Friday, September 20, 2019

Rahasia Sang Perindu



Adifa menatap tubuhnya di depan cermin besar yang berdiri kokoh di dinding kamarnya. Senyumnya mengembang menatap wajahnya yang sempurna dengan polesan make up natural. Tubuhnya yang tinggi dan kulit putih bersih. Tubuh indahnya dibalut pakaian muslim yang memadukan warna cream dan hitam.
      Drrt.... Drrt... Drrt...
      Getaran ponsel di atas meja rias membuyarkan lamunannya.
      "Hallo... " Suara lelaki di seberang telpon terdengar merdu di telinga Adifa.
      "Iya Mas. Aku sudah siap." Adifa bergegas meraih tas dan keluar dari kamarnya.
      "Iya. Mas tunggu di depan." Komunikasi via telepon itu terhenti. Adifa memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Berjalan ke halaman rumah, tempat Mas Ardi memarkirkan mobilnya.
      Seketika mobil itu melaju menuju sebuah Masjid. Kedua kakak beradik itu akan menghadiri acara Tabligh Akbar yang di selenggarakan di salah satu Masjid kota itu.
      Adifa melangkahkan kakinya menuju shaf para wanita berkumpul. Sedangkan Ardi berada di shaf laki-laki.
      Dua jam berselang, mereka keluar dari Masjid. Adifa merasa hatinya lebih tenang, lebih damai dan indah dengan siraman rohani yang sering ia dengarkan bersama kakaknya.
      "Dif, ini ada titipan untukmu." Ardi mengulurkan sebuah amplop dari sakunya.
      "Dari siapa, Mas?" tanya Adifa penasaran.
      "Dari Maulana."
      "Wah... Kak Maulana baik ya Mas? Udah kasih THR duluan. Mas Ardi aja belum kasih THR buat aku." Adifa menatap amplop itu, membolak-balik, menerawang isinya lewat cahaya yang masuk di jendela mobil.
      "Ngapain diterawang segala. Langsung dibuka aja!" celetuk Ardi sambil mengendalikan setir mobilnya.
      Adifa tersenyum. "Benar juga kata Mas Ardi," batinnya sembari membuka amplop yang diberikan Maulana.
      Adifa membelalakkan matanya, karena amplop itu bukan berisi uang. Melainkan sebuah surat yang tidak tahu apa isinya. Cepat-cepat ia memasukkan amplop itu ke dalam tasnya sebelum kakaknya melihat.
      "Kenapa dimasukkan?" tanya Ardi penasaran.
      "Nggak papa. Nanti aku buka di rumah aja Mas." Adifa membuang pandangannya ke arah jendela. Menikmati pemandangan tepi jalan untuk mengalihkan pembicaraan dengan kakaknya.
      Sesampainya di rumah, Adifa langsung masuk kamar. Mengunci pintu kamar rapat-rapat. Perlahan ia mengeluarkan surat dari dalam tasnya. "Kenapa Kak Maulana berkirim surat? Bukankah bisa menelepon atau datang langsung ke rumah untuk berbicara?" batin Adifa. Adifa begitu mengagumi sosok pria seperti Maulana. Lelaki tampan yang baik hati, soleh dan santun. Namun, Adifa selalu merasa Maulana tak menyukainya, Maulana selalu menghindar tiap kali bertemu dengannya. Sebab Maulana begitu menjaga pandangannya terhadap perempuan.

      Assalamu'alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.
        Adifa... bersama dengan surat ini, aku ingin menyampaikan perihal penting untukmu.
      Aku sudah melakukan perjalanan selama puluhan hari untuk mencari ridho Illahi.
      Aku sudah melakukan perjalanan selama puluhan hari untuk sekedar tahu isi hatimu.
      Aku bertanya pada semua yang telah bersamamu sepanjang hidupmu, Abah, Umma dan Masmu.
      Aku sudah mantap bahwa kamu adalah wanita terbaik dari pilihan yang baik.

      Telah lama aku buang khayalanku agar tak merindukanmu, namun aku gagal.
      Aku hanya lelaki biasa yang Tuhan ciptakan dengan hati untuk mengagumimu.
      Aku tak ingin terus-menerus merahasiakan rasa rinduku.
      Aku ingin mengungkapkan semua rasa dihadapan Allah.
      Jika berkenan, ijinkan aku meminangmu dengan ijab kabul.

      Tak perlu membalas surat ini. Cukup beritahukan kepada Ardi jika kamu menerimanya.
        Aku akan membawa serta keluargaku menemui Abah dan Umma.
        Wassalamu'alaikum warohmatullahi Wabarokatuh.


      Adifa berlari keluar kamar sembari berteriak memanggil nama kakaknya.
      "Ada apa sih teriak-teriak?" tanya Ardi.
      "Mas, amplop dari Kak Maulana itu bukan THR. Tapi lebih mahal dari THR." Adifa sangat seumringah mengungkapkannya.
      "Oh ya? Apa dong?" tanya Ardi.
      "Baca!" pinta Adifa sambil menyodorkan surat dari Maulana.
      Ardi tersenyum setelah membaca surat dari Maulana. "Alhamdulillah... Akhirnya cinta adikku terbalaskan."
      "Apaan sih Mas!?" Adifa tersipu, pipinya terlihat memerah.
      Ardi tersenyum menggoda. "Nanti akan Mas bicarakan dengan Umma dan Abah saat mereka pulang. Maulana itu pria yang baik. Sebentar lagi dia akan jadi ustadz muda yang ganteng dan pastinya digandrungi banyak perempuan."
      "Lalu?"
      "Lalu kamu akan patah hati jika tidak segera menerima pinangannya. Dia pasti akan bertemu dengan wanita yang lebih baik yang mampu merebut hatinya," sergah Ardi.
      "Aku mau kok Mas," tutur Adifa penuh semangat.
      "Bagus. Akhirya Sang Perindu itu tak lagi merahasiakan dirinya," ucap Ardi sambil berlalu pergi.
      "Maksudnya, Mas?" tanya Adifa penasaran.
      "Sudah lama Maulana menyimpan rasa cintanya untukmu. Hanya saja karena belum muhrim, ia tak ingin dekat denganmu. Saat aku bilang jika kamu begitu mengagumi dia, dia langsung membuat keputusan yang sangat indah." Ardi mengerdipkan salah satu matanya.
      Adifa tersenyum bahagia. Ia tak menyangka jika rahasia hati antara dia dan Maulana bisa terungkap. Sepandai apapun manusia menutupi rahasia hatinya, Allah akan tahu. Dan beginilah cara Allah menyatukan dua insan yang saling mencintai karena Allah.

Rasi Bintang Risa




 Iwan adalah salah satu aktivis pecinta alam. Kali ini, Iwan dan teman-temannya memilih menginap di daerah batu dinding demi bisa menikmati indahnya sunrise dari ketinggian.
      Tenda-tenda kemah telah mereka persiapkan di kaki bukit batu dinding.
      "Wan... cari air dulu ya!" salah satu temannya menyodorkan dua buah jerigen lima liter. Mereka harus mencari air untuk memasak malam ini.
      "Bentar. Sama siapa?" Iwan sibuk menyiapkan kamera DSLR -nya, bersiap membidik setiap moment yang ada di depan matanya.
      "Sendiri. Yang lain belum kelar bikin tenda."
      "Ah, nggak mau kalau sendiri!" Iwan menolak tanpa basa-basi.
      "Nggak masak kita ini. Nggak ada air Wan!"
      "Ogah bawa-bawa air jerigen beratnya gitu. Suruh yang lain aja!" Iwan ngeloyor pergi meninggalkan teman-temannya yang sedang sibuk mempersiapkan tenda.
      Iwan melangkahkan kakinya menyusuri jalan setapak, membidik setiap objek yang menarik perhatiannya.
      Waktu terus bergulir, sore berganti malam.
      "Wan... mau minum?" Risa menyodorkan segelas kopi hangat.
      "Makasih." Iwan meraih gelas yang diberikan Risa tanpa menoleh sedikitpun.
      "Belum ngantuk?" tanya Iwan.
      Risa menggeleng. "Terlalu berharga saat ini untuk di lewati. Semakin malam, tempat ini semakin indah." Risa berdiri di tepi batu dinding. Dengan ketinggian kurang lebih 500 meter, ia bisa melihat dengan jelas taburan bintang-bintang yang menghiasi angkasa. Sungguh pemandangan yang langka. Yang tak pernah ia saksikan di perkotaan.
      Risa menarik napas panjang. Memejamkan matanya, merasakan desir angin yang menggelayut manja menyentuh rambutnya.
      "Suka bintang?" Iwan tiba-tiba sudah berdiri di sisinya.
      "Iya. Aku suka banget sama bintang. Terutama rasi bintang scorpio."
      "Kamu tahu mana rasi bintang scorpio itu?" Iwan mengangkat satu alisnya menatap wajah Risa.
      "Tahu. Itu!" Risa menunjuk kumpulan bintang yang membentuk rasi bintang scorpio.
      "Alasan kamu suka rasi scorpio apa?" tanya Iwan.
      "Ya, karena aku lahir di bulan november dan zodiak aku scorpio."
      "Oh ya? Kalau rasi bintang Aries yang mana?"
      "Hmm..." Risa menatap langit dengan seksama. Matanya memburu rasi bintang aries. "Nah... itu dia! Sangat simple."
      Iwan mengangguk-anggukan kepalanya.
      "Bintangmu Aries?" tanya Risa.
      Iwan mengangguk.
      "Hmm... memang sangat cocok denganmu."
      Mereka bergeming selama beberapa menit. Membiarkan angin yang menyapa dan mengajak mereka bercanda. Tak ada kata satupun yang keluar dari mulutnya.
      Risa asyik menikmati jutaan bintang yang bertaburan di atas kepalanya. Ia merasa sedang menari dengan jutaan bintang-bintang. Melayang bersama kebahagiaan. Ia ingin malam ini tak berakhir. Tak peduli dengan Iwan yang diam-diam membidiknya dengan kamera. Ia lebih memilih menikmati waktu bersama bintang-bintang. Melupakan sejenak rasa cinta yang ia pendam. Iwan tak pernah menerima perhatian yang Risa berikan. Itu sudah cukup membuat hati Risa mantap melupakan Iwan. Melupakan semua perasaannya, melupakan semua harapan-harapan tentangnya.

* * *

        Tiga Tahun kemudian...
      Risa melangkahkan kakinya menyusuri gedung pameran photography. Satu per satu menikmati indahnya hasil jepretan kamera profesional para photographer.
      Matanya tertuju pada sebuah foto berukuran 200x200. Foto yang indah... seorang gadis berambut panjang di bawah taburan bintang-bintang. Ia terlalu familiar dengan gambar itu. Ya, itu potret diri Risa tiga tahun lalu di atas batu dinding.
      Risa membaca sebuah note yang tertera di bawah foto. Judul "Rasi Bintang Risa". Karya : "WanRis"
      Lama Risa berdiri mematung di depan potret dirinya sendiri. Bergeming. Bibirnya beku. Air mata menetes mengingat masa di mana ia begitu mencintai Iwan. Jauh di dalam lubuk hati, ia masih sangat mencintai Iwan. Satu-satunya pria yang mempu merebut perhatiannya. Gayanya yang dingin membuat Risa semakin ingin mendekatinya. Namun, Iwan terlalu dingin untuknya, hatinya terlalu beku. Risa tak berhasil mencairkan hati Iwan.
      Tapi, hari ini waktu berkata lain. Jika Iwan tak menganggapnya. Kenapa ada foto ini? Kenapa namanya berubah menjadi WanRis? Apakah itu singkatan Iwan dan Risa?
      "Ris... maafkan aku!" Suara Iwan mengejutkan Risa. Risa membalikkan tubuhnya, menatap tubuh Iwan yang telah jauh berubah. Rambutnya gondrong dengan kumis yang menghiasi wajahnya. Moment di atas batu dinding itu adalah saat perpisahan mereka. Sejak itu, mereka tak pernah bertemu selama tiga tahun.
      "Iwan..." Mata Risa berkaca-kaca menatap tubuh Iwan yang tegap. Ingin rasanya memeluk pria itu dan mengatakan kalau Ia mencintainya.
      "Aku terlalu naif untuk menunjukkan perasaanku sendiri."
      "Lupakan saja! Waktu tidak pernah bisa kembali lagi. Aku telah memutuskan melupakanmu. Aku telah memutuskan untuk berhenti mencintaimu. Kini aku telah termiliki, kuharap kamu mengerti. Biarkan kisah kita jadi kenangan!" Risa meninggalkan Iwan yang mematung.
      Ada rasa sesal dalam hati Iwan. Andai saja ia bisa membalas perhatian Risa tiga tahun lalu. Mungkin saat ini hatinya tak selalu gelisah merindukan gadis cantik yang berhasil mengganggu hatinya.


Puisi Akrostik | Rahma Nur Syifa Solehah | Rembulan di Atas Rembulan


 
pixabay.com

Judul Puisi "Rembulan Di Atas Rembulan"


Rembulan bersinar terang
Aku menikmatinya di ruang kelam
Hatiku merekah terterkam cahayanya
Mataku memantulkan cahaya keindahan
Anganku terbang melayang jauh ke angkasa

Niatku untuk mengulum cahaya
Ukirkan keindahan seluas angkasa
Rangkai berjuta cahaya penuh warna

Saat aku termenung menyapa diriku sendiri
Yang hanya meninggalkan jejak-jejak kesendirian
Indahnya dunia tak seindah kesendirianku
Fitrahku mengagumi cahaya di atas cahaya
Asaku ku ukir indah bersamanya

Saat itu, kesendirian jadi penenang tidurku
Obat yang mujarab bagi kegelisahan
Lukisan cahaya rembulan di atas rembulan
Elok tak terkira
Hanya aku yang ada di sini
Aku ingin ada di antara kalian
Harapan yang tak putus tergantung di atas rembulan


ditulis oleh Rin Muna
Samboja, 22 Juli 2018

Puisi Akrostik | Caca Rahmadi | Ceria Kita


 
pixabay.com

Judul Puisi “Ceria Kita”

Karya : Rin Muna

Cerita kita hadir bukan tanpa alasan
Antara kau dan aku sudah jadi suratan
Ceria kita hadir bukan tanpa balasan
Antara aku, kau dan mereka sudah jadi ingatan

Rasa cinta kan mengalahkan segala hina
Angkara yang kadang merasuk ke dalam jiwa
Hanya tawa ceria yang mampu meredam segala
Marah yang terkadang membawa petaka
Akankah cerita kita berakhir sengsara
Dan kamu hanya jadi bagian terlupa
Inginku ... selamanya kita bersama dan bahagia

Kalimantan Timur, 18 Oktober 2018

Puisi Akrostik | Aisyah Nurul Hidayah | Mimpi Pipit Kecil


 

 

Judul Puisi "Mimpi Pipit Kecil"


Aku bagai pipit yang baru merekah di antara semak belukar
Ingin belajar berjalan tanpa kaki, ingin belajar terbang tanpa sayap
Setiap apa yang kulihat adalah keindahan dunia
Yang bahkan semua makhluk tak menyadari dengan syukur tak terkira
Aku ini kecil, lemah, dan dunia begitu besar penuh pesoa
Hingga aku tak mampu melihat semua dengan kedua mataku

Napas pertama yang kuhembus adalah harapan setiap mimpi
Untuk mengubahnya menjadi nyata tak sekedar ilusi
Raga pertama yang bergerak adalah harapan setiap doa
Untuk mengubah mimpi jadi nyata dengan kekuaran doa
Lalu mencipta duniaku sendiri penuh keceriaan

Hempasan setiap sayap-sayap elang menciptakan rasa takut tak bertepi
Ingin aku bisa terbang agar tak tertelan
Dalam setiap kepakkan sayap kecil yang memeluk butir-butir awan putih
Aku ini kecil, lemah dan siap diterkam siapa saja yang serakah
Yang sedang bermimpi terbang menembus awan
Aku ingin kisahku abadi di sana, di negeri awan yang indah
Hingga aku menutup mata, namaku tetap abadi di udara


Ditulis oleh Rin Muna

Samboja, 17 Juli 2018

Wednesday, September 18, 2019

Kunjungan Sahabat ke Taman Bacaan Bunga Kertas


Hai, temen-temen ...!!!
Hari minggu kemarin, aku kedatangan dua sahabat kecil aku dari kota Balikpapan. Karena kita udah temenan dari zaman SMP, udah kayak sodara banget deh pokoknya.
Dua temen aku ini memang masih jomlo. Si Wahyu, sekarang udah jadi guru di salah satu sekolah dasar yang ada di kota Balikpapan. Sedangkan Rendi, jadi pengusaha UMKM di kota Balikpapan. Mereka datang berkunjung ke taman baca yang merupakan salah satu daerah yang akan menjadi calon ibukota yakni Samboja.
Aku pikir, mereka tuh nggak bakal betah di sini karena suasananya kampung banget. Eh, sekalinya mereka seneng banget ada di sini dari pagi sampe sore. Karena mereka seneng banget lihat aktivitas anak-anak taman baca dari pagi sampai sore yang silih berganti.
Mereka sampai di Samboja sekitar jam setengah sembilan. Jam segitu sih anak-anak belum pada dateng. Jadi, aku suguhin mereka makanan ala kadarnya. Rendy si pengusaha kuliner ini bilang, "baru pertama kali aku makan sayur daun labu. Rasanya enak banget!" Dia sampe nambah loh karena makanan yang satu itu. Yah, namanya juga di kampung. Pasti makanannnya ya apa adanya aja.
Setelah mereka makan, anak-anak mulai berdatangan ke taman baca untuk membaca dan meminjam buku. Si Wahyu yang punya hobi photography langsung ngeluarin peralatannya buat jepret kegiatan anak-anak taman baca. Anak-anak di sini biasa keluar dan masuk sesukanya mereka. Mereka datengnya agak siangan karena pada ngikut orang tuanya ngerewang di acara nikahan tetangga aku.
Waktu berganti siang. Anak-anak yang ke taman baca juga berganti. Kini, giliran anak-anak SMA yang punya project buat bikin konten Youtube. Katanya sih mereka pengen jadi Youtuber. Aku sebagai orang yang dekat dengan mereka, ya selalu ngedukung aja. Mereka datang ke taman baca untuk menyusun skenario. Yah, walau aku sering ngomelin mereka, mereka tetep dateng ke sini buat belajar.
Jadi, si Gugun Cs. datang ke taman baca untuk menyusun skenario drama selanjutnya setelah drama yang berikut ini:

Karena skenario mereka tulis tangan, si Wahyu heran, katanya, "Di tempatku nggak ada anak SMA yang mau kayak gitu." Dia melihat Gugun yang sedang asyik menulis skenario dengan tangannya. Aku sendiri tidak tahu kenapa anak-anak lebih suka menulisnya dengan tangan. Mungkin, karena skenario itu digarap berdua oleh Gugun dan Aisyah. Aisyah adalah salah satu anak taman baca yang juga punya hobi menulis dan melukis sepertiku. Sedangkan Gugun, adalah salah satu anggota teater di sekolahnya, SMA Negeri 1 Samboja.

Anak-anak memang aktif di taman baca. Kenapa sih anak-anak tuh mau ngumpul di taman baca dan nurut sama aku? Pasti itu yang jadi pertanyaan beberapa orang. Aku sih simple aja. Apa yang mereka mau, selama itu positif bakal aku support semampuku. Mereka aku kasih apa yang mereka inginkan dan mereka juga harus punya kontribusi untuk taman baca. Setidaknya, ada karya yang mereka buat yang bisa dinikmati ke depannya.

Seperti saat mereka menari tradisional untuk mengisi acara beberapa waktu lalu. Yah, Taman bacaku memang punya banyak aktivitas lain selain baca buku. Seperti latihan menari, menggambar dan membuat kerajinan tangan. Itulah yang membuat Rendi betah ada di tempat ini. Katanya, banyak banget anak-anak dan nggak pernah  sepi dari siang sampe sore.

Aku sendiri jarang banget dokumentasi aktivitas anak-anak di taman baca. Karena udah asyik aja sama mereka sampe lupa bikin dokumentasi. Yah, tak apalah, biasanya orang lain yang mendokumentasikan kegiatan anak-anak di taman baca seperti saat beberapa media tv dan media cetak berkunjung ke taman baca beberapa waktu lalu.

Seneng sih. Karena banyak temen yang berkenan buat berkunjung di taman baca. Apalagi mereka itu rela dateng jauh-jauh ke sini. Seperti beberapa teman yang berkunjung dari Balikpapan, Samarinda dan Tenggarong. Taman Baca yang ada di pelosok desa ini mereka jadikan tujuan untuk berlibur sekaligus melihat aktivitas anak-anak taman baca. Kadang malu sih, karena kondisi rumahku yang kayak kandang sapi dan sering dikunjungi teman-teman dari kota.

Sore hari, Rendi dan Wahyu baru kembali ke Balikpapan setelah mengajari dua anak remaja (SMP Negeri 5 Samboja), yakni Bojes dan Ipin untuk belajar cara photography.

Terima kasih untuk Wahyu Ridho dan Rendy Saputera yang sudah berbagi ilmunya ke taman baca. Terima kasih banyak untuk donasi buku-bukunya juga. Semoga bisa bermanfaat untuk anak-anak di taman baca.
Jangan lupa main ke sini lagi ...!
Eh, katanya sih mereka berniat mau main ke sini lagi. Aku juga udah bilang sama mereka, kalau mereka ke sini ... mau aku masakin empis-empis (Makanan Khas Temanggung) karena di sini mayoritas adalah warga transmigrasi dari daerah Temanggung.
Semoga mereka bisa ke sini lagi dan aku juga bisa berbagi cerita lagi sama kalian.

Cukup sampai di sini tulisan dari aku ..
Salam manis selalu ...


Rin Muna
Founder Rumah Literasi Kreatif

Tuesday, September 17, 2019

Pakaian Tetap Wangi Saat Musim Hujan dengan Attack New Teknologi Jepang Anti Bau


“Pakaian Tetap Wangi Saat Musim Hujan dengan Attack New Teknologi Jepang Anti Bau”
Penulis : Rin Muna

Hai ... teman-teman, apa kabar kalian hari ini?
By the way ... akhir-akhir ini lagi musim hujan. Yang paling bikin kesel saat musim hujan adalah baju yang sering bau apek karena nggak kering saat dijemur. Kesel banget kan kalau pakaian yang harusnya udah kering justru malah kena air hujan lagi. Baunya tuh nggak enak banget. Pokoknya ... kalau udah musim hujan, semua emak-emak pasti mengeluh sama pakaian yang nggak kering-kering dan baunya makin nggak enak. Terkadang harus dicuci ulang lagi karena baunya yang udah nggak enak.
Apalagi aku yang punya banyak kegiatan, sering banget nggak ada di rumah. Cucian sering banget kena hujan dan nggak ada yang angkatin karena aku emang nggak punya asisten rumah tangga. Semua pekerjaan rumah aku kerjain sendirian aja. Sering banget deh ngalamin yang kayak gini. Aku harus cuci ulang pakaian karena baunya ... eyuuh... enggak enak banget!
Selain itu, aku juga sering ngerendam baju kelamaan. Karena kerjaan yang suka tiba-tiba, aku seringkali ninggalin rendaman baju. Tau kan kalo rendaman baju kelamaan bisa bikin baju itu baunya nggak enak. Apalagi kalau rendam baju pagi, terus terpaksa harus ditinggal keluar sampe sore. Asli ... itu bikin baju baunya jadi nggak enak banget. Buat aku yang ngerjain semuanya sendiri, pasti kesel saat pulang dan nemuin baju masih terendam, sementara aku udah capek banget dengan kegiatan di luar dari pagi sampai sore.
Aku pikir semua detergen sama aja, tidak akan bisa menghilangkan bau Air rendaman. Tapi, pas aku nggak sengaja pakai produk Attack, aku langsung bingung aja gitu. Kok, bisa ya baju yang aku rendam kelamaan ini nggak bau. Tetep aja wangi seperti saat direndam. Oh ... My God! Aku langsung jatuh cinta sama produk yang satu ini.  Aku tetep bisa lanjutin nyuci rendaman baju aku tanpa harus dibilas dahulu dan dituangi ulang deterjen yang baru agar bau tidak sedap pada baju bisa hilang.
Waktu aku jalan-jalan ke supermarket terdekat, aku lihat produk baru Attack dengan kemasan yang lebih menarik tentunya. Aku langsung comot aja tuh produk Attack New Teknologi Anti Bau.
Aku dibikin jatuh cinta bertubi-tubi waktu aku coba produk Attack New dengan Teknologi Jepang Anti Bau. Produk Attack ini emang salah satu produk favorite aku loh. Sebelum pakai Teknologi Jepang Anti Bau aja aku udah suka sama wangi dan bersihnya. Apalagi produk dengan teknologi terbaru ini. Pastinya bakal bikin aku makin setia sama Attack.


Pagi hari, aku langsung buka kemasan dan aroma wanginya tuh menyeruak ke seluruh ruangan.  Wanginya enak banget, kalem dan nyaman dihidung. Aku langsung ke kamar mandi dan nuangin ½ tutup botol (30ml) ke dalam 7,5 liter air untuk pakaian anak aku yang banyak terkena noda. Sebagian pakaian yang lain aku masukkan ke dalam mesin cuci. Untuk mesin cuci dengan pintu atas 1 tabung seperti punyaku, bisa menggunakan hanya ½ tutup botol (30ml) untuk 15-20 potong pakaian dengan 30 liter air.
Ini pertama kalinya aku mencuci pakaian menggunakan deterjen cair. Jelas saja lebih hemat ketimbang deterjen bubuk/powder. Karena Attack deterjen cair ini sudah plus softener dan 1x bilas. Aku bisa mencuci pakaian lebih cepat karena tidak perlu lagi merendam pakaian dengan pewangi sebelum mengeringkan pakaian yang aku cuci di mesin.

Sembari menunggu pakaian yang aku cuci di mesin, aku mengucek pakaian anakku yang kebetulan kena noda cokelat. Wuuuiiih ... enak banget nguceknya. Aku nggak perlu susah payah ngucek karena mudah banget nodanya dibersihkan. Mencuci baju anak biasanya lebih ekstra karena di baju anak lebih banyak noda membancel, mulai dari noda makanan, noda tanah, sampai noda cat lukis. Aku tuh bener-bener nggak nyangka kalau mencuci dengan Attack bisa semudah ini.
Baru dapat dua potong pakaian anak yang aku cuci, tiba-tiba salah satu teman memanggilku. Katanya, aku harus segera menuju kantor desa karena ada pekerjaan penting yang harus aku selesaikan. Alhasil, aku meninggalkan pakaian anakku terendam karena harus bergegas memenuhi panggilan dari kepala desa. Sudah menjadi hal biasa aku mendapatkan kerjaan yang tiba-tiba. Entah dari kantor desa maupun dari pihak lain. Hal inilah yang kerap kali membuatku meninggalkan rendaman pakaian dalam jangka waktu yang lumayan lama.
Aku langsung buru-buru bersiap ke kantor desa untuk mengerjakan laporan taman baca, aku selalu membawa anakku saat mengerjakan laporan di kantor desa. Sebelumnya, aku sempatkan untuk menjemur pakaian yang aku cuci di mesin cuci. Sementara pakaian anak masih dalam rendaman. Duh, kalau aku pulangnya sore pasti bakal bau banget rendaman baju aku.
Di kantor desa, aku harus mengerjakan beberapa pekerjaan kepanitiaan pemilihan kepala desa sekaligus laporan taman baca. Belum sampai 30 menit, tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Ya ampun, jemuran pakaianku...! Pasti basah lagi karena nggak ada yang angkatin baju. Karena tetangga juga punya aktivitas di luar di jam-jam seperti ini.
Huft, ini menyebalkan sekali. Aku meninggalkan rendaman pakaian anakku dan pakaianku yang sudah aku jemur juga terkena hujan deras. Sepertinya aku harus mencuci ulang pakaianku lagi. Kalau nggak dicuci ulang, pasti bakalan bau deh. Pakaian yang direndam lebih dari dua jam, pasti baunya udah nggak enak banget. Begitu juga dengan pakaian yang terkena air hujan, baunya pasti anyir. Benar-benar pekerjaan yang melelahkan buat seorang ibu kalau lagi musim hujan kayak gini.
Aku terus kepikiran sama cucian di rumah karena sejak berangkat jam 07.00 WITA sampai jam 12.00 WITA, aku masih ada di kantor Desa. Usai jam makan siang, barulah aku pulang ke rumah. Aku melaksanakan salat zuhur terlebih dahulu dan bergegas mengambil pakaian di jemuran yang sudah basah kembali. Saat aku menyentuh salah satu pakaian di jemuran, aku benar-benar terkejut karena pakaian yang kehujanan tadi nggak bau anyir sama sekali. Masih wangi banget padahal tadi hujannya sangat deras. Attack Anti Bau dengan teknologi jepang ini benar-benar bikin aku bahagia, karena aku nggak perlu mencuci ulang pakaianku yang kehujanan. Aku menghela napas lega dan kembali masuk ke dalam rumah.
Aku masuk ke kamar mandi dan mengecek rendaman pakaian anakku, masih wangi seperti baru direndam. Alhamdulillah ... artinya aku tidak perlu membuang air rendaman dan merendamnya kembali dengan air dan deterjen yang baru. Lumayan, bisa menghemat juga karena tidak mengulangi cucian. Sumpah aku seneng banget karena rendaman pakaian yang dari tadi pagi tuh nggak bau sama sekali. Dan saat aku kucek, kotorannya dengan mudah bisa terangkat. Formula Max Power dari Attack Plus Softener benar-benar efektif angkat noda. Terlebih pakaian anak yang nodanya beragam dan membandel.
Pakai Attack Anti Bau dengan Teknologi Jepang, benar-benar meringankan pekerjaanku. Terlebih aku memang mengerjakan semuanya sendiri tanpa ART ( Asisten Rumah Tangga ). Selain meringankan dan menghemat waktu, Attack Anti Bau juga menghemat pengeluaran banget loh temen-temen. Karena 1 liter kemasan Attack Anti Bau bisa digunakan sampai 33x cuci. Artinya, bisa dipakai sampai sebulan. Attack Anti Bau ini juga sudah plus Softener, kita nggak perlu beli softener lagi supaya pakaian kita bisa harum. Hemat banget kan jadinya? Oh ya, satu lagi ... Attack Anti bau juga bisa dibilas 1x aja loh. Pokoknya Attack New dengan Teknologi Jepang Anti Bau ini bener-bener  dambaan para emak-emak. Karena ini udah lengkap banget loh.
Attack New Anti Bau Plus Softener ini udah berhasil bikin aku jatuh cinta setiap hari karena bukan hanya membersihkan noda dengan baik, tapi juga wangi, lembut dan merawat pakaian sampe ke serat kain sehingga nyaman saat dipakai. Dan yang paling penting, menghemat waktu dan pengeluaran.
Sudah saatnya aku beralih ke Attack New dengan Teknologi Jepang Anti Bau. Bagaimana dengan para ibu? Masih suka dengan deterjen yang ribet atau mau beralih juga kayak aku?




Tulisan ini dibuat untuk Kompasiana.com


Monday, September 16, 2019

Bagaimana Membuat Outline / Kerangka Karangan yang Baik dan Mudah?


Hai, temen-temen ...!
How are you?

Maaf banget kalo aku jarang nulis buat blog aku sendiri.
Bukan karena aku nggak nulis sama sekali atau berhenti nulis.
Tapi, karena aku lagi nulis project novel adaptasi dari salah satu perusahaan.
Yah, lumayan lah bisa buat beli susu anak.

Karena tulisanku seringkali dipinang oleh beberapa perusahaan. Aku tuh jadi sering dapet pertanyaan, gimana sih caranya biar admin itu bisa fall in love sama tulisan kita?

Hmm ... aku sendiri juga nggak tahu kenapa para mimin banyak yang hubungin aku buat ngasih job nulis. Dan pastinya, ada honor dari nulis itu sendiri. Kalo ditanya kayak gitu, aku selalu nggak bisa jawab. Mungkin takdir, mungkin itu jalan Allah kasih aku rezeki.

Nah, ada beberapa yang nanya sama aku ... gimana sih caranya bikin kerangka karangan atau outline biar cerita kita itu runtun sampai akhir. Nggak ngegantung-gantung dan saat kita nggak punya ide, tulisan itu bakal jadi sampah yang nggak tahu mau kita apain lagi.

Buatku, saat menulis novel, bagian paling penting yang harus kita lakukan adalah menyusun kerangka karangan atau outline.

Aku sendiri nggak pernah bikin outline yang baku banget. Kayak kerangka karangan yang ditulis beberapa artikel. Entah kenapa, aku tuh suka baca tapi gampang bosen. Mungkin karena cara penulisannya yang baku banget dan hampir semua artikel yang aku baca, isinya sama. Ya iyalah, namanya juga artikel. Kalo tema yang diangkat sama, pasti isinya nggak jauh beda. Yang bikin beda itu gaya penulisan si penulis itu sendiri.

Nah, kan ... aku malah ngoceh panjang lebar kayak gini. Padahal, aku cuma mau ngasih tahu ke kalian gimana caranya bikin outline yang baik, benar dan mudah dipahami.

Oke ...
Let's go!

Pertama-tama ... kamu harus tahu dulu tema yang mau kamu buat itu tentang apa. Misal, tentang percintaan dunia remaja, percintaan dewasa atau cerita-cerita lainnya. Karena, pemilihan tema itu hal pertama yang harus kamu lakukan sebelum kamu memilih sebuah judul.

Kedua, kamu harus nentuin di mana setting (tempat) dari cerita yang akan kamu buat. Misalnya, kamu mau setting di Jakarta atau di Toraja. Dua tempat ini punya budaya, bahasa dan kearifan lokal yang berbeda. Misalnya, kamu mau ambil setting tempat itu daerah pantai. Otomatis, kamu harus bikin cerita itu tentang orang yang suka banget sama air atau berenang. Jangan ambil peran pendaki karena nanti nggak akan nyambung sama tempat dan tokoh yang kamu buat. Setting/latar tempat ini adalah hal yang paling lama prosesnya karena aku juga melakukan riset yang lumayan panjang.

Ketiga, kamu harus bikin karakter tokoh atau penokohan. Biasanya, aku bikin list sendiri tentang tokoh yang mau aku munculkan. Mulai dari ciri-ciri fisik, hobi dan kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh si tokoh. Poin yang satu ini bakal jadi acuan ketika si tokoh menghadapi masalah atau konflik.

Keempat, kamu harus bikin outline atau kerangka karangan per chapter atau per bab. Tulis secara singkat saja. Cukup satu atau dua kalimat yang bisa mewakili atau menggambarkan cerita yang akan kamu kembangkan. Misal, di Chapter 1, si A dan si B bertemu. Di Chapter 2, kamu harus bikin si A dan si B ini ada kelanjutan ceritanya. Misalnya, melakukan hobi mereka bersama atau apa saja. Begitu juga seterusnya ...


Yang kelima ... hmm, tentunya ini sama aja sama tips dari semua penulis-penulis senior. Seringlah baca buku-buku berkualitas. Karena, dengan membaca buku, kosa-kata kita akan terus bertambah. Yah, walau untuk seorang penulis yang sudah sibuk mengembangkan idenya setiap hari, pasti tidak ada waktu untuk membaca. Kadang, aku juga ngerasa kayak gitu. Nggak asyik banget rasanya, pengen baca tapi waktu buat baca buku nggak ada.


Buat adik-adik, selagi punya banyak waktu, pergunakanlah untuk belajar dan membaca. Membaca tidak akan kamu rasakan saat ini, tapi puluhan tahun ke depan.

Nah, itu dia tips singkat dari Kak Rin. Mudahan gampang dipahami ya!

Kalau mau tanya-tanya, bisa langsung komen di bawah.
Maaf, bukannya aku nggak bisa nulis pake bahasa baku. Tapi aku lebih nyaman santai kayak gini.


Terima Kasih ...


Rin Muna
 

Saturday, September 14, 2019

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas