Wednesday, November 1, 2017

Puisi Akrostik "Perjuangan Sang Ibu" Dalam Buku Antologi Puisi "Dua Sayap"

Source: pixabay.com/PublicDomainPictures



PERJUANGAN SANG IBU

Kala sang fajar menggoda di balik pepohonan
Harapan ku tumpukan pada mentari yang mulai menghangat
Ocehan burung-burung mengiringi derap langkahku
Tak perduli pada jutaan peluh yang menghiasi tubuhku
Inilah aku dengan segala perjuanganku
Menikmati indahnya perjuangan yg ibuku ajarkan
Aku bahkan tak pernah dengar keluh kesah di antara lelah dan sakitnya
Hanya kebahagiaan kami yang dia inginkan





Nama Ibu: KHOTIMAH


Walrina, Kutai Kartanegara


Telah diterbitkan oleh FAM Publishing Juni 2016 dalam buku antologi puisi berjudul "Dua Sayap".

Puisi Akrostik Nama Ayah "Kasih Sang Ayah" Dalam Buku Antologi Puisi "Dua Sayap"

KASIH SANG AYAH

Hari yang kulalui begitu indah
Aku menari dan menyanyi riang gembira
Rasa dunia tak ingin ku akhiri
Jejak-jejak langkahmu jadi bukti ku tak sendiri
Indahnya hari yang kulalui bersamamu
Takkan pernah terganti
Omong kosong bila ku lupa segala tentangmu


Nama Ayah: HARJITO

Walrina, Kutai Kartanegara


Telah diterbitkan oleh FAM Publishing Juni 2016 dalam buku antologi puisi berjudul "Dua Sayap".

Puisi "Kosong"

Ruang yang dulu ramai kini kosong
Canda tawa yang pernah ada kini tiada
Kursi-kursi yang indah telah lama usang
Kasih setia berpadu kini entah kemana

Lama ku pergi tak pernah kembali
Lama ku rindukan ruang kebahagiaan kami
Lama ku tinggalkan kenangan ini

Saat ku kembali semuanya terasa sepi
Saat ku kembali semua telah usang
Saat ku kembali semuanya menyayat hati
Saat ku kembali semua terasa kosong

Walrina
Kutai Kartanegara, 19 Juli 2016

Puisi "Lilin Kecil" Dalam Buku Antologi Puisi "Yang Membuka Pintu Surga"

“LILIN KECIL”



Aku rindu pada lilin kecil yang membuatku merasa berarti
Aku rindu pada lilin kecil yang membuatku selalu tersenyum
Aku rindu pada lilin kecil yang mengingatkanku tentang kebahagiaan
Kebahagiaan sederhana yang kini tak pernah kurasa
Kebahagiaan kecil yang dulu damai bersemayam di hati ini
Tak kusesali lilin kecil itu terbakar habis
Yang kusesali aku tak bisa bersinar terang lagi
Semakin lama semakin meredup dan berada dalam kegelapan
Berharap lilin kecilku bersinar lagi
Berikan aku sedikit sinar agar aku dapat melihat indahnya sekitarku


Walrina
Kutai Kartanegara


Telah diterbitkan oleh FAM Publishing Maret 2016 dalam buku antologi puisi berjudul "Yang Membuka Pintu Surga".

Puisi "Lambaian Sang Pinus" Dalam Buku Antologi Puisi "Menghempas Karang"

“LAMBAIAN SANG PINUS”

pixabay.com



Ku langkahkan kaki ini pada pasir yang sedang bermandi air laut
Ku bentangkan tangan ini dan kurasa deras angin meniup tubuhku
Ku nikmati pandanganku pada sang pinus yang melambai membawa senyum indah di bibirku

Lambaian Sang Pinus
Beriku kabar tentang bahagia
Lambaian Sang Pinus
Ajari aku lupakan kepedihan
Lambaian Sang Pinus
Ajakku mengerti tentang perbedaan
Lambaian Sang Pinus
Ajari aku tentang cinta dan kasih sayang
Ajari aku menjadi kokoh dan kuat walau diterpa jutaan angin kencang
Ajari aku bagaimana menjadi diriku sendiri
Ajari aku bagaimana aku punya arti

Jemari Sang Pinus
Tunjukkan bagaimana kokohnya karang di terjang ombak
Jemari Sang Pinus
Tunjukkan bagaimana luasnya lautan yang penuh rahasia
Jemari Sang Pinus
Tunjukkan indahnya Sang Mentari tenggelam di ufuk barat
Jemari Sang Pinus
Tunjukkan bahwa aku tak hidup seorang diri
Ada yang selalu jadi penyemangatku
Ada yang selalu kuatkan aku
Ada yang selalu indahkan aku
Ada yang selalu setia mendampingiku
Dan ada yang jadi pengobat rasa sakitku


Walrina
Kutai Kartanegara

Telah diterbitkan oleh FAM Publishing Mei 2016 dalam Buku Antologi Puisi "Menghempas Karang".




______________________________
🅒 Copyright.
Karya ini dilindungi undang-undang.
Dilarang menyalin atau menyebarluaskan tanpa mencantumkan nama penulis.

Puisi "Kartini Kecilku"

PUISI “KARTINI KECILKU”

pixabay.com


Kau kartini kecilku
Ajarkan kelembutan dalam ketegaran
Ajarkan kekuatan dalam kelemahan
Ajarkan kebahagiaan dalam jerit tangismu
Ajarkan keindahan dalam senyum tawamu

Kau kartini kecilku
Yang menguji nilai kesabaranku
Yang menguji nilai ketegaranku
Yang menguji nilai kelembutanku
Yang menguji nilai ilmu pengetahuanku

Kau kartini kecilku
Bagai pelangi antara terik dan gerimis
Bagai lentera dalam gelap angan-anganku
Bagai api yang membakar semangatku
Bagai air yang meredam ego dan emosi

Wahai engkau kartini kecilku
Indah senyummu sejukkan kalbuku
Jerit tangismu menggetarkan jiwaku
Sentuhan jemari kecilmu membangkitkan semangatku

Walrina
Kutai Kartanegara



______________________________
🅒 Copyright.
Karya ini dilindungi undang-undang.
Dilarang menyalin atau menyebarluaskan tanpa mencantumkan nama penulis.

Puisi "Jerit Tangis Si Buah Hati"

JERIT TANGIS SI BUAH HATI

pixabay.com


Jerit tangis yang pertama kudengar dari bibir mungilmu
Berikan aku sejuta semangat saat aku tak berdaya menahan jutaan rasa sakit
Berikan aku sejuta senyuman indah yang tak pernah kudapati sebelumnya
Jerit tangis indahmu
Bagai ribuan bidadari menari indah di pelupuk mataku
Jerit tangis suaramu
Hapus semua duka dan derita dalam hidup ini

Jerit tangismu beri harapan baru dalam hidupku
Jerit tangismu beri sejuta impian yang ingin ku raih
Jerit tangismu lukiskan keindahan abadi di hariku
Jerit tangismu jadikan aku wanita sempurna
Jerit tangismu jadikan aku pemimpin para bidadari
Jerit tangismu jadikan aku karang yang tak kikis diterpa badai

Jerit tangis si buah hati
Membuka pintu surga yang lama tak pernah terbuka
Jerit tangis si buah hati
Membuka pintu harapan yang telah lama tertutup
Jerit tangis si buah hati
Membuka jendela mimpi-mimpi yang siap untuk diraih
Jerit tangis si buah hati
Membuka pintu kebahagiaan yang lama kurindukan
Jerit tangis si buah hati
Membuka galeri lukisan sejuta keindahan

Karya: Walrina
ID FAM3345U Kutai
Kutai Kartanegara, 18 Desember 2015



______________________________
🅒 Copyright.
Karya ini dilindungi undang-undang.
Dilarang menyalin atau menyebarluaskan tanpa mencantumkan nama penulis.


Puisi "Masa Senjamu" dalam Buku Antologi Puisi Berjudul "Ayah, di Bahumu Aku Bersandar"

“MASA SENJAMU”

pixabay.com



Setiap ku lihat guratan di wajahmu
Kurasakan betapa beratnya beban yang pernah kau pikul
Di usia senjamu kini
Terlihat goresan perjuangan di wajah rentamu
Perjuangan tentang bagaimana buatku tersenyum
Di usia rentamu kini
Terlihat goresan pengorbanan di masa lalumu
Pengorbanan tentang bagaimana buatku bahagia

Setiap ku tatap kedua matamu
Kulihat sejuta perjuangan yang tak pernah kau keluhkan
Mata senjamu pertanda bahwa kau pernah jadi hebat dalam hidupku
Mata senjamu pertanda bahwa kau sandaran terkuat dalam hidupku
Mata senjamu pertanda bahwa kau pelita terindah dalam hidupku
Pelita hidupku yang semakin lama semakin meredup
Pelita hidupku yang semakin lama semakin pudar dan menua
Pelita hidupku yang ku ingini tetap bersinar selamanya
Pelita hidupku yang takkan pernah mati walau nyawa tak lagi di raga

Kini biarlah aku yang jadi pelita di usia senjamu
Biarlah aku yang jadi matamu
Biarlah aku yang jadi telingamu
Biarlah aku yang jadi penopang langkahmu
Biarlah aku yang jadi sandaranmu

Karena dulu aku pernah bersandar di bahumu walau menahan sejuta pilu

Karya : Walrina, Kutai Kartanegara

Telah diterbitkan oleh Penerbit FAM Publishing Februari 2016 dalam buku antologi puisi berjudul "Ayah, di Bahumu Aku Bersandar"



______________________________
🅒 Copyright.
Karya ini dilindungi undang-undang.
Dilarang menyalin atau menyebarluaskan tanpa mencantumkan nama penulis.

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas