Sunday, March 20, 2022

Puisi | AKU

 

"AKU"



Aku…..

Aku Bukan Sesuatu yang indah Bagimu

Aku Bukan Peri Baik Hati

Aku Hanya sesuatu yang Tak Berharga

Aku Tak Tau mengapa aku bisa rasakan ini

Pantaskah bila sampai saat ini aku selalu iginkan kamu

Bagaimana dengan diriku yang begitu hina bagimu….

Kucoba kulihat diriku di antara jernihnya air sungai yang mengalir

Tapi tak ada yang indah sedikitpun dari diriku…..

Mampukah kamu kagumiku dengan segala kekurangan pada diriku...???

Aku malu….

Ku ingin sapa kamu….

Tapi bibir ini beku…

Ku ingin  melihatmu…

Tapi mataku terasa buta…

Haruskah ku ratapi keadaan ini…

Membiarkan segalanya berlalu penuh Luka….

 

Samboja, 12 Februari 2009

Inspirasi: Bintang Salju

 


Puisi | Di Balik Hatimu

 

“ DIBALIK HATIMU “

 

Source image : pixabay.com

Dibalik senyummu

Ada sesuatu yang diharapkan

Di balik tangismu

Ada perih yang kurasakan

Di balik ceriamu

Ada sesuatu yang ingin aku tahu

Di balik tingkahmu

Ada yang tak aku mengerti

Di balik jiwamu

Ada yang selalu kudambakan

Di balik hatimu

Ada getar cinta untukku

Walau tak sepenuhnya untukku

Di balik semua itu

Aku ingin berada di siitu

Tetap di kenang walau tak indah

 

Balikpapan, 08 Desember 2007

Inspirasi: Bintang Salju

 

Puisi | Cinta Sejati

 


“ CINTA SEJATI “

 



Saat aku menatap dirimu

Aku melihat kau tersenyum padaku

Tapi mengapa aku masih ragu

Walau sesungguhnya aku tak mampu tuk meraihmu

Inilah yang kurasakan setiap bertemu denganmu

Kaki ini terasa begitu kaku

Aku tak mampu melangkah menghampirimu

 

Saat aku mampu menggapai jemarimu

Aku merasa yakin bahwa aku mampu meraihmu

Tanpa ada rasa kaku untuk terus berlagu

Riang gembira seperti kicau burung yang merdu

Inilah aku jika mampu gapai cintamu

Aku harap ini bukanlah sekedar mimpi indahku


Pandanganku tertuju padamu sampai saat ini

Aku masih menyimpan wajahmu dalam bingkai hati

Rasa cintaku ini sulit untuk mati

Aku yang akan membuatnya tetap abadi

Hingga kubawa sampai di akhir nanti

Inilah yang terungkap dari dalam hati

Tanpa kusadari dengan pasti

Aku menganggapmu cinta sejati

Balikpapan, 6 Desember 2007

Inspirasi: Bintang Salju


Puisi Akrostik | Walrina 2 | Kenangan

 

Puisi 

"KENANGAN"

Source Image : pixabay.com/jarmoluk


Waktu terasa begitu cepat berlalu

Aku yang kini tak berdaya lagi tanpamu

Lihatlah betapa indahnya saat kita masih bersama

Riang seperti mentari yang tak henti bernyanyi dan menari

Itulah saat yang kuinginkan selalu ada tuk selamanya

Namun kau begitu cepat tinggalkanku

Aku kini hanya bisa mengenang selamanya...

 

Balikpapan, 28 Desember 2007


Puisi "AYAH"

 

“AYAH”

oleh Rin Muna

Source image : pixabay.com/ddimitrova


Ayah...

Di lenganmu aku letakkan masa depanku

Di lenganmu aku letakkan asa dan harapanku

Di lenganmu aku letakkan jalan hidupku

Di lenganmu aku letakkan lentera hatiku

Aku bangga padamu        

Yang tak pernah mengeluh menahan berat beban

Aku bangga padamu

Hiasi keluarga penuh keindahan

Ayah...

Di tanganmu aku belajar arti cinta dan kehilangan

Di tanganmu aku belajar arti asa dan perjuangan

Di tanganmu aku belajar arti semangat dan pengorbanan

Di tanganmu aku belajar arti kehidupan

Aku bangga padamu

Yang selalu buatku tersenyum dalam kepiluan

Aku bangga padamu

Hiasi keluarga penuh kebahagiaan

Ayah....

Di bahumu aku teteskan air mataku

Di bahumu aku teteskan peluhku

Di bahumu aku teteskan bebanku

Di bahumu aku teteskan keluh kesahku

Aku bangga padamu

Yang tak pernah goyah jadi sandaran

Aku bangga padamu

Hiasi keluarga penuh kasih sayang

 

 



Rin Muna,

30 Oktober 2015

Bab 10 - Nyaman Bersama Manta

 





Minggu pagi, Ayu sudah terlihat rapi. Gaun warna putih dengan gambar ilustrasi bunga Allamanda warna kuning dan rambutnya yang lurus terurai, membuatnya terlihat lebih fresh dari biasanya.

“Ay, kamu mau ke mana?” Kening Nanda berkerut saat melihat istrinya itu sudah berpenampilan rapi pagi-pagi sekali.

“Ini weekend. Aku mau main ke rumah bunda. Kamu nggak kerja ‘kan? Aku nggak perlu siapin pakaian dan sarapan untuk kamu. Makan di luar sama Arlita aja kayak biasanya. Aku juga ada janji sama Dokter Nadine dan Dokter Sonny. Kebetulan, mereka lagi main ke Surabaya,” tutur Roro sambil tersenyum manis.

“Oh. Kamu nyuruh aku pergi sama  Arlita karena kamu mau ketemu sama Sonny?” tanya Nanda.

“He-em.” Ay mengangguk sembari menatap tubuhnya di depan cermin sekali lagi untuk memastikan tidak ada yang minus dari penampilannya.

Nanda terdiam sambil melirik tubuh Ayu. Kulit wanita itu tidak terlalu putih, tapi sangat mulus. Tidak ada bekas luka sedikit pun di tubuhnya dan terlihat mengkilap. Tanp sadar, ia mendekati tubuh Ayu dan menyentuh bagian punggungnya yang terbuka.

“Kamu apaan, sih!?” Ayu langsung beringsut menghindar.

“Ay, bukannya kemarin kita udah baikan? Mmh … kamu nggak berniat bawa aku? Kalau bundamu nanyain kenapa kita nggak dateng bareng, kamu mau ngomong apa?” tanya Nanda.

“Bilang aja kalau kamu lagi pergi weekend sama pacar kamu dan nggak ada waktu buat nemenin istri,” jawab Ayu santai.

“Kamu mau bikin aku dan orang tuaku berantem?” tanya Nanda.

“Berantem kenapa? Bukannya kamu udah biasa juga jalan sama pacar?” tanya Ayu balik. “Kalau mau jalan sama dia, kamu juga nggak pernah mikir perasaanku, perasaan orang tua kita.”

“Maksud kamu apa ngomong kayak gini? Asal kamu diam, mereka nggak akan tahu.”

“Oh. Kamu pikir, mereka itu buta? Tanpa aku kasih tahu, mereka akan tahu dengan sendirinya. Kamu datang ke acara ulang tahun kota sambil gandeng Arlita. You know, semua keluargaku juga ada di perjamuan itu termasuk ayah. Mereka diam bukan berarti nggak tahu kelakuan kamu, Nan. Aku tinggal bilang ke mereka kalau aku nggak mau melanjutkan hubungan rumah tangga ini dan semuanya kelar. Kita nggak perlu pura-pura bahagia.”

“Kamu ini kenapa? Kemarin, kita udah baikan dan baik-baik aja. Kamu ngomong kayak gini karena mau ketemu sama Sonny, makanya hatimu berubah!?” tanya Nanda.

“Aku sama Sonny Cuma berteman. Meski udah putus, nggak ada salahnya silaturahmi. Toh, kami ketemu nggak cuma berduaan doang. Ada Dokter Nadine juga di sana,” jawab Ayu.

“Aku ikut!” pinta Nanda.

“Eh!? Bukannya kamu ada janji jalan sama Arlita siang ini?”

“Kamu tahu dari mana?”

“Arlita kirim pesan ke aku,” jawab Ayu sambil menunjukkan layar ponselnya ke hadapan Nanda. Memperlihatkan pesan dari Thalita beberapa jam lalu yang mengatakan akan meminjam suaminya itu untuk pergi berlibur. Entah kenapa, hatinya mulai kesal saat Arlita masih terus menempel pada Nanda. Meski ia tidak mencintai Nanda, tapi dia adalah istri sahnya dan Arlita terang-terangan mengajak suaminya pergi keluar. Rasanya, ia masih tidak percaya bisa hidup dalam rumah tangga yang rumit, rumah tangga yang tidak ada impian di dalamnya meski hanya secuil saja.

“Nan, lebih baik kamu urus pacar kamu ini, ya! Meresahkan banget. Aku males berantem, males ribut-ribut. Jangan sampai aku ketemu langsung sama dia. Meski kamu nggak cinta sama aku, aku tetap istri sah kamu dan aku bisa nuntut kamu karena sudah menelantarkan istrimu.”

“Menelantarkan gimana? Aku nafkahi kamu setiap hari, Ay.”

“Nafkah dalam rumah tangga itu bukan sekedar uang, Nan. Kamu sama sekali nggak cocok jadi suami, apalagi jadi seorang bapak. Kalau bukan karena desakan keluarga, aku lebih baik jadi single mom seumur hidupku daripada harus menikah sama kamu.”

“Ay, kamu jangan mancing emosiku, ya! Aku sudah minta maaf dan ngajak kamu baikan. Kenapa kamu malah kayak gini? Bilang aja kalau kamu tuh mau ketemu mantan pacar kamu itu!” sahut Nanda kesal.

“Ya. Aku memang mau ketemu sama mantan pacarku dan kamu nggak perlu ikut karena bisa mengacaukan suasana!” tegas Ayu sambil berlalu pergi.

Nanda mendengus kesal. Ia menarik lengan Ayu dan langsung menghisap kuat leher wanita itu. Meninggalkan bercak merah di sana dengan sengaja.

“Kamu apa-apaan sih, Nan!?” seru Ayu sambil berusaha mendorong tubuh Nanda.

Nanda semakin menarik kuat tubuh Ayu dan kembali menghisap leher dan dada wanita itu dengan paksa. Meninggalkan bercak merah di tubuh wanita itu. “Silakan ketemu sama Sonny dan dia akan berpikir apa kalau lihat kissmark ini?”

Ayu menghela napas sambil menatap wajah Nanda. “Sonny itu pria yang dewasa dan baik hati. Dia nggak akan menolak kehadiranku hanya karena bekas cupangan di tubuhku ini. Meski seluruh tubuhku merah karena kissmark dari kamu, aku akan tetap ketemu sama Sonny dan Nadine!” tegasnya dan berlari keluar dari dalam kamar.

Nanda mendengus kesal sambil menatap punggung Ayu yang bergerak menghilang dari pandangannya. Ia berusaha mengejar langkah Ayu, namun dering ponsel yang ada di atas nakas … mengurungkan niatnya.

Nanda langsung meraih ponsel tersebut dan menjawab panggilan telepon dari Arlita.

“Nan, kamu bisa temani aku shopping ‘kan? Aku kangen sama kamu, Nan,” rengek Arlita dengan suara mendesah yang sengaja dibuat-buat.

Nanda menarik napas dalam-dalam sambil memejamkan matanya. “Iya. Aku temani kamu. Mau belanja apa, sih?”

“Belanja bulanan seperti biasa. Jemput aku di apartemen, ya!” pinta Thalita dari seberang telepon.

“Jam berapa?”

“Jam sembilan aja. Aku udah izin sama istri kamu. Dia nggak akan ganggu kita. Jadi, kamu bisa temani aku keluar sampe sore ‘kan?”

Nanda menghela napas sambil mondar-mandir di dalam kamarnya. Hatinya yang dulu pasti, kini mulai bimbang. Ia tidak tahu mana yang harus ia pilih. Menemani Arlita pergi berbelanja atau menyusul Ayu ke rumah orang tuanya dan ke restoran tempat ia janjian ingin bertemu dengan Sonny.

“Nan …! You hear me?” Suara Arlita membuyarkan lamunan Nanda.

“Yes, I hear. Aku jemput kamu jam sembilan.”

“Oke. Makasih, Sayang! Emmuach …!”

“Mmuaach …!” balas Nanda dan ia mematikan panggilan telepon dari Arlita.

Nanda menghela napas. Ia bergegas mempersiapkan dirinya untuk pergi bersama Arlita.

Sementara, Ayu memilih untuk pergi ke rumah bundanya. Berbincang beberapa hal tentang masa depannya sebelum ia menyusul Nadine dan Sonny di salah satu restoran yang telah ia janjikan sebelumnya.

Tepat di jam dua belas siang, Ayu melangkahkan kakinya perlahan, masuk ke dalam restoran bintang lima yang sudah dipesan Nadine dan ia segera pergi ke VIP Room.

“Siang …!” sapa Ayu sambil melangkah masuk ke ruang VIP yang sesuai dengan nomor yang diberikan Nadine.

“Siang, Roro Ayu …!” balas Nadine sambil menghampiri Ayu dan merangkulnya penuh ceria. “Look! Aku bawa siapa?” Ia memainkan mata ke arah Sonnya yang duduk di kursinya sambil tersenyum menatap Ayu.

“Aku sudah tahu, Nad. Kemarin, kamu sudah bilang ‘kan?” sahut Ayu.

“Mmh … iya juga, sih. Ayo, duduk!” pinta Nadine sambil mengajak Ayu untuk duduk di kursi kosong yang ada di sebelah Sonny.

“Gimana kabar kamu, Ay?” tanya Sonny.

“Baik. Kamu gimana?” tanya Ayu sambil menatap pria berkacamata dengan kulit sawo matang. Mata sipit dengan alis tebal dan hidung bangir … bagi Ayu, Sonny adalah pria tampan versi dirinya sendiri. Bukan hanya terlihat berwibawa di luar, Sonnya juga selalu bersikap lembut dan baik hati. Sebagai dokter muda, ia juga masuk dalam daftar mahasiswa terbaik. Ia benar-benar merasa hidupnya sangat menderita. Sudah memiliki kekasih yang begitu sempurna dan sesuai impiannya, tapi malah terenggut oleh tindakan biadab seorang pria yang kini berstatus sebagai suaminya.

Nadine menatap nanar ke arah Ayu yang matanya kini berkaca-kaca. “Ay, apa kamu butuh waktu untuk bicara berdua aja sama Sonny?”

“Nggak perlu, Nad. Ayu sudah menikah. Tidak pantas kalau aku hanya bicara berdua dengnnya. Kamu bisa jadi saksi pembicaraan kami. Dengan begini, aku akan lebih mudah menjelaskan pada Nanda jika dia mempertanyakan pertemuan ini,” tutur Sonny.

“Aku sudah bilang ke Nanda kalau  ketemu kamu di sini. Dia juga lagi pergi sama Arlita,” ucap Ayu lirih.

“Arlita siapa?” tanya Nadine.

“Pacarnya Nanda,” jawab Sonny.

Nadine mengernyitkan dahi. “Hubungan kalian ini gimana, sih? Aku nggak paham. Asli. Roro nikah sama Nanda. Tapi dia jalan sama Sonny. Terus, suami kamu itu masih punya pacar? Aku pusing mikirinnya, Ro.” Ia mengaduk-aduk orange juice di hadapannya dan menyesapnya perlahan sambil menatap wajah Ayu.

“Nggak usah dipikirin, Nad. Kalau bukan karena desakan keluarga, aku nggak akan nikah sama Nanda, sementara aku sudah tunangan sama Sonny. Aku ...” Ayu menghentikan ucapannya sambil melirik ke arah Sonny.

Nadine menaikkan kedua alisnya, menunggu Ayu melanjutkan ucapannya.

“Aku hamil anak Nanda, Nad,” ucap Ayu lirih sambil menundukkan kepala. Ia tidak bisa lagi menutupi hal ini dari Nadine. Toh, Sonny juga sudah mengetahui jika ia sudah mengandung anak dari Nanda.

Slrrrr ...!

Orange juice yang ada di dalam mulut Nadine langsung keluar begitu saja tanpa bisa dikendalikan.

“Nadine ...!” seru Ayu kesal saat tangannya ikut terkena percikan jus dari mulut Nadine.

“Sorry ... sorry ...!” Nadine langsung menarik tisu dan memberikannya pada Ayu. Ia menoleh ke arah Sonnya yang duduk di samping Ayu. “Son, kamu diam aja? Tunanganmu hamil anak orang lain dan kamu masih bisa baik sama dia? Hebat kamu, Son!” Ia mengacungkan jempol ke arah Sonny.

“Aku nggak punya alasan buat jahat sama Ay. Ini kecelakaan, Nad. Daripada keluarga ribut, lebih baik membiarkan Ay menikah dengan Nanda,” jawab Sonny.

Nadine menghela napas. “Hubungan kalian ini bikin aku sakit kepala.”

“Nggak usah ikut mikirin, Nad! Aku baik-baik aja, kok. Aku sama Sonny, masih bisa berteman meski kami nggak bisa bersama. Mungkin, jodoh kami hanya sampai bertunangan dan Tuhan punya rencana lain untuk kami,” ucap Ay sambil menatap wajah Sonny. Ia terus menyunggingkan senyuman ke arah pria itu. Jujur, ia sangat merindukan pria ini. Rindu tertawa bahagia bersamanya sembari melakukan banyak hal.

Sonny balas tersenyum ke arah Ayu. “Mungkin ... ini yang dibilang mencintai tak harus memiliki. Sekalipun aku nggak bisa miliki kamu, aku akan tetap cinta sama kamu.”

Ayu tersenyum dengan mata berkaca-kaca.

“Roro, nggak usah sedih! Jangan nangis!” pinta Nadine sambil menggenggam tangan Ayu. “Son, kamu jangan bikin Roro Ayu sedih, dong! Udahlah, kalian ikhlas dan hidup untuk masa depan masing-masing. Masih bisa berteman kayak dulu ‘kan?” Nadine tersenyum sambil mengerdip-ngerdipkan matanya.

Ayu dan Sonny saling pandang. Kemudian tersenyum dan mengangguk setuju.

“Nggak ada gunanya kalau kalian saling membenci. Lebih baik, saling support. Itu bisa bikin masa depan kita jauh lebih tenang. Aku tahu, kalian pasti jadi canggung. But, lama-lama akan terbiasa, kok,” tutur Nadine sambil tersenyum manis.

Ayu mengangguk setuju. Ia tidak memiliki pilihan lain. Bisa melihat Sonny dari dekat saja, ia sudah bahagia meski tidak bisa memiliki pria itu.

“Gitu, dong. Kamu jaga anak itu baik-baik, Ro. Meski kamu tidak menginginkannya, tapi Tuhan sudah mengirimkannya untukmu. Di luar sana, ada banyak orang yang kesulitan untuk mendapatkan keturunan. Kamu bersyukur karena Tuhan memberikanmu amanah. Kesempurnaan seorang wanita adalah menjadi seorang ibu,” tutur Nadine.

Ayu mengangguk tanda mengerti.

“Aku dokter kandungan dan Sonny dokter spesialis anak. Kamu bisa konsultasi sama kami sejak dini. Perkembangan anak harus diperhatikan dari seribu hari pertama kehidupan. Mulai dari dalam kandungan sampai usia dua tahun adalah saat-saat terpenting. Harus perhatikan asupan nutrisinya. Ibu hamil juga nggak boleh setress. Singkirkan semua masalah yang sedang kamu hadapi dan fokus untuk perkembangan anakmu dulu. Oke?” pinta Nadine sambil tersenyum manis.

Ayu mengangguk lagi. Ia merasa beruntung mendapatkan teman seperti Nadine. Andai saja ia bertugas di Surabaya, akan terasa lebih baik karena setiap hari bisa bertemu dan memiliki teman untuk berbagi. Sebab, Nanda yang masih terus bersama Arlita ... memang cukup mengganggu pikirannya.

“Selamat siang, Dokter Cantik ...!” sapa Rocky sambil berbisik di telinga Nadine.

Nadine langsung memutar kepalanya dan bibirnya tak sengaja menempel di pipi Rocky.

Rocky tersenyum manis. “Makasih ciuman sambutannya!”

Nadine buru-buru menarik wajahnya. “Kamu bener-bener cari kesempatan, hah!?” dengusnya.

“Mmuach ...!” Rocky langsung mengecup pipi Nadine dan merangkul pundak wanita itu. “Kangen sama aku? Makanya datang ke sini?” bisiknya.

“Kepedean banget, sih? Aku ke sini mau lihat kakek,” jawab Nadine.

“Sekalian ketemu aku ‘kan?” tanya Rocky sambil memainkan alisnya.

Nadine mengerutkan wajah sambil memutar bola matanya.

“Kalian berdua udah jadian lagi?” tanya Ayu sambil tersenyum bahagia melihat Nadine dan Rocky.

“Nggak Ro, males aku jadian sama cowok kayak gini,” sahut Nadine.

“Males tapi mau dicium juga,” goda Rocky sambil menyolek dagu Nadine.

“Apaan sih, Ky?” Nadine menepis tangan Rocky. “Nggak sengaja. Lagian, kamu kebiasaan banget main cium-cium aja!”

Ayu dan Sonny tertawa kecil melihat tingkah Rocky dan Nadine. Mereka terlihat saling mencintai, tapi enggan untuk berkomitmen. Mungkin karena Rocky yang don juan, membuat Nadine enggan dengan pria itu meski ada cinta di dalam hatinya.

“Nggak papa kamu nolak aku terus. Yang penting, papamu nggak nolak aku sebagai calon mantu dia,” tutur Rocky sambil duduk santai di sebelah Nadine. Tangan satunya, terlentang di belakang punggung wanita idamannya itu.

“Nggak usah bawa-bawa papa, ya!” dengus Nadine.

“Hehehe. Yah, mau gimana lagi. Aku nggak punya cara lain selain deketin papamu. Abisnya, kamu nolak aku terus. Jadi, aku harus bisa buat papamu menolak pria mana pun yang ngelamar kamu. Cuma aku yang boleh jadi suamimu,” ucap Rocky penuh percaya diri.

“Possesive!” dengus Nadine.

“Yah, daripada kamu dimiliki sama cowok lain. Apalagi kamu ke sini sama Dokter Sonny. Dokter Sonny baru aja putus sama tunangannya. Bisa aja kamu dilahap sama dia ‘kan?” sahut Rocky.

Sonny tertawa kecil sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “Nadine sudah seperti saudariku sendiri. Nggak akan seperti itu, Ky.”

“Bener, ya! Aku pegang omonganmu ini. Nadine Cantika hanya milik Enrocky seorang. Nggak ada yang boleh deketin dia!” tegas Rocky.

Nadine memutar bola matanya. “Kamu kebiasaan banget, sih? Aku nggak suka kalau kamu kayak gini, Ky. Emangnya kamu bisa dua puluh empat jam ada di sampingku? Aku juga berhak punya kehidupan. Kamu aja masih bisa jalan sama cewek lain, godain cewek-cewek cantik di luar sana. Kenapa aku dikaplingkan tanpa izin kayak gini?” protesnya.

Rocky terkekeh geli mendengar kalimat protes dari Nadine. “Kamu itu perempuan. Beda sama laki-laki. Perempuan itu harus setia!”

“Terus, laki-laki nggak boleh setia, gitu?” tanya Nadine.

“Boleh. Tapi ... laki-laki itu memang harusnya berkelana. Supaya bisa lihat banyak dunia. Supaya bisa tahu ... dari ribuan cewek yang aku kenal dan aku deketin. Cuma kamu satu-satunya wanita terbaik yang bikin hatiku bergetar,” jawab Rocky sambil tersenyum.

“Hmm ... kalau soal gombal, kamu emang paling pandai,” celetuk Nadine.

“Iya, dong. Ayahku paling jago kalau gombalin bundaku. Bunda seneng aja tuh digombalin sama ayah. Kenapa kamu nggak ada seneng-senengnya sama sekali kalau digombalin?” tanya Rocky.

“Aku nggak suka bertele-tele, Ky.”

“Ya udah, besok aku lamar kamu. Gimana?” Rocky memainkan alisnya menatap Nadine.

“Ogah!”

“Aih. Kapan sih kamu terima aku, Nad?” tanya Rocky sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Tunggu kamu berubah,” sahut Nadine.

“Berubah jadi apa? Cinta itu harus terima apa adanya,” tanya Rocky.

“Kalimat itu hanya berlaku untuk pria yang nggak mau berusaha,” sahut Nadine sambil mengunyah makanan di mulutnya.

“Kamu ...!?” Rocky menatap kesal ke arah Nadine.

Ayu terus tertawa melihat perdebatan dan pertikaian antara Nadine dan Rocky. Ia selalu terhibur melihat dua pasangan itu. Hubungan mereka yang pasang surut, tetap saja terlihat romantis dan selalu ada cinta di mata mereka masing-masing.

Di tempat lain ...

Nanda mulai jengah saat ia melangkahkan kakinya menemani Arlita berkeliling di pusat perbelanjaan. Biasanya, dia selalu menemani wanita ini dengan senang hati. Tapi kali ini, perasaannya sungguh berbeda. Pikirannya terus melayang jauh pada Sonny dan Ayu yang sedang janjian untuk makan siang bersama.

“Nan, yang ini bagus atau nggak?” tanya Arlita sembari menunjukkan sebuah gaun malam seksi yang ia pilih untuk dirinya sendiri.

“Bagus,” jawab Nanda tanpa melihat ke arah Arlita. Ia meletakkan semua paper bag yang ia bawa dan duduk di sofa yang ada di butik tersebut.

Arlita tersenyum. Ia sibuk memilih pakaian lain yang ia suka dan bisa ia gunakan untuk pergi party bersama teman-temannya.

Nanda menggigit bibir bawahnya sambil mengeluarkan ponsel dari saku jasnya. Ia ingin mengirim pesan pada Ayu, tapi tidak tahu kalimat apa yang harus ia tanyakan pertama kali pada istrinya itu. Beberapa kata yang sudah ia tulis, ia hapus lagi. Mengirimkan pesan pada istrinya saja, ia menjadi sangat bimbang seperti ini.

Nanda menghela napas kesal. Ia akhirnya men-dial nomor Ayu untuk mempertanyakan keberadaan wanita itu.

“Halo ...!” suara merdu Roro Ayu langsung menggema di telinga Nanda.

“Ach, sial ...!” umpat Nanda dalam hati. Ia memijat kepalanya yang berdenyut saat mendengar suara Ayu yang begitu sensual di telinganya. Dadanya tiba-tiba penuh sesak hanya karena mendengar satu kata lembut saja dari bibir wanita itu.

“Halo, Nanda ...! Are you there?” tanya Ayu lembut.

Nanda menarik napas dalam-dalam dan membuangnya dengan kasar. “Kamu di mana? Sudah selesai makannya?”

“Masih di restoran sama Nadine, Rocky dan Sonny,” jawab Ayu.

“Rocky itu siapa lagi?” tanya Nanda.

“Pacarnya Nadine,” jawab Ayu lembut.

“Di restoran mana?” tanya Nanda lagi.

“Kamu mau nyusul?” tanya Ayu balik.

Nanda terdiam selama beberapa saat.

“Kalau kamu mau nyusul, aku akan kasih tahu tempatnya. Without Arlita,” jawab Ayu.

“Kamu bisa pergi sama Sonny, kenapa aku nggak bisa bawa Lita?” tanya Nanda.

“Sonny dan Arlita itu berbeda,” jawab Ayu dan langsung memutuskan panggilan telepon dari Nanda.

Nanda mendengus kesal sembari menatap layar ponselnya yang sudah mati. “Shit!”

“Kenapa, Nan?” tanya Arlita saat mendengar Nanda mengumpat kesal. Ia langsung duduk di samping Nanda dan bergelayut manja.

“Ayu nih ngeselin banget. Waktu dia masih pacaran sama Sonny, dia selalu baik sama aku. Dia juga penurut banget sama pacarnya itu. Giliran udah jadi istriku, dia selalu aja ketus sama aku dan pembangkang. Aku udah coba buat bersikap baik sama dia. Eh, besoknya tetep aja masih nyebelin. Aku kayak nggak ada harganya sebagai suami,” jawab Nanda sambil menahan kesal.

“Nan, Ayu itu emang independen woman. Mana mau dia diperintah sama laki-laki. Aku tahu banget sifat dia yang dominan dan sok star itu. Kamu pelihara aku aja! Aku akan nurutin semua yang kamu mau. Bisa menemanimu bersenang-senang setiap hari kalau kamu jengah dengan istrimu di rumah.” Arlita berbisik di telinga Nanda.

Nanda menghela napas dan menatap lekat wajah Arlita. “You’re a good puppy,” ucapnya sambil tersenyum dan menjepit dagu Arlita.

Arlita balas tersenyum dan menatap wajah Nanda penuh cinta. “Setelah Ayu melahirkan, kamu ceraikan dia nikahi aku, ya!” pintanya manja.

Nanda mengangguk. “Udah selesai pilih bajunya?”

“Udah. Udah aku taruh di kasir,” jawab Arlita sambil menunjuk meja kasir dengan dagunya.

Nanda langsung bangkit. Ia menghampiri meja kasir dan mengeluarkan sebuah kartu dari dalam dompetnya.

Arlita tersenyum puas saat Nanda masih terus menjamin kelangsungan hidupnya. Baginya, Nanda adalah ladang uang yang tidak akan ia lepaskan dengan mudah begitu saja. Baginya, Roro Ayu tidak ada apa-apanya dan ia akan menyingkirkan wanita itu perlahan.

Hubungan pertemanan yang terjalin di antara mereka, sudah terputus sejak Roro Ayu mengkhianatinya dan mengandung anak dari Nanda. Karena wanita itu sudah menghancurkan semua rencananya dan nyaris kehilangan Nanda. Ia tidak peduli dengan status Nanda saat ini. Dia masih sangat mencintai Nanda dan membutuhkan pria itu dalam hidupnya.

“Mau cari apa lagi?” tanya Nanda setelah ia selesai membayar semua tagihan belanja milik Thalita.

“Mmh ... nggak ada. Semuanya udah lengkap. Gimana kalau kita pergi makan?”

“Mau makan di mana?” tanya Nanda.

“de Soematra enak. Gimana?” tanya Arlita balik sambil meraih banyak paper bag yang tergeletak di lantai dan memberikannya sebagian ke tangan Nanda.

“Boleh.” Nanda mengangguk. Ia bergegas keluar dari pusat perbelanjaan Galaxy Mall dan menuju ke sebelah barat kota tersebut untuk mencapai rumah makan yang bisa ditempuh dengan waktu sepuluh menit saja saat jalanan lengang.

 

 ((Bersambung ...))


 

DAFTAR BACAAN :

 Bab 1 - Pesta Malapetaka 

Bab 2 - Bayi yang Tak Diinginkan

Bab 3 - Pukulan untuk Ayah

 Bab 4 - Tak Ingin Berdamai

Bab 5 - Menolak Pernikahan Kontrak

Bab 6 - Hari Pertama Jadi Mantu

Bab 7 - Tak Harmonis

Bab 8 - Mulai Cemburu

Bab 9 - Membangun Hubungan

Bab 10 - Nyaman Bersama Mantan

 ______________________


Dilarang keras menyalin, memperbanyak dan menyebarluaskan konten ini tanpa mencantumkan link atau izin tertulis dari penulis.

©Copyright www.rinmuna.com


 

 

 

 


[Puisi] - Daun Kecil si Pemberi Napas

 

Source : pixabay.com



Daun kecil si pemberi napas

Menangis mengadu pada alam

Apa aku akan seperti leluhurku

Menggenggam erat bumi dari hantaman badai

Melindungi bumi dari senyawa beringas

Mengatur air agar tetap terjaga kenikmatannya

Menghasilkan udara dan makanan untuk manusia yang tidak pernah menghargai hidup kami

Kami akan  dibunuh dalam sungingan teriak kami

Kak kami dipaksa melepas bumi

Tubuh kami dikuliti

Kami dibakar dan kami musnah

 


Balikpapan, 2013

Saturday, March 12, 2022

Kenangan Bersama Ibu Rullyta Aminudin [Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Masa Kini]


 


 

Hai, guys ...!

Kali ini aku mau cerita sesuatu yang penting banget buat kalian semua.

Jangan di-skip bacanya biar kalian tahu tentang makna hidup dan sosok pahlawan di sekelilingmu! Karena kali ini aku mau cerita tentang sosok pahlawan yang ada sekitar kita. Karena lagi ada Kontes Blog Super Bercerita ke IV dari Aplikasi Super yang akan mengangkat tema tentang sosok pahlawan yang inspiratif di sekitar kita.

Menurutmu, pahlawan itu apa sih? Siapa nih yang udah punya sosok pahlawan dalam hidupmu?”

Kalau menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.

Orang yang disebut pahlawan sudah pasti memiliki nilai-nilai kepahlawanan. Ada lima nilai-nilai kepahlawanan yang dimiliki oleh seorang pahlawan yakni; rela berkorban, mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, pantang mundur, cinta tanah air, dan, ikhlas dan tanpa pamrih.

Nah, kali ini aku bakal cerita tentang sosok pahlawan yang punya arti dan mempengaruhi hidupku. Biasanya, aku selalu menempatkan ibu sebagai pahlawan nomor satu dalam hidupku. But, kali ini aku akan menuliskan tentang sosok pahlawan lain di sekitarku. Semua orang yang telah membantuku, mereka adalah sosok pahlawan. Aku tidak akan pernah melupakan jasa-jasa mereka.

Dan kali ini, aku ingin memperkenalkan seorang wanita yang telah memberikan banyak pelajaran hidup dan juga berperan mengubah hidupku.

Ibu Rullyta Aminudin adalah sosok wanita yang begitu menginspirasi bagi saya. Karena beliau telah memberikan banyak pelajaran hidup, telah memberikan akses menuju satu kata “sukses” dalam hidup saya. Membangun sebuah kepercayaan diri yang tidak pernah saya miliki sebagai orang kampung.

Pada akhir tahun 2017, Tuhan menentukan takdir saya untuk bertemu dengan sosok wanita baik hati ini di salah satu pameran seni yang diadakan oleh kota Balikpapan. Saat itu, saya langsung tertarik dengan lapak buku yang beliau gelar di tempat tersebut. Membuat kami berkenalan dan saling mengenal lebih jauh.

Ibu Rullyta adalah seorang pendidik, pegiat & penggiat literasi, relawan, seorang ibu, dan inspirator sekaligus. Beliau adalah pendiri dan pengelola Kampoeng Literasi (TBM An-Nisa) kota Balikpapan.

Pertemuan saya dengan beliau adalah sebuah takdir yang berhasil mengubah hidup saya. Dari beliaulah saya terinspirasi untuk mendirikan taman baca seperti yang beliau dirikan. Karena buku-buku adalah bagian dari impian saya. Saya adalah bagian dari orang yang suka dengan buku-buku dan saya ingin buku-buku yang saya baca juga bisa dibaca oleh banyak orang. Terutama untuk mereka yang suka membaca, tapi tidak memiliki uang untuk membeli buku.

Saat itu, saya dan suami tidak punya pekerjaan. Saya berhenti dari perusahaan dan memutuskan sebagai ibu rumah tangga biasa. Karena tidak memiliki kesibukan, saya berusaha mewujudkan impian saya untuk memiliki perpustakaan pribadi.

Berawal dari diskusi kecil dengan Ibu Rullyta, akhirnya saya memberanikan diri membuka sebuah taman bacaan masyarakat hanya bermodalkan lima puluh buku koleksi pribadi. Pada Februari 2018, saya mendirikan sebuah taman baca yang saya beri nama “Taman Bacaan Bunga Kertas” yang saat ini dikenal sebagai "Yayasan Rumah Literasi Kreatif". Hingga saat ini, taman baca saya terus berkembang. Dari koleksi lima puluh buku, terus bertambah hingga lebih dari seribu lima ratus buku. Dalam tiga tahun terakhir ini, taman baca yang saya dirikan mendapat penghargaan setiap tahunnya untuk program pemberdayaan masyarakat yang bekerjasama dengan perusahaan swasta.

Dari beliau juga, saya lebih banyak belajar. Terutama kepercayaan diri saya yang hanya lahir sebagai anak pelosok dan lulusan SMA. Beliau tidak pernah berhenti memberikan booster untuk saya. 

Ketika saya bilang “Saya nggak bisa, Bu. Saya cuma lulusan SMA.” karena saya memang tidak percaya diri. Tapi beliau selalu bilang kalau ijazah bukanlah satu-satunya modal bagi kita untuk berperan di masyarakat. Karena pengetahuan dan wawasan kita tidak ditentukan oleh selembar ijazah. Ketika kita sudah bisa berperan dan diterima oleh masyarakat, selembar ijazah itu bisa kita dapatkan dengan program pembelajaran khusus.

Dari situlah saya semangat untuk belajar. Menambah wawasan dan pengetahuan dengan cara membaca buku. Hingga akhirnya saya bertemu dengan ilmu yang berhasil mengubah hidup saya. Dari beliaulah saya terinspirasi untuk lebih banyak belajar. Selama kita bisa membaca dan memahami bacaan kita, maka kita akan memiliki akses menuju ke masa depan yang lebih baik.

Dari membaca, saya memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan tentang bagaimana menggunakan sosial media dengan baik hingga merambah ke blogger. Dari hobby membaca, saya tertarik untuk membuat tulisan dan memang memiliki cita-cita sebagai novelis. Awalnya, saya tidak percaya kalau saya akan hidup sebagai seorang novelis. Terlebih, saya tidak tahu kalau menulis bisa menghasilkan uang.

Berbekal pengetahuan dan wawasan dari buku-buku dan tulisan yang saya baca, saya akhirnya bisa menciptakan sebuah tulisan. Semakin banyak membaca, kosa kata kita akan bertambah dan semakin berani untuk menulis. Membuat saya akhirnya bisa menulis novel dengan ribuan bab dan memiliki penghasilan hingga ratusan juta. Sangat berbeda jauh dengan ketika saya bekerja di perusahaan.

Bagi saya, orang-orang yang telah menginspirasi dan mengubah hidup saya adalah seorang pahlawan. Terkadang, satu kalimat saja bisa menggugah hati kita untuk lebih bersemangat menjalani kehidupan ini. Ada banyak kalimat motivasi dan inspiratif dari orang-orang besar yang terdengar di telinga kita, tapi tidak membuat hidup kita berubah. Malah, orang-orang biasa di sekitar kita yang memberikan inspirasi dan membuat kita menjadi besar.

Orang yang membukakan pintu untuk akses menuju kesuksesan adalah pahlawan bagi saya. Saya tidak bisa bersikap dan berkata bahwa apa yang saya miliki adalah murni kerja keras saya tanpa peran orang lain. Ada banyak orang-orang yang berperan dalam hidup saya dan Ibu Rullyta adalah inspirasi, role model yang telah membuat saya bersemangat untuk belajar hingga bisa berdiri di titik ini.

Terima kasih untuk mendiang Ibu Rullyta yang telah memberikan semangat pada saya! Menjadi pahlawan bagi saya dan bagi banyak orang di luar sana. Memberikan inspirasi tiada henti tanpa pamrih. Tidak mengharapkan balasan dan selalu tulus memberikan pelajaran hidup pada banyak orang di luar sana.

Saya percaya, bukan hanya saya yang tergugah hatinya karena motivasi dari beliau. Ada banyak orang yang terinspirasi oleh perjuangan beliau. Saya tidak pernah lupa senyum terakhir beliau di saat kritis melawan kanker di tubuhnya. Dia menggenggam erat tangan saya dan berkata, “Penerusku.”

Kalimat terakhir beliau membuat saya tergugah untuk terus menjadi inspirasi di daerah saya. Menjadi seorang ibu yang tidak pernah berhenti belajar, selalu tulus membantu sesama, bermanfaat untuk banyak orang, tetap berprestasi dan memberikan inspirasi untuk negeri.

Terima kasih untuk pahlawan yang telah berhasil mengubah hidup saya dan banyak orang di luar sana ...! Jasa-jasamu tidak akan pernah aku lupakan. Bagiku, relawan pendidikan adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya.

Kalau kalian ingin tahu lebih dalam tentang sosok Almarhumah Ibu Rullyta, kalian bisa baca karya beliau berjudul "Kisahku dan Buku"  yang ditulis ketika dia berjuang melawan kanker.



Siapa pahlawan tanpa tanda jasa yang ada di dalam hidupmu dan mampu membuat hidupmu berubah?

 

Demikian tulisan kecil dariku, semoga menginspirasi dan memotivasi kalian semua.



Oh ya, aku mau kasih tahu ke kalian kalau Kontes Blog Super Bercerita ke IV udah buka, loh. Kalian bisa bikin konten blog mulai April - Juni 2022. Pada kontes blog kali ini, Super Bercerita akan mengangkat tema #KadoUntukPahlawan. Kalian bisa mengangkat sosok-sosok inspiratif yang ada di sekitar kalian dan layak mendapatkan predikat sebagai pahlawan. Blogger dengan tulisan terbaik akan mendapatkan hadiah dari Aplikasi Super dan sosok pahlawan yang diangkat dalam tulisan juga akan mendapatkan kado, loh.

Yuk, buat kalian yang suka nge-blogging. Wajib banget ikut kontes ini! Selain dapet hadiah, kalian juga bakal dapet pahala karena sudah memberikan kado dari karyamu untuk pahlawan yang membantu menginspirasi hidupmu.

Kalian bisa klik link di bawah ini untuk ikut kontesnya, ya!

Kontes Super Bercerita ke IV

 

 

 

 

  

 

 

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas