyik banget. Aku bisa ngabisin waktu dari pagi sampe sore nongkrong di kafe buat ngelarin naskah. Kalau tempatnya asyik dan tenang, ide-ide bisa mengalir dengan lancar. Hihihi ...
Selain pantai yang rindang, di tengah-tengah tempat wisata ini juga ada dua kolam yang aku masih nggak tahu sebagai tempat apa. Apakah sebagai tempat wisata air atau kolam pemancingan. Sebab, aku tidak melihat aktivitas orang memancing, juga nggak ada bebek-bebekan air yang biasa ada di kolam itu. Next time, mudahan bisa dapet info soal ini kalo balik ke sini lagi.
Selain lihat pemandangan yang asik dan asri. Ternyata ... aku juga bisa lihat kapal-kapal nelayan yang lagi bersandar. Aku ngerasa, kapal-kapal di sini bagus-bagus banget dan aku suka lihatnya. Mereka terlihat megah, bersih dan rapi. Aku jadi inget suasana kapal di drama-drama gitu. Ternyata, nggak jauh dari tempat tinggalku, ada juga tempat yang bagus kayak gini. Biasanya, aku cuma lihat kapal-kapal ini lewat jembatan Kuala dan sudut pandangnya nggak terlalu luas, jadinya kelihatan biasa aja.
Usai melihat kapal-kapal nelayan ini, aku langsung pulang karena kepikiran sama kegiatan anak-anak di Rulika ( Rumah Literasi Kreatif ).
Sebenarnya, masih banyak hal yang ingin aku tulis tentang keseruan tempat ini. Tapi, aku takut kalo kamu bosen baca tulisanku yang terlalu panjang. So, aku akhiri tulisannya cukup sampai di sini.
Sampai ketemu di tempat liburan selanjutnya ...
Salam manis,
@rin.muna
Note :
Subscribe dan dukung juga Channel Youtube aku di bawah ini ya!
Rin Muna Channel