Sunday, May 9, 2021

Secret Beloved - Vella Nine

 


“Secret Beloved”

A short story by Vella Nine


 

 

 

“Hei ...!” Rara langsung menyenggol lenganku saat aku sedang duduk di tepi lapangan.

Lapangan futsal di sekolah disulap menjadi panggung pensi usai ulangan semester. Aku salah satu siswa yang tidak pernah ketinggalan hadir di setiap harinya.

“Eh, kamu kenapa sih? Dari tadi ngelamun terus?” tanya Rara sambil duduk di sampingku. Ia menyodorkan kantong plastik berisi es teh ke hadapanku.

Aku langsung meraih es teh tersebut. Ini pertama kalinya aku melamun di tengah-tengah keramaian. Ah, entah berapa orang yang menyadari lamunanku. Kurasa, hanya Rara seorang dari sekian ratus siswa.

“Kamu nunggu Kak Ian tampil lagi?” tanya Rara sambil menatap panggung yang sedang mempersembahkan tarian daerah khas Aceh.

Aku menggelengkan kepala.

“Halah, ngaku aja! Abis ini, jadwalnya Kak Ian tampil main tingkilan loh,” tutur Rara.

Aku hanya tersenyum kecil. Entah kenapa, kali ini aku tidak begitu bersemangat melihat penampilan Kak Ian. Apa karena kejadian dua hari lalu ...???

Kak Ian termasuk cowok paling populer di sekolah. Dia tidak seganteng Li Hongyi, tapi menjadi favorite semua cewek di sekolah karena sifatnya yang humble dan banyak terlibat dalam kegiatan sekolah.

Kak Ian, pemilik nama asli Satria Satwika itu tidak hanya terampil memainkan musik tradisional tingkilan asal Kalimantan. Ia juga vokalis dan gitaris salah satu band ternama di kota ini. Selain di dunia musik, Kak Ian aktif menjadi komandan paskibraka sekolah, menjadi wakil ketua osis, juga aktif dalam kegiatan rohani di sekolah.

Siapa yang tidak mengenal Kak Ian di sekolah dengan kegiatan dan organisasinya yang seabrek itu? Bahkan, anai-anai penghuni perpustakaan yang tidak pernah keluar dari ruang perpustakaan pun mengenal Kak Ian.

 

Semua cewek di sekolah mengagumi Kak Ian walau kelakuannya slengean dan penampilannya selalu berantakan. Tidak pernah memasukkan baju ke dalam celananya, bahkan memakai topi pun asal nempel di atas kepalanya. Kalau soal kerapian pakaian, sudah pasti nilanya di bawah angka lima puluh.

 

Aku juga tidak mengerti kenapa aku menjadi deretan cewek yang ikut mengagumi Kak Ian. Yah, sekedar kagum saja. Bukan karena menyukai sosok cowok berkulit sawo matang yang memiliki tinggi badan seratus tujuh puluh dua sentimeter itu.

 

 

Dari mana aku tahu tinggi badan Kak Ian seakurat itu? Ah, sepertinya rasa kagumku ini bukan hanya karena kegiatan organisasi dan prestasi-prestasi yang sudah ia ukir. Tapi, mulai memerhatikan kehidupan pribadinya. Aku sangat mengetahui ukuran nomor sepatu, ukuran kemeja dan celananya, makanan favoritnya juga tempat dia biasa nongkrong bersama teman-temannya.

 

“Woy ... masih aja ngelamun!” Rara berteriak tepat di telingaku.

 

“Sialan kamu!” makiku sambil menutup kuping. “Kupingku sampe ‘peng-peng-peng’ kayak gini. Kalo gendang telingaku pecah gimana?”

 

“Hahaha. Abisnya ngelamun terus,” tutur Rara. “Eh, itu Kak Ian. Cakep banget!” seru Rara sambil menunjuk ke arah panggung.

 

Aku hanya tersenyum kecil. Aku tidak tahu bagaimana harus menghadapi Kak Ian. Sejak pertama masuk sekolah hingga aku duduk di kelas sebelas, aku sudah mengagumi Kak Ian seperti yang dilakukan oleh semua cewek di sekolah. Satu setengah tahun, cukup untuk mengetahui banyak hal tentang Kak Ian.

 

Dua hari lalu, aku dihadapkan dengan keadaan yang membuatku menjadi canggung, malu dan tidak punya nyali menghadapi Kak Ian. Aku terus membayangkan bagaimana seluruh cewek di sekolah menyerangku karena mereka mengetahui apa yang telah terjadi antara aku dan Kak Ian.

 

“Rin ...! Maurin!” Rara kembali menyadarkan lamunanku. Aku langsung menoleh Rara yang duduk di sampingku.

 

Rara menunjuk-nunjuk seseorang dengan bola matanya. Aku langsung menatap sepasang kaki yang sudah ada di hadapanku. Aku menengadahkan kepala menatap sosok pria pemilik kaki tersebut.

 

Oh ... Tuhan! Berapa lama aku melamun tentang Kak Ian? Kenapa aku terlarut dalam lamunan yang begitu lama hingga aku tidak menyadari penampilan Kak Ian kali ini. Lebih parahnya lagi, aku tidak menyadari kalau Kak Ian sudah berdiri di hadapanku.

 

Kak Ian melambaikan tangannya tepat di depan wajahku.

Aku langsung gelagapan begitu menyadari kehadirannya. Oh, tidak! Aku tidak tahu bagaimana ekspresiku saat ini. Otakku terasa sangat kacau. Sepertinya, aku telah melakukan hal yang memalukan.

“Ayo!” Kak Ian tertawa kecil sambil mengulurkan tangannya ke arahku.

“Eh!? Ke mana?” tanyaku bingung.

“Pulang.”

Rara membelalakkan mata begitu mendengar ucapan Kak Ian. “Rin, kamu diajak pulang sama Kak Ian. Ini kesempatan langka, buruan!” bisiknya di telingaku.

“Mmh ... aku belum mau pulang. Tunggu pensi kelar,” jawabku sambil tersenyum ke arah Kak Ian.

“Tapi kita sudah janji sama mama kamu kalau ...”

Aku langsung bangkit dan membungkam mulut Kak Ian. “Jangan bilang apa pun tentang hubungan kita di sini!” pintaku berbisik.

“Kenapa?” tanya Kak Ian sambil menggenggam pergelangan tanganku.

Aku mengedarkan pandanganku. Semua mata tertuju pada kami berdua. Aku tidak sanggup menjadi pusat perhatian banyak orang. Terlebih, Kak Ian punya banyak penggemar. Aku tidak ingin semua orang tahu kalau ... kalau ... kalau aku dan Kak Ian punya hubungan lain di luar sekolah.

“Eh!?” Aku terkejut saat tangan Kak Ian menarik kuat pergelangan tanganku dan membawaku keluar dari kerumunan banyak orang.

“Kak, lepasin!” pintaku saat kami tiba di lorong yang sepi. Aku berusaha melepas pegangan tangan Kak Ian yang begitu erat.

Kak ian melepas tanganku dan berbalik menatap wajahku. “Kenapa?”

“Aku malu diperhatikan banyak orang.”

“Kamu malu punya pacar kayak aku?”

“Kita nggak pacaran,” sahutku cepat.

“Rin, aku nggak ngerti sama kamu. Semua cewek di sekolah ini pengen jadi pacarku. Kenapa kamu malah nggak mau sama aku?”

Aku menggelengkan kepala. “Kak, hubungan kita karena perjodohan orang tua. Bukan karena kita saling mencintai. Aku tahu, Kakak seperti ini karena aku nggak enak sama orang tuaku. Aku bakal mengatasi mereka supaya perjodohan kita dibatalkan.”

“Kenapa kamu pengen perjodohan ini batal?” tanya Kak Ian.

“Karena aku nggak mau punya hubungan sama seseorang yang nggak sayang sama aku. Lagipula, aku masih kelas dua SMA. Perjalanan kita masih panjang. Bisa aja suatu saat nanti, kita bertemu sama orang yang benar-benar kita cintai.”

“Apa aku pernah bilang kalau aku nggak sayang sama kamu?”

Aku menggelengkan kepala. “Kamu juga nggak pernah bilang kalau kamu sayang sama aku,” jawabku sambil tersenyum.

Kak Ian merogoh saku celana dan mengeluarkan kain merah dari sakunya. “Ini punya kamu kan?” tanya Kak Ian sambil menunjukkan syal paskibra di tangannya.

Aku menggelengkan kepala. “Banyak yang punya syal kayak gitu.”

“Di sini, ada bordiran nama Maurin,” tutur Kak Ian sambil mendekatkan tubuhnya.

Aku melebarkan kelopak mataku. Ia hampir lupa kalau syal paskibra miliknya memang pernah ia pinjamkan kepada Kak Ian setahun lalu. Pantas saja, aku terus mencari dan tidak bisa menemukan syalku.

Aku meringis ke arah Kak Ian. “Kakak ambil aja! Aku bisa beli lagi, kok.”

“Rin, aku nggak ngembalikan syal kamu bukan karena aku nggak mampu beli syal lagi atau nggak punya syal lain. Setiap aku paskibra, aku selalu pakai syal ini sambil melihat kamu dari jauh.”

Aku terdiam. Masih tidak mengerti maksud dari ucapan Kak Ian.

“Sejak kamu ngasih pinjam syal ini, aku udah suka sama kamu. Aku cuma nggak tahu gimana caranya bisa deketin kamu di sekolah. Bahkan aku nggak punya keberanian buat nyapa kamu, Rin. Aku bahagia banget saat tahu orang tua kita bersahabat dan mempertemukan kita.”

Aku langsung menatap wajah Kak Ian. “Benarkah dia menyukaiku sejak setahun lalu?”

“Aku nggak mau perjodohan kita batal. Aku mau kamu dari dulu. Aku nunggu lama banget buat dapetin kesempatan ini. Kesempatan buat deket sama kamu. Bisa nggak kalau kita ... pacaran bukan karena perjodohan itu?”

“Maksud Kak Ian?”

“Aku sayang sama kamu, jauh sebelum kita dijodohkan. Aku nggak bisa terus-terusan memerhatikan kamu dari kejauhan. Aku pengen jadi orang yang paling dekat sama kamu.” Kak Ian menyentuh lenganku. “Seperti ini ...” Ia menempelkan dahinya ke dahiku.

Oh ... My God! Aku tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhku. Apa jantungku sudah lepas dari tempatnya? Apa jantungku masih berdetak? Kenapa aku tidak bisa mengatakan apa pun saat menatap wajahku yang tergambar jelas di dalam manik matanya.

Perasaanku tak karuan, telapak tanganku gemetaran, berusaha mencari sesuatu untuk bisa menopang tubuhku agar tidak terjatuh. Tanpa sadar, aku langsung memeluk punggung Kak Ian saat bibirnya berhasil membuat seluruh tubuhku membeku.  Oh ... God! Ciuman pertamaku ...

 

 

(( Selesai ... ))

 

Terima kasih sudah membaca. Ini adalah cerpenku yang ke ...? Ah, entahlah. Aku tak pernah menghitungnya. Kalau suka sama ceritanya, silakan komen di bawah biar author makin semangat nulisnya!

 

 

Much Love,

-Vella Nine-

 

 

 

 

 

 

 


Monday, April 26, 2021

Biarkan Nama Desa Beringin Agung Abadi dalam Berkarya!



Mungkin, semua warga desa Beringin Agung masih ingat kasus pemberitaan negatif yang berhasil menjadi pencarian teratas di Google dengan kueri 'Desa Beringin Agung' tahun 2012.

Saat itu ... aku yang sudah bergabung dengan komunitas penulis nasional, merasa tertampar ketika mereka bertanya tentang tempat tinggalku seperti apa. Mereka mencari nama Desa Beringin Agung dan yang muncul di pencarian teratas adalah pemberitaan negatif.

So, saat itu juga aku mulai berpikir ... bagaimana caranya menghapus pemberitaan negatif itu dari media? Otomatis, aku tidak akan bisa melakukannya dan pemberitaan itu akan abadi di sana sampai 500 tahun ke depan selama internet masih ada.

Yang ada di kepalaku saat itu adalah ... bagaimana aku bisa memunculkan impresi positif ketika orang luar mencari tahu tentang Desa Beringin Agung. Aku ingin melakukan hal positif, menuliskan hal-hal positif yang bisa menutupi pemberitaan negatif tentang daerah tempat tinggalku.

Alhamdulillah ... tahun ini ... hampir semua peemberitaan yang muncul adalah positif. Berhasil menutupi pemberitaan negatif yang sudah tertulis sejak tahun 2012 dan abadi di pencarian teratas sampai tahun 2018. 

Ada banyak kegiatan positif di desa. Tapi tidak pernah tertulis. Sehingga yang abadi adalah yang ditulis dan dituliskan di sana.
Bayangkan jika tidak ada media yang mau ekspose kegiatan positif di desa kita ini?
Mungkin, sampai 50 tahun ke depan ... nama predator itu akan tetap abadi dan menjadi opening yang mencengangkan untuk desa kami.

Oleh sebab itu, jangan remehkan profesi seorang penulis. Kamu hanya perlu menghargainya dengan membaca saja. 
Sebab, penulislah yang menciptakan sebuah keabadian. Kita bisa mati besok, tapi tulisan kita tetap abadi sampai 500 tahun ke depan.

Banyak orang hebat di dunia ini ...
Tapi mereka hilang dari sejarah karena tak pernah dituliskan. Jika tidak ada yang menulis kisah tentangmu, tulislah kisah tentang dirimu sendiri. Tentang bagaimana kamu berjuang untuk keluargamu, untuk orang-orang di sekelilingmu dan untuk tempat tinggalmu.


Terima kasih untuk semuanya yang telah mendukung aku yang kecil ini sehingga bisa melakukan hal besar lewat tulisan.

Biarlah namaku abadi bersama tulisan-tulisan yang kurangkai untuk masa depan kelak...

Wednesday, April 14, 2021

8 Manfaat Karamunting

 



8 Manfaat Karamunting

 

Hai ... hai ...!

Apa kabar semuanya?

Hari ini ... aku abis pulang dari kebun buat ngambil buah kelapa sawit. Langsung deh duduk di depan laptop untuk melepas penat dan mencari hiburan.

Eits ...! Apa sih yang bikin aku tiba-tiba langsung open laptop? Padahal, aku baru aja dari kebun.

Hmm ... ini, nih. Ada ilmu baru yang mau aku share ke kalian.

Di kebun tadi, aku melihat keindahan bunga karamunting. Tahu ‘kan? Yang bunganya cantik warna ungu dan buahnya bisa dimakan itu?

Kalau anak-anak zaman dulu, suka banget makan buah karamunting ini karena rasanya enak dan bikin lidah kita jadi biru keungu-unguan gitu. Ada nggak sih yang masih mengalami gimana serunya nunjukkin lidah yang udah berubah warna setelah makan buah karamunting ini?

Aku tuh termasuk anak yang jahil di zamannya. Seneng banget ngumpulin buah karamunting cuma buat nunjukkin kalau lidah aku sudah berubah jadi biru. Hahaha.

Setelah aku cari tahu ... Eh, ternyata tanaman yang tumbuh liar di desaku ini ... termasuk tanaman yang kaya manfaat, loh. Aku juga baru tahu setelah aku penasaran mencari nama ilmiah karamunting di internet.

Karamunting ini memiliki nama ilmiah Rhodomyrtus tomentosa dan termasuk dalam famili Myrtaceae (jambu-jambuan).

Karamunting memiliki nama yang berbeda di beberapa daerah. Kalau di daerah kamu, namanya apa ya? Sharing, dong!

Tanaman liar berkayu ini merupakan tanaman yang berasal dari Asia Selatan dan Asia Tenggara. Sampai akhirnya menyebar ke daerah tropis dan subtropis dengan ketinggian mencapai 2400 m.

Di beberapa tempat, karamunting dijadikan tanaman hias karena bunganya yang cantik dan sangat menarik. Di tempat lain juga ada yang menganggap karamunting adalah gulma pengganggu karena pertumbuhannya yang sangat cepat hingga mengalahkan vegetasi aslinya.

Karamunting yang dianggap sebagai gulma oleh sebagian orang ini ... ternyata memiliki banyak manfaat, loh. Mau tahu, apa aja sih manfaat dari karamunting ini?

Yuk, simak artikel di bawah ini:

  1. Buah Sebagai antioksidan

Ekstrak antosianin dari buah karamunting memiliki aktivitas antioksidan yang kuat. Antioksidan diperlukan untuk mencegah dan mengurangi penyakit akibat radikal bebas. Penyakit yang sering dihubungkan dengan radikal bebas antara lain penuaan dini, kanker dan serangan jantung.

 

Wah, pantes aja orang zaman dulu itu banyak yang sehat-sehat. Mereka nggak mengenal rumah sakit. Ternyata, ini adalah salah satu rahasianya. Karena zaman dulu, orang yang tinggalnya masih di hutan selalu makan makanan yang mengandung banyak sekali manfaat untuk tubuh.

 

  1. 2.    Akar; Meningkatkan jumlah trombosit

Tidak hanya buahnya. Ternyata, akar karamunting juga sangat berfungsi untuk meningkatkan jumlah trombosit dalam darah. Hal ini sangat penting untuk penyembuhan beberapa penyakit seperti penyakit Demam Berdarah yang kerap kali menyerang trombosit dalam tubuh kita.

 

  1. 3.    Akar; meningkatkan tingkat fibrinogen dan otot kontrak pembuluh darah halus.

Selain untuk meningkatkan trombosit, ternyata akar karamunting juga berperan dalam meningkatkan kinerja fibrinogen, loh. Ada yang tahu, Fibrinogen itu apa? Yuk, kita belajar lagi untuk cari tahu ... apa itu fibrinogen?

 

  1. 4.    Ekstrak akar mampu menghambat bakteri Staphylococcus aureus sebagai penyebab nanah.

Nah, buat kalian yang pernah terluka atau gatal-gatal hingga timbul nanah. Kalian bisa coba ekstrak akar karamunting ini untuk menyembuhkannya. Selamat mencoba!

 

  1. 5.    Akar dapat digunakan sebagai pewarna hitam alami untuk menghitamkan gigi dan alis.

Wah, orang zaman dulu aja sudah menghitamkan alis dengan cara alami ya? Buat teman-teman yang mau coba ... boleh juga nih menggunakan akar karamunting sebagai bahan untuk pembuatan alis.

 

  1. 6.   Daun untuk bahan pengobatan herbal penyakit diabetes.

Nah, diabetes ini menjadi salah satu penyakit yang sangat ditakuti di masa sekarang ini. Kenapa? Karena zaman sekarang, kita lebih banyak rebahan daripada bergerak. Jadi, kadar gula dalam tubuh kita kerap kali tidak terbakar secara sempurna. Beda dengan orang zaman dulu yang rajin jalan kaki dan beraktivitas di luar rumah. Mereka semua sehat-sehat, loh.

 

  1. 7.    Daun sebagai obat luka dengan cara mengunyah daun dan menempelkan pada luka.

Hmm ... ini yang paling mudah untuk digunakan. Kalau suatu saat kamu kebetulan terluka dan tidak ada obat, kamu bisa coba menggunakan daun karamunting ini untuk dijadikan obat luka. Eits, hati-hati ya! Jangan sampai tertelan saat mengunyah daunnya, nanti nggak jadi buat obat, hihihi.

 

  1. 8.    Daun Dapat dimanfaatkan untuk menetralkan racun.

Wah, selain bisa digunakan sebagai obat luka. Bisa juga untuk menetralkan racun, loh. Kamu bisa coba daun karamunting yang kaya manfaat ini untuk mengobati lukamu. Tapi ... kalau luka dalam hati ... mmh ... nggak tahu ya, bisa diobati atau nggak pakai daun karamunting ini. Hehehe ....

 

 

Nah, itu dia manfaat daun karamunting yang jarang banget kita ketahui. Jujur, aku juga nggak tahu kalau karamunting ini punya banyak manfaat kayak gini. Soalnya, kalau di kampungku ... karamunting ini hanya dianggap sebagai tanaman liar atau gulma pengganggu. Sama sekali nggak ada harganya. Dibiarkan tumbuh liar begitu aja. Kalau aku ngambilin pohon karamunting, mungkin semua orang akan menganggapku gila.

Eh, ngomong-ngomong ... aku sering gunakan daun karamunting ini untuk merebus daun pepaya, loh. Katanya sih, untuk mengurangi rasa pahitnya sebelum kita makan. Bener, nggak? Cobain sendiri, deh!

 

Sampai di sini dulu artikel dari aku ...

Kita ketemu lagi di artikel selanjutnya!

 

Silakan komentar di bawah untuk sharing atau sekedar minta tips dari aku. Siapa tahu, aku bisa hadirkan tulisan yang menarik untuk kalian baca dan mudah untuk dimengerti.

 

 

Much Love,

@vellanine.tjahjadi

 

 

Sumber : tbu.litbang. pertanian.go.id

 


Wednesday, April 7, 2021

Penulis Itu Berproses, Bukan Berprotes!

 





Hai ... hai ...!

Apa kabra!

Eh!? 

Apa kabar?


Kali ini, aku mau cerita sedikit tentang beberapa hal yang aku temui beberapa hari ini. Eh, aku nulisnya udah pakai kalimat efektif atau belum, ya? Ah, sudahlah. Yang penting, kalian ngerti bahasaku walau tata bahasanya sedikit berantakan.


Akhir-akhir ini ... karena aku sebagai salah satu ambassador dan penulis best seller di Novelme, banyak penulis yang sering mengeluh. Mmh ... ngeluhnya nggak sama aku, sih. Tapi sama yang lain. Maybe, lebih sering mengeluh sama Tuhan dalam sujudnya.

Kalau denger keluhan itu, rasanya ikut pusing. Karena kita juga ngerasain gimana lelahnya berjuang, gimana sakitnya tidak dihargai, tapi kita sendiri nggak tahu mau ngeluh ke mana. Karena malu kalau mau ngeluh terus, tapi tidak meningkatkan diri.


Daripada sibuk mengeluh, kita akan merasa beban kita semakin berat. Lebih baik, perbanyak karya saja. Makin banyak karya, akan semakin bagus. Karena,suatu hari nanti ... satu dari puluhan tulisanmu itu akan menemukan pembacanya sendiri. Kalau ditanya, sudah berapa karyaku? Sudah ratusan sebenarnya. Tapi ... aku tidak serta merta mempublikasikan karyaku begitu saja. Aku terus belajar menulis tanpa menunggu orang lain menghargai karyaku lebih dulu. Aku lebih fokus berlatih menulis untuk meningkatkan kualitas tulisanku lebih dahulu agar bisa dikatakan layak untuk pembaca.

Positif thinking aja, sih. Kalau mau dihargai lebih, kita harus berpikir apakah tulisan kita itu sudah pantas dihargai oleh orang lain atau belum. Kalau kira-kira belum , ya tingkatkan lagi kualitas tulisannya. Nggak usah mengeluh! Mengeluh hanya akan menghambat dirimu untuk terus menghasilkan karya.


Ada lagi, nih ... beberapa waktu lalu, sempat ribut di Novelme karena ada penulis senior yang baru berkecimpung di platform baca karena dia sudah lebih dahulu menulis buku cetak dan memang peminat buku cetaknya lumayan banyak. Saat masuk di platform, ia merasa kalau karyanya tidak dihargai pembaca dan menyalahkan platform. Platform dianggap salah karena lebih banyak tulisan yang dibilang "HOT" daripada tulisan yang menginspirasi.

Eits, bukan hanya menyalahkan platform. Tapi juga menyalahkan selera pembaca yang bisa dibilang lebih suka cerita "esek-esek" ketimbang cerita yang menginspirasi. Padahal, tidak semua penulis menulis cerita dewasa. Akhirnya, paltform dianggap sebagai ajang untuk merusak moral pembaca dan penulis-penulis yang bermoral itu jadi anti platform. 

Menurutku, penulis-penulis itu harusnya justru semangat masuk ke platform agar koleksi literature di platform bisa semakin baik. Alangkah baiknya jika mereka justru berbondong-bondong mengisi platform dengan cerita yang inspiratif agar menenggelamkan cerita yang katanya "esek-esek" itu. Sayangnya, mereka tidak pernah mau melakukannya karena dianggap tulisan mereka tidak diminati oleh pembaca.

Sebenarnya, diminati atau tidak, itu semua tergantung bagaimana penulisnya dalam berkarya dan menemukan pembaca-pembaca mereka.

Banyak penulis yang bilang kalau "Karya aku mah apa, sepi banget pembacanya."

Eits, jangan salah!

Penulis profesional dan terkenal juga berawal dari pemula, loh. So, kamu jangan pesimis kalau pembacamu baru 1 orang. Harus bisa kamu evaluasi dengan jumlah karya yang sudah kamu hasilkan. Tetap semangat karena kamu hanya butuh waktu untuk bertemu dengan pembacamu.

Aku yang saat ini sudah menjadi penulis best seller webnovel di Novelme, juga pernah ada di area "The Dip", area yang menukik tajam di bawah dan tenggelam dengan karya-karya yang sudah lebih dahulu terbit. Aku berada di area "DIP" itu sejak tahun 2012 hingga tahun 2018. Artinya, selama 6 tahun aku menulis, karyaku tidak terlihat oleh siapa-siapa. Tapi tidak membuatku berhenti untuk berkarya.

Aku justru semakin tertantang untuk memperbaiki diri. Menjadi idealis yang bisa mengikuti pasar. Aku belajar banyak hal. Mulai dari menulis puisi, cerpen, esai, novela hingga ke webnovel. Kalau ditanya, sudah berapa banyak tulisanku. Aku nggak pernah menghitungnya. Sengaja, sih. Supaya aku bisa fokus terus menghasilkan karya tanpa tahu berapa banyak karya yang aku hasilkan. Kadang kalau dihitung, sudah banyak juga, hihihi.


Aku sudah menerbitkan 23 Antologi buku bersama dengan penulis-penulis yang lainnya. Tapi, aku masih merasa belum menjadi apa-apa. Masih banyak penulis lain yang membanggakan karyanya karena memiliki banyak penggemar dan pembaca. Sedangkan aku ... bahkan sampai tulisanku menjadi best seller, aku masih sering merasa belum pantas untuk mendapatkan begitu banyak penghargaan.


Semuanya butuh proses, sampai saat ini juga aku masih berproses. Apa pun yang terjadi di depan, aku jadikan tantangan tanpa banyak berprotes. Banyak yang sering mengeluh karena aturan platform yang berubah-ubah dan memberatkan penulis. Tapi menurutku, selama feedback-nya sesuai, nggak masalah. Apalagi, aku juga sudah menjalani kehidupan penulis yang bukan amatiran lagi. 

Tulisan yang sudah ada nilainya, adalah tulisan profesional (agak berat nulisnya karena sesungguhnya aku belum siap). Berapa pun nilainya, asal itu karya kita sendiri, belajarlah untuk menghargainya. Bukan protes ke sana ke mari karena kita merasa karya kita belum dihargai.

Ada banyak literature di dunia ini selama ratusan tahun. Ada banyak penulis dan ide yang bertebaran. Supaya tulisanmu dikenal orang, bagaimana caranya? Kalau kamu cuma simpan tulisanmu di dalam laci. Jangan pernah berharap akan ada banyak orang yang membacanya. Tapi kalau kamu bisa menunjukkan karyamu ke orang lain, dari 100 orang, akan ada 1 orang yang menghargai tulisanmu. So, tetap semangat menulis tanpa mengeluh atau protes sana-sini. 

Temukan tempat yang tepat untuk berproses! Karena setiap orang memiliki kenyamanan yang berbeda-beda. Aku suka pantai, kamu belum tentu menyukainya. Kamu suka gunung, aku belum tentu menyukainya. 

Jika jalan yang kamu tempuh itu terjal dan berliku, jalani saja! Karena itu akan membuat kakimu terlatih untuk lebih kuat mendaki tempat yang lebih tinggi lagi. Jangan pernah bermimpi berdiri di tempat yang tinggi, jika kamu tidak punya kaki yang kuat untuk melangkah! Jika kamu hanya bisa mengeluh dan berhenti saat mendapati kesulitan dalam perjalananmu!


Tak ada manusia hebat yang tidak berproses. Mereka menjadi hebat karena tidak banyak protes! Sukses atau tidaknya kamu di masa yang akan datang, itu ditentukan oleh langkah yang sedang kamu tempuh hari ini. Mungkin terjal, berliku, berduri dan melelahkan. Tapi itu akan membuatmu kuat mendaki tempat yang lebih tinggi dari orang lain yang memilih untuk berhenti berjuang atau memilih untuk tidak mencoba berjuang sama sekali.



Terima kasih sudah membaca tulisan ini!

Semoga membuat kalian semakin semangat berkarya tanpa mengeluhkan apa pun.



Much Love,

Vella Nine



3 Cara Mudah Membuat Deskripsi Novel yang Menarik



Hai ... hai ...!
Apa kabar nih?

Pernah ke toko buku?

Kalau cari buku, apa sih yang pertama kali kalian lihat?

Yang pertama, pasti lihat judul dan covernya. Selanjutnya, kita akan melihat sinopsis, blurb atau deskripsi tentang novel tersebut. Ini adalah salah satu persoalan besar yang terlihat sepele. Karena deskripsi novel akan menentukan pembaca akan memilih membeli novelmu atau tidak. 

Jujur, kalau pergi ke toko buku, aku juga selalu membaca deskripsinya terlebih dahulu. Setelahnya, barulah akan memutuskan untuk membacanya atau tidak. So, dari ribuan atau jutaan buku yang ada ... kita harus bisa bikin deskripsi novel yang menarik.


Kali ini, aku mau ngasih tips tentang deskripsi novel supaya menarik perhatian pembaca.

Gimana sih caranya biar deskripsi novel kita itu bisa menarik?

Simak tips yang ada di bawah ini ya!


1. To the Point

Buatlah deskripsi kamu itu langsung ke intinya. Nggak usah bertele-tele. Buat kalimat semenarik mungkin untuk membuat pembaca penasaran dan ingin membaca karya kamu. Kamu bisa lihat contoh deskripsi novel "Perfect Hero" karya Vella Nine.




2. Bangun Citra Novelmu

    Dengan membangun citra novelmu di deskripsi novel, akan menarik minat pembaca untuk membaca cerita dalam novel tersebut. Kamu bisa memberikan gambaran secara keseluruhan dalam novel kamu dan tetap membuat penasaran pembaca. Kamu bisa lihat contoh deskripsi novel "Travelling ke Hatimu" karya Jun Akhena.




3. Tambahkan Kutipan dari Novelmu

     Kutipan novel yang diletakkan di deskripsi novel akan membuat pembaca tertarik saat membacanya dan ingin membuka bab-bab novel yang kamu tulis. Kamu bisa lihat contoh novel "My Mysterious Husband" karya Nawila ini:




 Nah, itu dia 3 tips bikin deskripsi novel yang menarik!

Semoga bermanfaat!



Much Love,

@vellanine.tjahjadi


Wednesday, March 31, 2021

Program Desa Ramah Anak di Desa Beringin Agung


Minggu, 15 November 2020

Yayasan Teman Kita bersama dengan pemerintah Desa Beringin Agung mengadakan pelatihan "Kader Ramah Anak".

Pelatihan ini merupakan pelatihan pertama kalinya untuk mewujudkan program "Desa Ramah Anak" yang ada di Desa Beringin Agung.

Desa Ramah Anak adalah program desa yang bertujuan untuk menjadikan desa ini sebagai desa yang ramah bagi anak. Anak-anak di desa bisa terbebas dari kekerasan seksual, pelecehan seksual dan bullying yang kerap terjadi di sekolah dan lingkungan masyarakat.

Program Desa Ramah Anak ini akan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di desa ini. Sebab, semuanya tidak akan terwujud tanpa adanya pertisipasi dan dukungan dari masyarakat desa.

Saya sebagai warga Desa Beringin Agung, merasa sangat senang dengan adanya program Desa Ramah Anak ini. Harapannya, desa ini bisa benar-benar menjadi desa yang aman, nyaman dan ramah untuk anak-anak.

Karena, anak-anak adalah masa di mana karakter dan mentalnya akan terbentuk hingga dewasa. Bagaimana karakter anak saat dewasa nanti, adalah hasil dari penanaman karakter sejak dini. Jika menunggu sampai besar baru dilakukan penanaman karakter, tentunya akan terlambat.
Menanamkan karakter pada anak itu seperti menanam bonsai. Jika masih muda, kita bisa membentuk batang dan pertumbuhan daunnya seperti apa. Hingga ia bisa tumbuh dengan baik dan berkualitas. Jika kita terlambat merawatnya. Maka karakter itu akan tumbuh secara liar. Bahkan, batangnya yang sudah mengeras akan sulit untuk diatur. Jika dipaksakan, hanya akan patah, rusak dan rapuh.

Oleh karenanya, Desa Ramah Anak ini adalah program yang sangat penting karena berkaitan dengan masa depan anak-anak kita. Jika karakter anak-anak terbentuk dengan baik. Maka, masa depan dan kemajuan desa kita juga akan terbentuk dengan baik.

Saya sangat berharap jika semua masyarakat bisa berperan aktif dalam mendukung pengembangan program "Desa Ramah Anak" ini. Kita bisa mengukur indikator keberhasilan program ini setiap tahunnya.
Akan sangat membanggakan jika seluruh warganya bisa saling membantu, berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Desa Beringin Agung sebagai Desa Ramah Anak.

Cukup sampai di sini dulu tulisan kecil dari aku...
Semoga, saat aku bikin tulisan lagi di tahun depan ... sudah ada perkembangan yang baik dari program ini. Mari kita sama-sama membangun desa untuk kepentingan dan kemajuan bersama!



Salam hangat,
@rin.muna

Friday, March 26, 2021

Penyesalan Masa Tua



Hari ini ... aku ingin berbagi kisah.

Bukan untuk mengharapkan rasa iba atau kasihan dari kalian. Tapi ... karena aku ingin tulisanku ini bisa menjadikan pelajaran hidup bagi kita.

Siapa sih sosok yang ada di foto ini?

Sosok ini bukanlah orang lain bagiku. Dia adalah seorang kakek yang begitu baik. Tidak pernah marah, tidak pernah menghakimi cucu-cucunya saat bersalah.

Aku ingin ... kisah dia abadi. Kelak, mungkin anak-anakku akan membaca tulisan ini.

 

Dia adalah sosok yang baik. Sayangnya, ia bernasib malang. Tidak sebaik seperti yang lainnya. Di usianya yang senja, dia hidup dalam sebuah penyesalan besar. Sebuah penyesalan di masa lalu karena dia tidak pernah bersekolah. Sehingga, ia kerap dimanfaatkan oleh orang lain. Semua harta yang ia miliki sudah habis karena ia tidak memiliki ilmu pengetahuan untuk menjaganya.

Penyesalan terbesarnya bukan karena kehilangan harta. Tapi karena dia tidak pernah merasakan apa itu “Belajar”. Saat masih kecil, kedua orang tuanya sudah tiada. Sementara, adiknya pun masih kecil. Demi merawat dan menjaga adiknya, dia memutuskan untuk berhenti sekolah.

Ada banyak pilihan dalam hidup, tapi juga ada orang yang tidak memiliki pilihan. Harus tetap menjalani kesulitan tanpa harus dihadapkan pada pilihan. Sebab itu, bersyukurlah jika kalian masih memiliki pilihan dalam hidup kalian. Sebab, sebagian orang tidak pernah diberi kesempatan untuk memilih. Hanya dihadapkan pada satu hal yang harus mereka terima meski itu sangat pahit.

 

Sejak tahun 2004, kakekku sudah mengalami gangguan psikis karena penyesalan yang ia alami. Hingga saat ini, fisiknya masih sehat. Hanya saja, pemikirannya tidak lagi sehat. Dia setres dan kondisi telinganya sudah tunarungu karena usianya memang sudah tua.

 

Setiap hari ... dia selalu merasa sedih karena penyesalan dalam hidupnya. Setiap hari dia akan mengomel karena keadaan keluarganya yang tidak layak seperti lainnya.

Terkadang, menjadi pendengarnya setiap hari cukup setres. Kenapa? Karena aku juga tidak bisa melakukan sesuatu. Aku hanya seorang ibu rumah tangga biasa. Tidak bisa mengubah hidupku dengan mudah.

Penyesalan di masa tuanya ... menusuk hatiku dan memberikan aku pelajaran berharga. Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan ilmu, sementara aku hanya tinggal di pelosok desa. Minim pendidikan, minim akses transportasi dan informasi.

Mungkin, yang membuat kakekku menyesal adalah ... dia melihat dengan nyata bagaimana zaman itu berubah. Sementara, dia tidak pernah bisa berubah. Menyakitkan ketika orang lain bisa mendapatkan sesuatu yang lebih. Sementara ia hanya duduk saja. Tak memiliki kemampuan apa pun. Ingin belajar pun, sudah terlambat.

 

Salah satu alasanku membuka rumah baca adalah ini ... aku tidak ingin, generasi muda merasakan hidup dalam penyesalan. Penyesalan bukan karena tidak memiliki harta, tapi karena tidak memiliki ilmu yang bermanfaat.

Aku khawatir, ini akan terjadi pada anak-anakku di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, aku ingin mengabadikan kisah ini. Supaya bisa dijadikan pelajaran bahwa usia muda seharusnya digunakan untuk belajar. Belajar apa pun itu. Bisa dimulai dari buku. Buku apa pun itu.

Sebab, semua buku adalah ilmu.

Ilmu bisa kita dapatkan dari mana saja dan di mana saja. Jika tidak bisa mendapatkan pendidikan yang tinggi. Cukup hanya bisa bergelar SM (Sarjana Masyarakat), maka kita harus banyak belajar dari buku. Ada milyaran buku di dunia ini. Ada bilyunan tulisan di dunia ini. Jika kamu tidak bisa memanfaatkan waktumu dengan baik. Maka, kamu akan merasakan bagaimana dunia begitu kejam terhadapmu. Tidak ada kompromi, tidak ada toleransi. Hukum alam akan menyeleksi manusia-manusia yang bisa bertahan hidup dengan baik atau tidak.

 

Siapa yang tidak ingin hidup dengan baik? Semua orang ingin merasakan hidup layak. Punya pekerjaan yang baik. Punya masa depan yang baik. Hidup bahagia dengan keluarga, bisa menikmati liburan.

 

Semua orang ingin hidupnya lebih baik. Sama denganku. Aku juga ingin merasakan itu semua.

Aku tidak minta banyak. Aku hanya tidak ingin kakek-nenek dan kedua orang tuaku tidak merasakan bekerja di usia senjanya. Aku bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarga. Walau sampai saat ini, aku belum bisa membuat orang tuaku benar-benar bersantai. Mereka masih pergi ke sawah setiap hari.

 

Itulah sebabnya, aku ingin sekali bisa bekerja keras agar kedua orang tua dan kakekku bisa bersantai.

Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kakekku. Membuktikan bahwa aku bisa membawa keluarga dari kemiskinan. Membuatnya bangga dan menghilangkan rasa penyesalan dalam hidupnya.

 

Tapi sampai saat ini, dia masih tidak bisa menghapus rasa penyesalan dalam hatinya meski aku sudah berusaha keras membuatkan sebuah rumah yang layak dari hasil menulis novel.

Meski sudah berusaha keras untuk melegakan hatinya agar tidak hidup dalam penyesalan, pad akhirnya, tetap menyisakan penyesalan dalam hatinya.

 

Oleh sebab itu ...

Perbanyaklah belajar di usia mudamu. Agar usia tuamu tidak diselimuti rasa penyesalan. Nasehat yang pernah ada di buku sekolah, itu sungguh ada di dunia nyata. Penyesalan di msa tua, benar-benar akhir hidup yang menyakitkan. Sebab, kamu akan menyaksikan bagaimana zaman berubah. Kamu akan merasakan bagaimana waktumu begitu singkat dan tidak ada satu hal pun yang kamu bis tinggalkan untuk anak cucumu di masa depan.

 

Semoga tulisan ini ... membuat kita belajar, belajar dan belajar.

 

 

Salam hangat,

@rin.muna

 

 

 

 

 

 

 

Thursday, March 25, 2021

My Hope

 


Hai hai...!

 

Apa kabarnya nih teman-teman? Semoga semuanya baik-baik aja ya. Hari ini aku ingin bercerita tentang perjalanan aku bersama dengan sosok Mungil yang ada di foto ini. Dia adalah gadis kecil yang hadir dalam hidupku. Dia selalu jadi semangat dalam hidupku.

Di tengah kesibukan ku, aku mengajak dia pergi ke salah satu pantai karena kebetulan di sana ada kegiatan Camp yang diselenggarakan oleh Yayasan teman kita untuk pelatihan anak-anak remaja di desa beringin Agung.

Aku selalu bahagia mengajak dia pergi ke tempat-tempat wisata yang edukatif. Karena di sana, anakku tidak hanya bahagia menikmati wisata saja. Dia juga bisa belajar banyak hal tentang kehidupan sehari-hari dan tentang kehidupan masa depan yang akan dihadapi nanti.

Bagiku dia adalah sebuah harapan. Harapan tentang masa depan dan cita-cita yang tidak pernah terwujud selama hidupku. Ada harapan besar yang aku inginkan untuk dia. Tidak sulit, Tidak harus menjadi pengusaha sukses atau menjadi pegawai negeri yang punya gaji tetap. Aku hanya ingin anakku bisa menghadapi masa depan kelak dengan baik. Mampu bersaing dengan zaman yang semakin canggih dan dituntut serba cepat.

10 atau 20 tahun lagi, Mungkin semuanya tidak akan seperti ini. Zaman akan berubah, pola pikir manusia akan berubah, cara bekerja pun akan berubah banyak. Yang harus aku lakukan adalah mempersiapkan Dia sedini mungkin. Mempersiapkan mentalnya sejak kecil supaya dia menjadi anak yang tangguh meski diterpa badai, meski harus menjalani banyak ujian dan tantangan dalam hidupnya.

Aku selalu ingin anak-anakku bisa keluar melihat dunia. Dunia yang begitu luas, dunia yang tidak pernah dilihat oleh ibunya sebelumnya. Supaya dia tahu tahu bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya. Supaya dia tahu bagaimana membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Supaya dia tahu jalan mana yang akan dipilih untuk masa depannya.

Terkadang kita sebagai orang tua selalu memiliki rasa ingin menguasai anak-anak kita. Tidak perlu mendengarkan apa yang mereka inginkan, yang kita mau anak-anak kita selalu menuruti apa yang kita inginkan. Padahal belum tentu mana kita bahagia dengan pilihan orang tuanya.

Oleh karenanya bagi anak-anak adalah harapan. They are my Hope. Mereka adalah harapan-harapan ku. Harapanku yang aku inginkan untuk mereka, bukan untukku. Karena merekalah yang akan menghadapi masa depan, bukan aku lagi.

Sebab ada rasa takut yang begitu besar menyelimutiku. Aku takut mereka tidak bisa menghadapi masa depan. Masa sekarang saja rasanya sudah sangat sulit. Bersaing dengan begitu banyak orang, bukan jutaan lagi tapi miliaran.

 

Zaman sekarang, kita sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. 20 tahun lagi, Mungkin dunia akan lebih kejam dari ini. Itulah mengapa harapan terbesarku adalah membuat anak-anak Mengerti bagaimana dunia di luar sana. Membuat mereka tangguh yang tetap kuat menghadapi masalah hidup sebesar apapun.

 

 


Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas