Sunday, March 31, 2019

Pengalaman Mengikuti MKQ - MTQ Ke-41 Kecamatan Samboja


Sabtu, 30 Maret 2019 adalah tanggal pelaksanaan lomba MTQ ke-41 tingkat Kecamatan yang diselenggarakan di Kelurahan Karya Jaya, Samboja, Kalimantan Timur.
Ada beberapa macam perlombaan yang diikuti. Termasuk lomba yang aku juga ikut berpartisipasi di dalamnya yakni lomba Kaligrafi Al-Qur’an yang masih terbagi menjadi beberapa cabang yakni cabang naskah Al-Qur’an, Hiasan Mushaf, Dekorasi dan Kontemporer.

Tahun ini adalah pertama kalinya Desa Beringin Agung mengikuti perlombaan kaligrafi. Pihak Pemdes mengirim 7 perwakilanya untuk 4 cabang kaligrafi kategori putera dan puteri.

Kami sudah latihan beberapa minggu sebelum perlombaan. Hanya saja belum bisa maksimal karena sebelumnya memang tidak pernah mengikuti lomba kaligrafi. Terlebih, aku yang biasa melukis pensil sedikit kesulitan mencampur warna.

Walau latihan kami belum maksimal, aku cukup senang karena anak-anak semangat untuk mengikuti lomba.

Jam setengah tujuh pagi, kami sudah berkumpul di depan taman baca. Lalu kami menuju halaman Masjid Hidayatul Amin untuk berkumpul dengan peserta MTQ lainnya dari cabang Tilawatil Qur'an dan lainnya.

Saat kami memasuki gedung BPU milik Desa Karya Jaya yang dijadikan arena lomba kaligrafi, peserta sudah berkumpul di kursi masing-masing. Terutama di kursi belakang yang menjadi tempat favorite beberapa orang karena berbagai alasan.

Lomba berlangsung sekitar jam delapan pagi. Tepatnya aku lupa karena aku sudah keburu nervous dan tidak ingat melihat jam. Kebetulan juga tidak ada jam dinding yang dipasang di ruangan itu sampai beberapa lama. Walau akhirnya datang juga jam dindingnya dan langsung dipasangkan oleh panitia.

"Assalamu'alaikum ... hari ini kita akan melangsungkan perlombaan kaligrafi." Juri yang akan menilai karya kami mulai berbicara. "Panitia tidak menyiapkan kanvas karena mungkin harganya yang mahal. Panitia hanya menyiapkan plywood untuk cabang dekorasi dan karton untuk cabang mushaf dan naskah Al-Qur'an," lanjutnya.

Peserta mengambil plywood dan karton yang sudah disiapkan oleh panitia. Kecuali aku dan Nito karena kami membawa sendiri kanvas berukuran 60cm x 80 cm sesuai dengan persyaratan yang tertera di peraturan lomba.


Kami pun memulai lomba kaligrafi secara bersamaan sampai jam 12 siang tiba karena ada jeda 1 jam yang akan kami gunakan untuk istirahat, sholat dzuhur dan makan.

Walau hasilnya nggak sebagus gambar buatan yang lain. Setidaknya yang kami sudah mencoba membuat karya dan imajinasi sendiri. Memang melelahkan menggambar dari pagi sampai sore.

Tapi jelas kami tidak bisa berbuat apa-apa. Hanya berdoa saja semoga bisa menang dan membuat anak-anak lebih giat lagi berlatih untuk tahun depan. Semoga bisa membuat karya yang bagus seperti karya-karya yang lainnya. Aamiin...

Oh ya, aku punya video hasil kaligrafi kontemporer yang keren-keren. Asli karya-karya mereka keren-keren semua...

Nah, inilah sedikit cerita pengalaman pertama aku mengikuti lomba MKQ (Musabaqah Khat Qur'an) pada MTQ ke 41 Kecamatan Samboja.

Semoga bisa lebih semangat lagi belajarnya buat aku yang masih harus belajar banyak tentang dunia seni kaligrafi.






Friday, March 29, 2019

Belajar Menulis | Apa Itu Sufiks?





Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), sufiks merupakan afiks yang ditambahkan pada bagian belakang kaya dasar, misalnya -an, -kan, dan -i. Dengan kata lain, sufiks adalah akhiran.

