Menu BacaanMu
- Perfect Hero (234)
- Puisi (120)
- My Experience (107)
- Rumah Literasi Kreatif (83)
- Novel MLB (80)
- Cerpen (70)
- Belajar Menulis (52)
- Puisi Akrostik (40)
- Artikel (38)
- Esai (24)
- Review Novel (21)
- Review Drama (17)
- Novel The Cakra (8)
- Wisata (8)
- Ekonomi & Bisnis (6)
- Review Aplikasi (6)
- Novel ILY Ustadz (4)
- Kumpulan Novel (3)
- Then Love (3)
- Biografi Penulis (2)
- Kenapa Bercerai? (2)
- Opini (2)
- Donasi (1)
- Dongeng (1)
- Materi Cerdas Cermat (1)
Wednesday, June 18, 2025
Sinopsis & Review Drama "Who Rules The World"
Hai ... Hai ...!
Buat kamu para pencinta Dracin (Drama Cina), pasti udah nonton banyak banget drama Cina yang seru-seru dan bagus banget.
Nah, aku adalah salah satu pencinta Dracin yang tertarik dengan alur ceritanya yang indah, banyak plot twist dan endingnya selalu berkesan. Sejak dulu, aku adalah pengagum sastra Cina. Mulai dari literatur tulisan sampai drama, semuanya digarap dengan baik dan tidak meninggalkan identitas meski dunia sudah sangat modern.
So, aku selalu tertarik untuk menonton drama versi Cina dibanding dengan drama-drama yang lain. Maybe, karena sudah ada puluhan bahkan ratusan drama yang aku tonton dan beberapa jalan cerita /alurnya memiliki kesamaan dengan drama di tahun-tahun sebelumnya.
Kalau udah nonton drama, rasanya nggak lengkap kalau kita belum mengulik drama dan mengabadikannya dalam tulisan. It's reminder buat diriku sendiri tentang bagaimana perspektifku memandang sebuah drama/film dan makna yang terkandung di dalamnya.
Kali ini aku mau review drama China yang berjudul "Who Rules The World" yang dalam bahasa Indonesia diartikan menjadi "Penguasa Dunia". Salah satu yang menarik perhatianku adalah kehadiran Zhao Lusi sebagai pemeran utama dalam drama ini. Buatku, drama yang diperankan oleh Zhao Lusi memiliki cerita yang menarik, alur yang mengalir, plot twist tak terduga serta ending yang berkesan. Kalau menurutmu, bagaimana?
Langsung aja kita review drama yang satu ini.
Judul: Who Rules The World (2022)/ (且试天下 / Qie Shi Tian Xia):
Jumlah Episode: 40
Genre: Wuxia, Romantis, Politik, Fantasi
Platform: Tencent Video / WeTV
Pemeran Utama:
-
Yang Yang sebagai Hei Feng Xi (Feng Lan Xi)
-
Zhao Lusi sebagai Bai Feng Xi (Feng Xi Yun)
Sutradara: Yin Tao
Adaptasi dari: Novel Qie Shi Tian Xia karya Qing Ling Yue
Sinopsis:
Dalam dunia yang terbagi dalam berbagai kerajaan dan faksi bela diri, dua pendekar legendaris—Hei Feng Xi yang cerdas dan penuh strategi, serta Bai Feng Xi yang bebas dan elegan—menjadi tokoh sentral perebutan kekuasaan dan pengendalian dunia persilatan.
Identitas asli keduanya adalah bangsawan dari kerajaan berbeda, dan hubungan mereka semakin rumit ketika konflik politik, pemberontakan, dan perebutan tahta menyeret mereka ke dalam pusaran kekacauan. Di tengah konspirasi dan perang kekuasaan, cinta perlahan tumbuh di antara mereka. Tapi... siapa yang benar-benar akan memerintah dunia?
"Who Rules The World" bukan sekadar drama wuxia. Ia adalah simfoni visual dan emosional—di mana angin, pedang, dan kata-kata beradu dalam tarian takdir.
Dengan sinematografi megah yang memanjakan mata, kita dibawa menelusuri lembah-lembah penuh kabut, istana yang menjulang, hingga arena pertarungan yang sarat estetika. Drama ini menjadi perwujudan puitik dari konflik antara kebebasan dan kekuasaan, serta cinta dan tanggung jawab.
Yang Yang tampil memikat sebagai Hei Feng Xi: dingin di luar, tapi dalam dirinya tersembunyi lautan emosi. Sedangkan Zhao Lusi sebagai Bai Feng Xi menunjukkan sisi perempuan kuat yang tak tunduk pada dunia patriarki. Chemistry mereka? Laksana badai yang menari di atas bunga plum—liar namun memesona.
Cerita yang kompleks dan penuh strategi politik membuat kita berpikir, sementara adegan romansa yang lembut menyentuh sisi melankolis penonton. Kadang kita lupa bahwa ini kisah fiksi, karena pesan-pesannya—tentang kekuasaan, harga diri, dan pengorbanan—terlalu nyata.
⭐ Nilai Akhir: 9/10
Kelebihan Drama ini:
-
Visual dan koreografi pertarungan luar biasa
-
Chemistry aktor utama sangat kuat
-
Cerita padat dengan konflik dan politik
Kekurangan Drama ini:
-
Beberapa subplot terasa lambat dan bisa dipadatkan
-
Akhir cerita bisa terasa bittersweet bagi sebagian penonton
"Bahkan dunia pun tak bisa dimiliki oleh satu orang. Tapi aku... hanya ingin memilikimu di antara ribuan badai."
Jika kamu suka cerita ala "Ten Miles of Peach Blossoms" atau "The Untamed" dengan sentuhan cinta yang tak lekang waktu, "Who Rules The World" adalah sajian sempurna untuk diselami.
Seni dan Sastra Adalah Dua Saudara Yang Tak Bisa Dipisahkan
Tuesday, June 17, 2025
Teknik Menulis Bebas (Free Writing) || Materi Kepenulisan by Rin Muna
Teknik Menulis Bebas (Free Writing)
Menulis tanpa takut salah, tanpa takut dihakimi, hanya untuk menjadi lebih jujur kepada diri sendiri.
Pernahkah kamu
merasa ingin menulis, tapi tidak tahu harus mulai dari mana? Atau merasa tulisanmu
“terlalu kacau” untuk dibaca orang lain?
Free writing
adalah ruang kecil tempat kita boleh kacau. Tempat kita bisa menumpahkan isi
kepala tanpa sensor. Karena kadang, tulisan yang paling jujur lahir dari
keberanian untuk tidak sempurna.
“Menulis bebas bukan tentang keindahan bahasa, tapi keberanian menghadap cermin kita sendiri.” -Rin Muna-
Di dalam sebuah proses penulisan, kita mengenal istilah menulis bebas atau free writing. Kamu tahu free writing itu apa?
Apa Itu Free Writing?
Free writing adalah teknik menulis spontan tanpa henti selama waktu tertentu (biasanya 5–15 menit) tanpa mengedit, tanpa menghapus, tanpa menilai. Ini merupakan teknik yang sangat cocok bagi penulis pemula yang kerap merasa takut untuk menuliskan apa yang ada di dalam hati dan pikirannya.
Jangan berhenti menulis, walau pikiran terasa kosong. Jika perlu, tulis: “Saya tidak tahu harus menulis apa” .... hingga kalimat selanjutnya muncul dengan sendirinya.
Free writing digunakan untuk penulis pemula atau orang yang baru ingin belajar menulis dan tidak tahu ingin menulis apa. Kebanyakan orang bisa menuliskan keluh-kesahnya di media sosial setiap hari, tetapi mereka tidak memiliki kemampuan untuk menulis secara runut dan terstruktur. Penulisan yang baik dan terstruktur akan dipelajari pada teknik-teknik menulis selanjutnya sesuai dengan jam terbang dunia kepenulisannya. Untuk kita yang masih pemula, gaskeun aja untuk menulis bebas (free writing) biar ide di kepala dan uneg-uneg di hatimu juga bisa tersalurkan dengan baik.
Tujuan Free Writing
- Membuka
keran pikiran dan emosi
- Mengurangi
hambatan mental (writer’s block)
- Menemukan suara dan tema tersembunyi
dalam diri
- Menulis dengan lebih jujur dan
reflektif
Saat kita membebaskan kata-kata, kita sedang membebaskan beban dalam hati.
Langkah-Langkah Menulis Bebas
1. Pilih Waktu
Tentukan durasi:
5, 10, atau 15 menit. Gunakan timer.
2. Pilih
Pemicu (optional)
Gunakan kata kunci, gambar, atau kalimat pembuka. Misalnya:
“Hari ini aku merasa…”
“Yang tak pernah kuberitahu siapa pun adalah…”
“Aku rindu…”
Kamu juga bisa menulis tanpa pemicu — hanya mengikuti aliran hati.
3. Tulis Tanpa Henti
- Tidak
boleh menghapus
- Tidak
perlu bagus
- Tidak
ada struktur
- Tidak
ada sensor
Biarkan jari-jari lebih cepat dari pikiranmu. Biarkan apa pun keluar.
Kita bisa latihan Free Writing menggunakan kalimat-kalimat pemicu, seperti:
"Aku lelah, tapi bukan karena dunia."
Kemudian, tulis terus selama 10 menit tanpa mengangkat pena/jari.
Pemicu lainnya:
- "Aku ingin berkata jujur
soal…"
- "Kalau saja waktu bisa diulang,
aku akan…"
- "Namanya masih ada di pikiranku karena…"
Setelah menulis, jangan langsung
mengedit tulisan kita. Baca kembali terlebih dahulu dan tanyakan:
- Apa yang paling jujur dari tulisan
ini?
- Kalimat mana yang menyentuh
perasaanmu sendiri?
- Apakah ada ide yang bisa dikembangkan
jadi puisi, esai, atau cerpen?
Free writing bukan akhir — ia pintu masuk menuju karya.
☕Gunakan jurnal khusus untuk latihan ini
☕Lakukan secara rutin, misalnya setiap pagi
☕Tidak perlu dibagikan ke siapa pun — ini untukmu
☕Jangan mengejar estetika, kejar kelegaan
Kamu tidak harus
menjadi sempurna untuk bisa menulis. Kamu hanya perlu berani menuliskan yang
sesungguhnya. Kadang, tulisan terbaik lahir dari kesunyian, dari kebingungan,
dari pertanyaan yang belum selesai.
Sebuah Renungan : Ketika Anti-Bullying Malah Melemahkan Kontrol Sosial
Sunday, June 15, 2025
Puisi & Lirik Musik "Selamatkan Aku" karya Rin Muna
![]() |
Image Source: www.pixabay.com |
Perfect Hero Bab 234 : Save Jheni || a Romance Novel by Vella Nine
Deretan
mobil mewah terparkir di sekitar Kasinoa, pusat perjudian yang terkenal di kota
tersebut.
“Chan,
kamu yang paling deket sama Jheni. Gimana bisa dia berhubungan sama Ben?” tanya
Yeriko.
“Aku
nggak tahu, Yer. Yang aku tahu, dia nggak pernah main judi. Seharusnya, nggak
ada hubungan apa pun sama Ben.”
“Aku
curiga, ada yang manfaatin dia,” sahut Lutfi.
Mereka
bertiga menatap gedung tinggi yang menjulang ada di hadapan mereka dan bergegas
masuk ke dalamnya.
“Malam,
Mbak!” sapa Lutfi sambil tersenyum manis pada pelayan berpakaian seksi.
“Iya,
ada yang bisa dibantu?” sahutnya dengan suara manja sambil menatap Lutfi.
“Di
mana acara lelang malam ini?” tanya Lutfi.
“Oh
... mau ikut lelang?”
Mereka
bertiga menganggukkan kepala.
“Mari,
saya antar!” Pelayan tersebut langsung membawa Chandra dan yang lainnya menuju
lantai tempat diadakannya pelelangan.
Chandra
mulai gelisah. Ia tidak bisa membiarkan Jheni berada di tangan preman-preman
tersebut. Apalagi, mereka menjual Jheni pada orang-orang biadab yang ada dalam
ruangan itu.
Mata
Chandra berusaha mencari sosok Ben. Mereka pernah terlibat perseteruan di masa
lalu. Dalam dunia perjudian, Ben menjadi musuh bebuyutan David. Keduanya
sama-sama kuat dan memiliki banyak anak buah.
“Sabar,
Chan! Jangan gegabah!” pinta Yeriko saat Chandra akan melangkah pergi.
“Aku
nggak tahu di mana dan keadaan Jheni. Gimana aku bisa sabar?” sahut Chandra
menahan amarah.
“Kalau
kamu gegabah, Jheni justru dalam bahaya.”
“Iya,
Chan. Kita pastikan dulu kalau Jheni bisa kita selamatkan dengan baik.”
Chandra
menarik napas dalam-dalam. Ia melipat kedua tangan sambil menunggu acara lelang
dimulai.
Tepat
jam dua belas malam, acara lelang di mulai. Seorang wanita dengan pakaian yang
seksi dan menggairahkan keluar dari belakang panggung.
“Selamat
malam semuanya ...!” sapa wanita itu yang langsung mendapat sambutan meriah
dari semua orang yang hadir.
“Malam
ini ada barang lelang yang sangat berharga. Sangat indah dan menggairahkan.
Kalian bisa langsung pakai sekarang juga. Gimana? Seru?” suara wanita itu
menggelegar ke seluruh ruangan.
“Mari
kita sambut barang antik dan cantik untuk malam ini!” seru wanita itu sambil
menoleh ke belakang.
Jheni
muncul dalam kurungan kotak transparan. Pakaiannya acak-acakan, tubuh yang
menjulang tinggi itu membuat pemandangannya menjadi sangat sensasional.
“Aurel
akan buka dengan harga lima juta!” seru wanita berpakaian seksi pemilik nama
Aurel yang membawakan acara lelang tersebut.
“Tujuh
juta!” seru salah seorang yang hadir.
“Delapan
juta!”
Jheni
terus memberontak dari dalam kotak tersebut. Membuat semua orang yang ada dalam
ruangan tersebut semakin bergairah. Mereka mulai menawar secara gila-gilaan.
Chandra
semakin gelisah. Ia tidak tahan melihat Jheni yang menjadi bahan rebutan
pria-pria hidung belang.
Lutfi
dan Yeriko menahan lengan Chandra agar tidak gegabah menghadapi situasi ini.
Terlebih, ada banyak pengawal dan yang ada di dalam ruangan tersebut.
“Chan,
kita harus temukan dulu dalang yang ada di balik ini semua,” bisik Yeriko. Ia
terus mengedarkan pandangannya.
Jheni
dikeluarkan dari dalam kotak. Kedua tangannya dipegang oleh pria yang
mengawalnya. Jheni terus memberontak. Ia menatap semua orang yang hadir di
sana. Pria-pria di dalam ruangan tersebut menatap dirinya seperti sedang
menikmati kue yang sangat manis.
Chandra
berusaha melepaskan diri dari tangan Yeriko dan Lutfi.
“Jangan
gegabah, Chan!” sentak Yeriko.
“Dua
puluh juta!” Pria-pria hidung belang itu masih terus menawar Jheni.
“Tiga
puluh juta!” seru Yeriko. Cara satu-satunya menyelamatkan Jheni adalah
memenangkan lelang.
“Lima
puluh juta!” sahut salah seorang preman tak mau kalah.
“Yer,
udahlah. Kita kelarin sekarang aja!” tutur Chandra semakin geram.
“Wait!”
perintah Yeriko sambil menunjuk salah seorang preman dengan dagunya.
“Delapan
puluh juta!” seru salah seorang preman bertubuh kekar dengan banyak tattoo di
tubuhnya.
“Gila!”
Chandra makin kesal dengan penawaran yang semakin tinggi.
“Ada
yang mau menawar lebih tinggi lagi?” tanya Aurelia dari atas panggung. “Aurel
akan hitung mundur dari angka lima.”
Lima.
Empat.
Tiga.
Dua.
Satu.
“Oke.
Gadis cantik ini akan jatuh pada Mr. Eighty Million!” seru Aurelia.
Pria
yang disebut sebagai Mr. Eighty Million itu tersenyum penuh kemenangan. Ia
mulai melangkah naik ke atas panggung sambil melepas pakaiannya sendiri. Ia
bersiap memperkosa Jheni saat itu juga di depan semua pria hidung belang.
Aurelia
bersorak, disambut dengan tepuk tangan riuh dari peserta lelang yang lainnya.
Mereka mulai keluar satu per satu karena tidak bisa memenangkan lelang. Yang
lain, lebih ingin menikmati pertunjukkan seks di atas panggung.
Yeriko
mulai berlari menuju panggung, diikuti Chandra dan Lutfi.
Yeriko
langsung menjatuhkan tubuh preman tersebut dengan sekali tendangan.
Mr.
Eighty Million tidak terima dengan apa yang terjadi pada dirinya. Ia bangkit
dan melepaskan pukulan ke arah Yeriko.
Dengan
cepat, Lutfi menahan genggaman tangan Mr. Eighty Million dan memutar kuat
hingga tubuhnya terpelanting ke lantai.
Chandra
dengan emosi yang tinggi langsung memukuli wajah preman tersebut bertubi-tubi
tanpa ampun.
Semua
pengawal yang ada di dalam ruangan tersebut langsung menyerang Yeriko dan dua
orang yang bersamanya.
“Chan,
bawa Jheni keluar!” seru Yeriko sambil menoleh ke arah Chandra.
Chandra
langsung memukul dua orang yang memegangi tubuh Jheni. Ia menarik Jheni ke
dalam pelukannya sambil menatap sengit ke arah Aurelia yang terpaku di
tempatnya.
Aurelia
tidak menyangka kalau acara pelelangan malam ini akan terjadi perkelahian
besar. Ia hanya terpaku dan tidak bisa berbuat apa-apa.
“Chan,
tolong aku!” pinta Jheni lirih, ia berusaha berdiri dengan sisa-sisa tenaga
yang ia miliki.
Chandra
langsung menggendong tubuh Jheni dan membawanya keluar.
Yeriko
dan Lutfi masih terus bergulat dengan beberapa preman yang ada di ruangan
tersebut.
“Lut,
kamu lindungi Chandra sampai ke luar. Yang di sini, biar aku yang tangani!”
perintah Yeriko.
Lutfi
mengedarkan pandangannya. Preman yang harus mereka hadapi lebih dari dua puluh
orang. Ia tidak mungkin membiarkan Yeriko menanganinya seorang diri. “Nggak
bisa! Kita keluar sama-sama.”
BUG!
BUG!
BUG!
Yeriko
dan Lutfi terus berkelahi dengan preman-preman tersebut hingga menjatuhkan
merek satu persatu.
BRAAK
...!
Yeriko
membanting salah seorang preman ke atas meja hingga meja tersebut pecah.
“Kalian
bener-bener nggak becus!” maki Mr. Eighty Million melihat semua anak buahnya
terkapar tak berdaya.
Yeriko
menoleh ke arah Mr. Eighty Million. Ia meraih lengan pria itu tersebut dan
mematahkannya dengan mudah.
“Aargh
...!” teriakan Mr. Eighty Million melengking dan menggema di seluruh ruangan.
“Jangan
sampai kita ketemu lagi! Aku pastikan semua tulang di badanmu ini remuk!” ancam
Yeriko.
Yeriko
menoleh ke arah Aurelia yang berdiri di sudut panggung. Ia dan Lutfi langsung
menghampiri Aurelia dengan tatapan penuh kebencian.
Aurelia
melangkah mundur perlahan hingga punggungnya tersudut pada dinding ruangan
tersebut.
“Di
mana Ben?” sentak Yeriko sambil memukul dinding yang ada di sebelah kepala
Aurelia.
Aurelia
menggeleng ketakutan. “Aku nggak tahu.”
“Aku
tanya sekali lagi. DI MANA BEN!?” Yeriko berteriak lebih keras.
Aurelia
menatap mata Yeriko yang berapi-api. Tangan dan kakinya tiba-tiba lemas.
Tubuhnya langsung merosot ke lantai. Ia tidak memiliki kekuatan menghadapi
tatapan Yeriko yang mengerikan.
Yeriko
membungkukkan tubuhnya. Ia menekan rahang Aurelia. “Aku nggak pernah bedain
laki-laki dan perempuan. Semuanya sama di mataku. Kamu mau aku pakai kekerasan
supaya kamu jawab pertanyaanku?”
Aurelia
menggelengkan kepala dengan tubuh gemetaran.
“Di
mana dia?” tanya Yeriko lagi.
“Di
lantai atas,” jawab Aurelia lirih.
Yeriko
melepas rahang Aurelia. Ia dan Lutfi bergegas mencari Ben untuk membuat
perhitungan dengan pria itu dan menemukan dalang utama di balik penculikan
Jheni.
(( Bersambung ... ))
Uh, nulis adegan action, bikin aku tahan napas mulu ...
Dukung terus cerita ini dengan cara kasih Star Vote dan review baik di
kolom komentar. Terima kasih semuanya. I Love you
Much Love,
@vellanine.tjahjadi
Friday, June 13, 2025
Mengemas Perasaan Takut dengan Teknik Show Don't Tell
Hai ... teman-teman ...!
Apa kabar? Semoga sehat selalu, ya!
Kali ini aku mau sharing tentang dunia kepenulisan dan teknik kepenulisan yang biasa dipakai dalam formula penulisan naskah panjang. Ada banyak teknik kepenulisan yang bisa kita pelajari, salah satunya ialah teknik "show don't tell" yang sudah tidak asing lagi bagi para penulis.
Nah, kalau kamu masih penulis pemula atau lagi belajar nulis ... apa sudah pernah dengar frasa "show don't tell" ini? Kalau belum, yuk kita belajar bareng-bareng dan mengenal lebih dekat dengan teknik kepenulisan yang satu ini.
Dalam dunia kepenulisan, ada satu nasihat yang mungkin sudah sering kita dengar, bahkan mungkin terlalu sering:
“Show, don’t tell.”
Tapi apa sebenarnya maknanya? Mengapa para penulis senior dan editor terus-menerus mengulang kalimat ini?
Bayangin saat kamu sedang bercerita tentang seseorang yang sedih. Kamu bisa saja menulis "Dia merasa sedih."
Kalimat itu membuat pembaca hanya menerima fakta, bukan rasa.
Bagaimana jika kamu menulis:
"Matanya memandangi cangkir teh yang kini dingin. Ia belum menyentuhnya sejak pagi. Jari-jarinya menggigil, bukan karena udara."
Pembaca tidak diberi tahu bahwa tokoh itu sedih. Tapi mereka merasakannya.
Itulah kekuatan dari showing.
Teknik showing berfungsi untuk merangsang indera pembaca, membuat cerita terasa lebih nyata dan sinematik, dan menghidupkan adegan.