Jenis-Jenis Akhiran dan contohnya:

  • -an : makanan 
  • -i : penuhi
  • -kan : jalankan
  • -ku, -mu, -nya : milikku, milikmu, miliknya
  • -pun : meskipun
  • -wati : karyawati
  • -er : parlementer
  • -wi : manusiawi
  • -at : muslimat
  • -in : masukin
  • -al : intelektual
  • -if : naratif
  • -ik : spesifik
  • -il : moril
  • -is : novelis
  • -isme : nasionalisme
  • -logi : etimologi
  • -ir : bankir
  • -or : editor
  • -ur : donatur
  • -itas : produktivitas
Sufiks atau akhiran ditulis serangkai dengan kata dasar yang diikutinya. Gabungan antara prefiks dan sufiks disebut dengan konfiks.

Belajar Menulis | Apa Itu Prefiks?

Firmbee




Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), prefiks merupakan imbuhan yang ditambahkan pada bagian awal sebuah kata dasar atau bentuk dasar, sering juga disebut sebagai awalan.

Dalam studi bahasa Semitik, sebuah awalan disebut dengan "preformatif", karena prefiks dapat mengubah bentuk kata yang dibubuhinya. [Wikipedia.org]

Contoh awalan dalam bahasa Indonesia:


  • berjalan: ber- adalah awalan yang memiliki arti "melakukan" sebuah kegiatan/aktifitas atau pekerjaan.
  • sebuah : se- adalah awalan yang memiliki arti "satu" atau jumlah benda/waktu/orang.
  • mahabesar : maha- adalah awalan serapan yang memiliki arti "paling" dari semua objek yang ada.

Jenis-jenis Awalan dan Contohnya:
  • Awalan se- : seorang
  • Awalan di- : dibalik
  • Awalan me- : memakan
  • Awalan meng- : mengecat
  • Awalan ber- : berdua
  • Awalan pe- : pelari
  • Awalan per- : pertanda
  • Awalan ter- : terindah
  • Awalan ke- : keluar

Prefiks atau awalan ditulis serangkai dengan kata dasar yang mengikutinya. Jadi, kalau mau nulis awalan harus ditulis serangkai dengan kata dasarnya, berbeda dengan kata depan yang ditulis secara terpisah.

Thursday, March 28, 2019

FIM


Aku tidak tahu dari mana aku harus mulai bercerita. Aku bingung karena ini cukup rumit bagiku. Aku tidak tahu bagaimana caranya aku bercerita agar kamu mengerti. Aku tidak tahu di mana tempat yang nyaman untuk bercerita. Supaya aku tahu, ada sungguh-sungguh mendengarkan ceritaku yang rumit ini.

Sampai pada suatu hari aku temukan sebuah buku diary yang tergeletak di trotoar. Jelas itu bukan milikku, sebab aku tidak suka menulis. Juga bukan milik seseorang yang aku kenal. Itu hanya sebuah catatan harian milik salah seorang murid kelas dua SMP yang tidak tahu bagaimana dan dengan siapa ia menceritakaan perasaan yang sedang ia alami.

Sama persis sepertiku yang tidak tahu bagaimana dan dengan siapa aku harus bercerita. Sedikit berbeda dengan percintaan remaja. Kisah hidupku sudah terlalu rumit. Bahkan aku tidak lagi bisa membedakan mana yang benar-benar cinta dan mana yang pura-pura cinta demi sebuah tujuan tertentu.

Tulisan ini tidak layak untuk dibaca oleh banyak orang. Karena aku tahu kalau tulisan ini sukar untuk dipahami. Hanya akan membuat semua orang pusing. Tulisan ini aku buat hanya untuk kamu, ya ... kamu! Aku harap kamu akan mengerti walau kamu perlu membaca ratusan kali untuk memahaminya. Sebab aku tak tahu bagaimana caranya mengawali dan mengakhirinya. Aku sendiri tidak yakin kalau cerita ini akan ada akhirnya. Bisa jadi, akan terus ada tanpa akhir atau bahkan akan berakhir tanpa ada cerita.

Namaku Fim, aku seorang wanita yang ... ah, aku sulit untuk mengungkapkannya. Kamu akan tahu setelah membaca semua tulisanku. Dan kuharap tidak membuatmu jadi gila. Karena aku akan merasa bersalah ketika kamu menjadi gila hanya untuk memahami cerita hidupku. Aku merasakan masa remaja yang buruk, dipermainkan oleh banyak pria dan aku harus menjalani pernikahan lebih dari satu kali. Kurasa ada yang salah dengan hidupku, namun aku tidak menemukannya. Mungkin, kamu bisa memberitahuku, apa yang salah dalam diriku?





Monday, March 25, 2019

Bermain Sambil Belajar Memanen Padi

 Hari ini aku langkahkan kakiku menuju area persawahan milik nenekku. Awalnya, aku dilarang pergi ke sawah dengan berbagai alasan. Nanti kotor, di sawah panas, banyak binatang, nanti gatal-gatal dan lain-lain. Tapi aku tetap keukeuh untuk berangkat ke sawah. Aku ingin membantu nenek, walau aku tahu kalau niatku membantu lebih banyak merepotkan orang tua.

Setiap hari, Mama, Bapak, Nenek dan Mbah Buyut bekerja keras untuk mencarikan uang jajan. Apa aku tidak boleh membantu? Setidaknya, aku bisa tahu bagaimana caranya mendapatkan uang. Kenapa nenek dan kakek rela kepanasan dan kehujanan setiap hari hanga untuk menanam padi, kemudian memotongnya.



Aku merasa geli saat jerami kering menyentuh kulitku, bahkan meninggalkan rasa gatal. Tapi, aku tetap semangat membantu walau cuaca sangat panas. Aku tidak takut menjadi hitam asalkan bisa membantu orang tua.
Aku merasa senang sekali bisa bermain di sawah sambil membantu orang tua. Aku juga bisa tahu bagaimana proses memanen padi di sawah. Banyak ilmu yang bisa aku dapatkan. Aku tahu bagaimana orang tua bekerja keras demi bisa memberikan yang terbaik untukku. Orang tua selalu mengajarkan kami kesederhanaan. Menjadi seorang petani memanglah tidak mulia di mata manusia, tapi petani selalu mulia di mata Allah SWT. Kenapa bisa dibilang mulia? Sebab petani tidak tahu bagaimana caranya korupsi hak orang lain. Yang mereka tahu hanyalah bagaimana caranya hasil panen satu musim bisa cukup untuk makan sampai musim panen berikutnya.

Sunday, March 24, 2019

Diary | Sederhana Itu Indah

Asih Nurdiati
Terik mentari begitu menyengat, dengan suhu udara sekitar 31°C.
Jam sepuluh pagi dapur orang tuaku riuh dengan kehadiran anak-anaknya yang kebetulan sedang berkumpul. Foto yang di atas adalah adikku yang paling bungsu, dia bekerja di Balikpapan dan jarang sekali pulang ke rumah. Kebetulan, semalam dia ikut pulang bersamaku dan adikku yang cowok saat kami berbelanja ke kota.
Ada hal yang menimbulkan kehebohan di rumah yakni adik keponakanku yang bernama Tony. Semalam, dia bilang mau bangun pagi-pagi supaya bisa membantu mbah ngungsung padi. Ternyata, paginya buat dia itu jam sepuluh pagi. Alhasil, aku meledeknya habis-habisan.
"Ton, sudah selesai kah ngungsung padinya?" tanyaku saat dia baru keluar dari kamar.
"Uwis."
"Neng impen?" Aku tertawa, diiringi riuh tawa yang lainnya.
Kebetulan, adik laki-lakiku juga datang, katanya mau cari kelapa buat bikin kolak pisang. Dia ragu-ragu untul memanjat pohon kelapa. Sibuk mencari di bawah pohon, siapa tahu masih ada kelapa tua yang jatuh. Dia dapat beberapa tapi  buahnya tak lagi bagus. Akhirnya, dia memanjat pohon kelapa yang memang sudah tinggi menjulang dan berhasil memetik beberapa buah.

Tak berapa lama, aku pulang ke rumah karena kebetulan aku masih ada pekerjaan rumah yang belum aku selesaikan.
Tiba-tiba saja rumah Mamak sudah sepi. Mereka semua sudah pergi ke sawah termasuk si kecil juga. Katanya, mau bantuin mbahnya.

Setiap hari libur kerja, adikku memang sering ikut ke sawah untuk membantu orang tuanya. Sama seperti masa remajaku dulu, aku juga selalu menyempatkan membantu nenek di sawah setiap libur kerja.

Aku memang lebih banyak membantu nenek dan kakek, sampai sekarang pun nenek dan kakekku masih sehat dan masih menjadi bagian dari tanggung jawabku. Yah, bisa dibilang aku dan adik-adikku berbagi tugas untuk merawat orang tua. Si bungsu membantu orang tua sedangkan aku masih punya tugas menjaga dan merawat nenek kakekku.

Sudah bekerj di sebuah perusahaa  dengan gaji yang lumayan, tidak menjadikan adikku pribadi yang angkuh dan sombong. Ia tahu dari mana dia berasal. Ia tahu dari mana dia dilahirkan. Sehingga, ia selalu membantu kedua orang tuanya setiap kali ada kesempatan pulang ke rumah.

Bukan cuma karena membantu orang tua. Kurasa dia rindu suasana sawah. Dia rindu masa-masa kecilnya di sana. Yang aku ingat, setiap hari dia tidak pernah absen mancing di sungai-sungai yang ada di areal persawahan. Sampai rambutnya tidak bisa berwarna hitam karena terus terpanggang sinar matahari.

Tapi, sekarang dia sudah tumbuh menjadi gadis yang cantik dan sederhana. Yah, dia memang nggak pernah macem-macem. Kerjanya aja dari pagi sampai malam. Jarang banget liburnya. Dia jarang punya waktu buat keluarga atau liburan. Sudah sibuk dengan kerjaan dan kegiatan kursusnya.

Hari ini, dia membantu orang tua mengumpulkan padi dari petakan sawah untuk dibawa ke pondok.
Aku cukup senang dengan pribadinya saat ini. Ia tahu bagaimana dahulu kedua orang tuanya berjuang untuk bisa menyekolahkan dia. Dia tahu bagaimana mbaknya  berjuang memenuhi kebutuhan sekolahnya. Kuharap dia tidak akan lupa kalau nanti dia sudah sukses. Hehehe...
Seperti ilmu padi, semakin berisi semakin merunduk. Begitulah kesederhanaan yang seharusnya ada di dalam diri kita. Belajar menjadi pribadi yang sederhana.



Puisi | Cahaya Cinta


geralt

Satu.
Setelahnya, harus aku hitung mundur atau maju?
Beriku satu alasan saja.
Agar aku tahu, ke mana langkah kan tertuju

Di tengah ruang pekatnya malamku
Satu per satu kuhitung rindu.
Supaya kamu tahu,
Ada milyaran rindu dalam sedetik waktu

Kamulah ...
Kamulah tersangkanya.
Kamulah satu-satunya orang yang kudakwa.
Sebab telah mencuri hatiku
Dan tak pernah membawanya kembali

Dan jadilah kamu pemilik hatiku
Dan jadilah kamu cahaya dalam gelapku
Dan jadilah kamu tawa bahagia dalam setiap langkahku.

Jangan pernah coba tuk pergi
Sebab aku tak mampu melangkah dalam gelap.
Kaulah satu-satunya cahaya cinta di hati ini.
Maka, tetaplah bersinar walau sinarmu tak hanya untukku...


Rin Muna
20 Marer 2019

Friday, March 22, 2019

AKU

Pixel2013

Aku ...
Laksana siluet pohon di antara bias cahya senja yang indah
Aku ...
Bergumul pada titik hitam yang menghiburku

Aku berdiri di sini
Dalam kelam
Dalam tangis
Dalam lelah
Dalam sendu
Dalam kegelapan

Di antara ...
Bias cahaya mentari yang mengintip dari peraduan
Awan-awan yang dilukis begitu indah
Air tenang yang menyadarkanku bahwa aku tak sendiri

Walau aku kelam, aku hitam
Di mata bias cahaya indah yang hiasi senja
Aku tetap bisa lihat keindahan
Yang terbentang indah di sekitarku



Rin Muna
East Borneo, 22 Maret 2019

Thursday, March 21, 2019

Proses Belajar Menggambar [from Penciller to Painter]

Dokumen Pribadi
Aku adalah wanita yang lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah ketimbang di luar rumah. Bisa dibilang, aku termasuk orang yang introvert tapi juga nyaman berada di keramaian. Hanya saja, rasa percaya diriku memang sedikit bermasalah.

Sejak masih sekolah, aku suka sekali menghabiskan waktuku di kamar bersama buku atau coret-coret buku. Dan kebiasaan itu masih saja melekat dalam diriku hingga saat ini.

Awalnya, aku memang belajar melukis menggunakan pensil saja. Alasannya, karena masih belajar lah. Kalau udah pro mah medianya udah lain. Makanya, aku lebih banyak membuay lukisan pensil sejak dulu. Selain mudah, juga bahannya murah. Hehehe ...

Akhir-akhir ini aku mulai belajar painting karena sebuah tuntutan. Mungkin, kalau tidak ada pemicunya, aku tidak akan pernah belajar melukis dengan warna. Yang pertama, modalnya lumayan mahal. Aku harus beli kanvas, beli cat, kuas dan aksesoris lainnya. Buatku yang cuma ibu rumah tangga, harga itu termasuk mahal. Mending uangnya dipake buat jajan anaknya kan lumayan.

Untungnya selalu ada rejeki lebih yang membuat aku akhirnya bisa beli peralatan melukis. Walau belum selengkap Art Studio Painting. Ah, itu mah buat level master. Buat aku mah levelnya ngelukis di teras rumah doang.

Masa peralihan dari penciller ke painter jelas masa-masa yang sulit buatku. Biasanya aku hanya belajar membuat gradasi warna hitam putih, sekarang aku harus belajar mix colour. Karena, warna cat lukis adalah warna-warna standar yang harus kita campur sendiri untuk menghasilkan warna sesuai dengan keinginan kita. Ini masih sulit bagiku.

Bisa dilihat di video ini, bagaimana proses aku belajar selama bertahun-tahun dan masih belum bisa bagus juga sampai sekarang.


Belajar yang paling mudah adalah menggambar pemandangan. Aku coba-coba cari referensi di internet untuk mencari obyek yang bagus. Akhirnya aku dapet contoh gambar seperti yang lukisan aku di atas. Yah, emang belum bisa mirip 100% sih. Beda banget kalau Abi Cadio yang gambar, dia mah super-super realis.

Karena aku menghabiskan waktuku 24 jam di dalam rumah, aku lebih banyak melukis dan membaca buku. Pokoknya, istri kayak aku tuh nggak ribet. Nggak demen belanja macem-macrm atau keluyuran ke mana-mana. Asal sudah dibelikan buku sama alat lukis. Ndilek aja di rumah, nggak bakal ke mana-mana.

Kalau banyak ibu-ibu muda sepertiku demen ngeluyur ke rumah temannya buat ngerumpi atau shopping. Aku lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Yah, bukan berarti aku nggak pernah jalan sama sekali. Aku juga kadang keluar rumah kalau ada undangan, keperluan atau diajak adikku jalan-jalan. Kalau suami aku sih, nggak pernah ngajakin jalan-jalan kalau aku nggak merengek-rengek minta keluar rumah. Hiks ... hiks... sedih ya?

Buat ibu rumah tangga sepertiku, apalagi yang mau dilakuin selain gambar sama nulis. Dan keduanya memang hobiku, tapi sempat vakum berkarya karena sibuk kerja. Rasanya, jari ini gatal kalau nggak menulis apa pun. Mungkin ini salah satu caraku menghindari kebiasaan gosip yang udah jadi naluri emak-emak.

Oke, cukup sampai sini aja tulisan dari saya. Kalau kepanjangan entar malah curhat macem-macem pula. Mending fokus sama kegiatan-kegiatan aku aja. Semoga bisa menginspirasi ibu-ibu muda untuk mengisi waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat.

Buat kalian yang suka menghina karya orang lain, sesekali lihatlah bagaimana cara mereka berproses. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan hanya dituntut untuk telaten dan kreatif, tapi modal peralatannya juga lumayan. Hargailah walau belum bagus supaya semangat untuk belajar lagi. Mengkritik boleh, menghina jangan ya! Apalagi buat adik-adik yang masih belajar, semangat terus ya!

Salam,

Rin Muna

Wednesday, March 20, 2019

Puisi | Cinta Cita Kita

Silviarita


Telah kurajut detik demi detik
Hanya untuk tahu siapa aku bagimu
Dalam setiap simpul waktu
Kamu yang kujaga menepi di sana

Haruskah aku hapus yang aku yakini?
Haruskah aku buang yang aku punyai?

Tak mudah bagiku mengulang waktu yang hilang
Tak mudah bagiku mengulang kisah yang usang

Kita selalu bersama tapi tak pernah bicara
Aku lukis semua dinding dengan kisah kita
Agar kamu bisa sesekali menyapa
Mengingat bahwa kita pernah berjalan bersama

Namun semua tetap terasa bisu dan semu
Tak pernah kudengar sapamu
Walau ribuan detik kita habiskan duduk bersama
Bagaimana aku tahu masih ada cinta?
Sementara sapamu tak lagi ramah untuk cita kita.
Bunuh saja semua cinta dan cita kita!
Dan hancurkan, melayang jadi debu ...



Rin Muna
East Borneo, 20 Maret 2019 

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas