Showing posts with label Rumah Literasi Kreatif. Show all posts
Showing posts with label Rumah Literasi Kreatif. Show all posts

Thursday, July 7, 2022

Calligrapher Team Desa Beringin Agung Tahun 2022

 




Alhamdulillah, setiap tahunnya aku masih diberi kepercayaan untuk mengirimkan kafilah dari Desa Beringin Agung untuk ikut berpartisipasi dalam lomba MTQ (Mushabaqah Tilawatil Qur'an)


Setiap tahunnya pula, kafilah dari desa selalu berubah-ubah. Terkadang, sulit untuk menemukan bakat-bakat baru yang memiliki jiwa berkompetisi. Ada banyak orang yang cerdas, pandai dan memiliki keterampilan, tapi tidak banyak dari mereka yang memiliki keberanian untuk berkompetisi di dunia luar.

Terlebih, pandemi selama dua tahun ini membuat anak-anak remaja lebih asyik dengan dunia digital dan gadget yang setiap hari di tangan. Mereka lebih banyak berdiam diri di dalam sebuah ruang dan tidak banyak bergerak. Membuat mereka kurang berinteraksi dan bersosialisasi dengan sesamanya dan membuat mereka tidak memiliki kepercayaan diri saat berada di luar ruangan.

Oleh karena itu, Rulika menjadi salah satu tempat ekslusive yang hanya diminati oleh kalangan tertentu. Karena tidak semua anak mau dan berani untuk ikut berkompetisi. Bagiku, mereka tidak perlu memiliki bakat yang tinggi. Asalkan mereka berani untuk maju dalam kompetisi, maka mereka adalah pemenang yang sesungguhnya atas rasa takut dalam diri mereka sendiri.






Aku bahagia karena masih memiliki kesempatan untuk mendampingi mereka dalam proses pengembangan diri. Tidak ada yang instan di dunia ini, kecuali mie instan. Mie instan pun masih harus melalui proses pemasakan untuk bisa dikonsumsi dengan baik dan memiliki cita rasa yang enak.

Begitu juga dengan proses seni kaligrafi ini. Semuanya butuh proses dan anak-anak remaja adalah target yang paling baik sebagai proses untuk pengembangan diri dan belajar.

Karena semua yang ada di sini adalah hasil pembelajaran otodidak. Tidak ada guru khusus yang mengajari anak-anak kaligrafi. Aku sendiri hanya berusaha menyediakan fasilitas semampuku dengan bantuan dari desa untuk pengadaan peralatan kaligrafi. Semua keterbatasan ini, membuat kami tidak bisa berkembang cepat seperti peserta-peserta dari daerah lain. Tapi semua anak-anak tetap bersemangat untuk belajar menjadi lebih baik lagi.

Semoga, tahun-tahun berikutnya semakin banyak anak-anak remaja yang mau bergabung dengan Rulika untuk sama-sama belajar menjadi remaja yang jauh lebih baik untuk masa depan mereka.
Rulika terbuka untuk siapa saja yang mau belajar dan berkarya. 
Aku bukan pembimbing atau guru bagi mereka. Aku hanya seorang pendamping yang akan mendengarkan apa pun yang mereka butuhkan dan aku akan berusaha membantu sesuai dengan kemampuanku. 
Aku hanya manusia biasa, kemampuanku sangat terbatas.
Hebatnya mereka adalah karena mereka sendiri, bukan karena aku.
Jatuhnya mereka adalah kesalahanku yang tidak mampu memberikan dukungan terbaik untuk mereka.
Semoga ke depannya, akan ada orang yang lebih peduli pada pengembangan bakat anak-anak remaja, selain aku.

Terima kasih untuk cerita yang begitu membanggakan ...!
Aku akan perkenalkan anak-anak yang selalu aktif belajar dan berkarya di Rumah Literasi Kreatif.

Salam kenal semuanya ...!














Mohon doa dan dukungannya supaya mereka tetap aktif berkarya!



Much Love,


@rin.muna

Saturday, March 12, 2022

Kenangan Bersama Ibu Rullyta Aminudin [Pahlawan Tanpa Tanda Jasa Masa Kini]


 


 

Hai, guys ...!

Kali ini aku mau cerita sesuatu yang penting banget buat kalian semua.

Jangan di-skip bacanya biar kalian tahu tentang makna hidup dan sosok pahlawan di sekelilingmu! Karena kali ini aku mau cerita tentang sosok pahlawan yang ada sekitar kita. Karena lagi ada Kontes Blog Super Bercerita ke IV dari Aplikasi Super yang akan mengangkat tema tentang sosok pahlawan yang inspiratif di sekitar kita.

Menurutmu, pahlawan itu apa sih? Siapa nih yang udah punya sosok pahlawan dalam hidupmu?”

Kalau menurut KBBI, pahlawan adalah orang yang menonjol karena keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran.

Orang yang disebut pahlawan sudah pasti memiliki nilai-nilai kepahlawanan. Ada lima nilai-nilai kepahlawanan yang dimiliki oleh seorang pahlawan yakni; rela berkorban, mengutamakan kepentingan orang banyak di atas kepentingan pribadi, pantang mundur, cinta tanah air, dan, ikhlas dan tanpa pamrih.

Nah, kali ini aku bakal cerita tentang sosok pahlawan yang punya arti dan mempengaruhi hidupku. Biasanya, aku selalu menempatkan ibu sebagai pahlawan nomor satu dalam hidupku. But, kali ini aku akan menuliskan tentang sosok pahlawan lain di sekitarku. Semua orang yang telah membantuku, mereka adalah sosok pahlawan. Aku tidak akan pernah melupakan jasa-jasa mereka.

Dan kali ini, aku ingin memperkenalkan seorang wanita yang telah memberikan banyak pelajaran hidup dan juga berperan mengubah hidupku.

Ibu Rullyta Aminudin adalah sosok wanita yang begitu menginspirasi bagi saya. Karena beliau telah memberikan banyak pelajaran hidup, telah memberikan akses menuju satu kata “sukses” dalam hidup saya. Membangun sebuah kepercayaan diri yang tidak pernah saya miliki sebagai orang kampung.

Pada akhir tahun 2017, Tuhan menentukan takdir saya untuk bertemu dengan sosok wanita baik hati ini di salah satu pameran seni yang diadakan oleh kota Balikpapan. Saat itu, saya langsung tertarik dengan lapak buku yang beliau gelar di tempat tersebut. Membuat kami berkenalan dan saling mengenal lebih jauh.

Ibu Rullyta adalah seorang pendidik, pegiat & penggiat literasi, relawan, seorang ibu, dan inspirator sekaligus. Beliau adalah pendiri dan pengelola Kampoeng Literasi (TBM An-Nisa) kota Balikpapan.

Pertemuan saya dengan beliau adalah sebuah takdir yang berhasil mengubah hidup saya. Dari beliaulah saya terinspirasi untuk mendirikan taman baca seperti yang beliau dirikan. Karena buku-buku adalah bagian dari impian saya. Saya adalah bagian dari orang yang suka dengan buku-buku dan saya ingin buku-buku yang saya baca juga bisa dibaca oleh banyak orang. Terutama untuk mereka yang suka membaca, tapi tidak memiliki uang untuk membeli buku.

Saat itu, saya dan suami tidak punya pekerjaan. Saya berhenti dari perusahaan dan memutuskan sebagai ibu rumah tangga biasa. Karena tidak memiliki kesibukan, saya berusaha mewujudkan impian saya untuk memiliki perpustakaan pribadi.

Berawal dari diskusi kecil dengan Ibu Rullyta, akhirnya saya memberanikan diri membuka sebuah taman bacaan masyarakat hanya bermodalkan lima puluh buku koleksi pribadi. Pada Februari 2018, saya mendirikan sebuah taman baca yang saya beri nama “Taman Bacaan Bunga Kertas” yang saat ini dikenal sebagai "Yayasan Rumah Literasi Kreatif". Hingga saat ini, taman baca saya terus berkembang. Dari koleksi lima puluh buku, terus bertambah hingga lebih dari seribu lima ratus buku. Dalam tiga tahun terakhir ini, taman baca yang saya dirikan mendapat penghargaan setiap tahunnya untuk program pemberdayaan masyarakat yang bekerjasama dengan perusahaan swasta.

Dari beliau juga, saya lebih banyak belajar. Terutama kepercayaan diri saya yang hanya lahir sebagai anak pelosok dan lulusan SMA. Beliau tidak pernah berhenti memberikan booster untuk saya. 

Ketika saya bilang “Saya nggak bisa, Bu. Saya cuma lulusan SMA.” karena saya memang tidak percaya diri. Tapi beliau selalu bilang kalau ijazah bukanlah satu-satunya modal bagi kita untuk berperan di masyarakat. Karena pengetahuan dan wawasan kita tidak ditentukan oleh selembar ijazah. Ketika kita sudah bisa berperan dan diterima oleh masyarakat, selembar ijazah itu bisa kita dapatkan dengan program pembelajaran khusus.

Dari situlah saya semangat untuk belajar. Menambah wawasan dan pengetahuan dengan cara membaca buku. Hingga akhirnya saya bertemu dengan ilmu yang berhasil mengubah hidup saya. Dari beliaulah saya terinspirasi untuk lebih banyak belajar. Selama kita bisa membaca dan memahami bacaan kita, maka kita akan memiliki akses menuju ke masa depan yang lebih baik.

Dari membaca, saya memiliki banyak pengetahuan. Pengetahuan tentang bagaimana menggunakan sosial media dengan baik hingga merambah ke blogger. Dari hobby membaca, saya tertarik untuk membuat tulisan dan memang memiliki cita-cita sebagai novelis. Awalnya, saya tidak percaya kalau saya akan hidup sebagai seorang novelis. Terlebih, saya tidak tahu kalau menulis bisa menghasilkan uang.

Berbekal pengetahuan dan wawasan dari buku-buku dan tulisan yang saya baca, saya akhirnya bisa menciptakan sebuah tulisan. Semakin banyak membaca, kosa kata kita akan bertambah dan semakin berani untuk menulis. Membuat saya akhirnya bisa menulis novel dengan ribuan bab dan memiliki penghasilan hingga ratusan juta. Sangat berbeda jauh dengan ketika saya bekerja di perusahaan.

Bagi saya, orang-orang yang telah menginspirasi dan mengubah hidup saya adalah seorang pahlawan. Terkadang, satu kalimat saja bisa menggugah hati kita untuk lebih bersemangat menjalani kehidupan ini. Ada banyak kalimat motivasi dan inspiratif dari orang-orang besar yang terdengar di telinga kita, tapi tidak membuat hidup kita berubah. Malah, orang-orang biasa di sekitar kita yang memberikan inspirasi dan membuat kita menjadi besar.

Orang yang membukakan pintu untuk akses menuju kesuksesan adalah pahlawan bagi saya. Saya tidak bisa bersikap dan berkata bahwa apa yang saya miliki adalah murni kerja keras saya tanpa peran orang lain. Ada banyak orang-orang yang berperan dalam hidup saya dan Ibu Rullyta adalah inspirasi, role model yang telah membuat saya bersemangat untuk belajar hingga bisa berdiri di titik ini.

Terima kasih untuk mendiang Ibu Rullyta yang telah memberikan semangat pada saya! Menjadi pahlawan bagi saya dan bagi banyak orang di luar sana. Memberikan inspirasi tiada henti tanpa pamrih. Tidak mengharapkan balasan dan selalu tulus memberikan pelajaran hidup pada banyak orang di luar sana.

Saya percaya, bukan hanya saya yang tergugah hatinya karena motivasi dari beliau. Ada banyak orang yang terinspirasi oleh perjuangan beliau. Saya tidak pernah lupa senyum terakhir beliau di saat kritis melawan kanker di tubuhnya. Dia menggenggam erat tangan saya dan berkata, “Penerusku.”

Kalimat terakhir beliau membuat saya tergugah untuk terus menjadi inspirasi di daerah saya. Menjadi seorang ibu yang tidak pernah berhenti belajar, selalu tulus membantu sesama, bermanfaat untuk banyak orang, tetap berprestasi dan memberikan inspirasi untuk negeri.

Terima kasih untuk pahlawan yang telah berhasil mengubah hidup saya dan banyak orang di luar sana ...! Jasa-jasamu tidak akan pernah aku lupakan. Bagiku, relawan pendidikan adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang sesungguhnya.

Kalau kalian ingin tahu lebih dalam tentang sosok Almarhumah Ibu Rullyta, kalian bisa baca karya beliau berjudul "Kisahku dan Buku"  yang ditulis ketika dia berjuang melawan kanker.



Siapa pahlawan tanpa tanda jasa yang ada di dalam hidupmu dan mampu membuat hidupmu berubah?

 

Demikian tulisan kecil dariku, semoga menginspirasi dan memotivasi kalian semua.



Oh ya, aku mau kasih tahu ke kalian kalau Kontes Blog Super Bercerita ke IV udah buka, loh. Kalian bisa bikin konten blog mulai April - Juni 2022. Pada kontes blog kali ini, Super Bercerita akan mengangkat tema #KadoUntukPahlawan. Kalian bisa mengangkat sosok-sosok inspiratif yang ada di sekitar kalian dan layak mendapatkan predikat sebagai pahlawan. Blogger dengan tulisan terbaik akan mendapatkan hadiah dari Aplikasi Super dan sosok pahlawan yang diangkat dalam tulisan juga akan mendapatkan kado, loh.

Yuk, buat kalian yang suka nge-blogging. Wajib banget ikut kontes ini! Selain dapet hadiah, kalian juga bakal dapet pahala karena sudah memberikan kado dari karyamu untuk pahlawan yang membantu menginspirasi hidupmu.

Kalian bisa klik link di bawah ini untuk ikut kontesnya, ya!

Kontes Super Bercerita ke IV

 

 

 

 

  

 

 

Wednesday, December 15, 2021

Langkah Kecilku untuk Indonesia

 

 

 

 Semua hal besar, selalu berawal dari hal kecil. Bahkan kokohnya Gunung Semeru, berawal dari debu dan pasir yang saling menyatu.

Begitulah kiranya, aku ingin memberikan manfaat di setiap tetes kehidupan yang aku miliki.  

Awalnya, aku suka melihat reality show di salah satu stasiun televisi swasta. Bisa dibilang, aku menjadi deretan penggemar presenter acara itu. But, kalau mau ketemu beliau hanya punya dua jalan ... menjadi orang yang menginspirasi atau penuh dengan sensasi.

"Oke. Aku putuskan untuk memilih jalan yang pertama!"

But, gimana memulainya?

Bingung 'kan?

Sama. Aku juga bingung.

Lebih bingung lagi, ketika aku menjadi pengangguran dan tidak tahu harus bagaimana memulai diriku untuk menjadi sebuah inspirasi. Wanita kecil yang tinggal di desa terpencil sepertiku, apa yang bisa dibanggakan orang lain? Terlebih untuk menjadi sebuah inspirasi, aku harus melakukan begitu banyak hal.

Sampai akhirnya, aku berkelana dan Tuhan mempertemukan aku dengan seseorang yang menginspirasi. Dari beliau, aku terinspirasi untuk membuat sebuah taman bacaan. Setelah berkonsultasi beberapa kali, akhirnya aku memutuskan untuk membuat taman bacaan di desaku dengan modal nekat.  Kenapa dibilang modal nekat? Karena saat itu, aku hanya memiliki 50 buah buku koleksi pribadi. Kualitas bukunya pun tidak begitu bagus. Hanya beberapa bahan bacaan saja. Saat itu, internet belum masuk desa dan minat baca anak-anak di desa cukup besar.


Dari modal 50 buah buku itu, aku mendapatkan bantuan buku dari teman-teman penulis di seluruh Nusantara. Tidak terhitung berapa banyak kepedulian mereka. Aku sangat berterima kasih pada mereka yang begitu peduli, tanpa mengharapkan balasan.


Dengan modal 50 buah buku, kertas HVS dan pensil warna, aku berhasil mengembangkan taman bacaku secara perlahan. Aku tidak ingin terlalu cepat. Ada banyak proses yang harus kulalui. Terutama, modal untuk membuat kegiatan sosial ini. Terlebih saat itu, aku memang tidak memiliki finansial yang baik. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari saja, aku masih kesulitan.

Lalu, kenapa malah buka taman baca? Sudah jelas kalau kegiatan sosial itu tidak akan menghasilkan rupiah, malah kita yang keluar uang untuk kegiatan tersebut. Modal nekat banget 'kan?

Aku berpikir, ingin bersedekah tidak harus menunggu jadi kaya. Kalau aku tidak ditakdirkan untuk kaya, artinya aku tidak akan bersedekah seumur hidupku. Aku tidak punya uang banyak yang bisa aku sedekahkan. Oleh karenanya ... selain senyuman, aku memilih bersedekah ilmu dan buku. Ilmu yang masih terbatas dan buku yang masih terbatas pula. Namun, aku sudah berniat untuk terus meningkatkan diri dengan lebih banyak belajar. Supaya aku bisa bermanfaat dan membantu banyak orang. Setidaknya, aku bisa menjadi tempat bertanya yang baik. Tempat berbagi cerita atau sekedar bercanda tawa.

Aku membuka taman baca di teras rumahku untuk pertama kalinya pada 18 Februari 2018. Di tahun 2018, aku mendapatkan gelar Juara Favorite pada ajang pemilihan Duta Baca Kaltim. Sebuah prestasi yang tidak pernah terpikirkan olehku saat itu karena aku sudah memiliki seorang anak. Bisa dibilang, aku sudah berkeluarga. Rasanya, tidak mungkin mendapatkan gelar seperti itu. Sementara, di luar sana masih banyak anak muda berbakat yang lebih layak mendapatkannya.

Pada tahun 2019, aku kembali mendapatkan sebuah penghargaan sebagai Pemuda Pelopor Kukar bidang Pendidikan yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan dan Olahraga (Dispora).

Di tahun 2019 pula, kegiatan sosial yang aku lakukan secara pribadi ini dilirik oleh salah satu perusahaan swasta. Setelah berdiskusi beberapa kali untuk menyatukan visi dan misi, akhirnya perusahaan tersebut mempercayakan program sosialnya di taman bacaan kecilku yang akhirnya berubah nama menjadi Rumah Literasi Kreatif (Rulika) Bunga Kertas.

Pada tahun 2020, Rulika mendapatkan penghargaan kategori Gold dalam ajang CSR Indonesian Award dan Kukar CSR Award 2020. 

Pada tahun 2021, Rulika kembali mendapatkan penghargaan kategori Gold dalam ajang Indonsian Sustainablity Development Award 2021.


Semua prestasi yang didapatkan oleh rumah bacaku itu adalah hasil kerja keras dan keaktifan warga dalam berkegiatan sosial di Rumah Literasi Kreatif. Berkat dukungan mereka semua, Rulika berhasil membawa nama baik desa dan semua masyarakat yang terlibat di dalamnya.


Dari proses inilah, aku mulai belajar banyak hal. Belajar tentang kehidupan dan cara menghidupkan.

Meski sedikit tertatih karena tuntutan program yang semakin tinggi, aku tetap berusaha untuk melangkah. Tidak boleh berhenti meski terkadang butuh waktu untuk beristirahat.

Saat ini, aku aktif sebagai seorang penulis platform dan tetap berusaha untuk aktif dengan kegiatan rumah bacaku pula.

Di Rumah Literasi Kreatif, ada 6 pola dasar literasi yang diterapkan, yakni:

1. Literasi Baca Tulis

2. Literasi Berhitung

3. Literasi Sains

4. Literasi Digital

5. Literasi Finansial

6. Literasi Budaya dan Kewargaan


Dari 6 literasi tersebut. Yang paling aktif adalah Divisi Literasi Finansial. Di tahun kedua membuka taman baca, saya dan ibu-ibu kreatif membentuk sebuah kelompok yang disebut MAMUJA. MAMUJA merupakan bagian dari RULIKA dan sebagai penerapan Literasi Finansial.

Mamuja terdiri dari ibu-ibu kreatif dengan bakat yang beragam. Mereka semua aktif belajar menjahit, membuat tas rajut, dompet, membuat kue dan sebagainya. Semua kegiatan itu dilakukan untuk mengisi waktu luang agar lebih bermanfaat dan membantu perekonomian keluarga. Aku juga menjadi bagian dari mereka yang juga menerima manfaatnya.

Selama ini, kami masih tidak tahu bagaimana memulai sebuah bisnis kecil-kecilan dengan mudah. Sampai akhirnya, aku menemukan aplikasi Super App di salah satu media sosial. Aplikasi ini sangat bermanfaat dan memudahkan untuk ibu-ibu yang sedang memulai berbisnis online maupun offline. Cara mendapatkan barangnya mudah, murah dan dikirim langsung oleh kurir Super satu hari setelah pemesanan. Ini sangat membantu dan memudahkan untuk saya dan teman-teman dalam memulai usaha. Kalian semua juga bisa mencobanya dengan cara mendownloas aplikasi Super di Playstore atau App Store, loh.


Inilah langkah kecilku yang aku mulai untuk Indonesia. Meski tak besar, setidaknya bisa bermanfaat untuk orang-orang terdekat.


Sampai di sini catatan kecil perjalananku.

Semoga bermanfaat untuk kalian dan bisa menginspirasi!



Much Love,

@rin.muna

Wednesday, December 1, 2021

Tetap Cinta Buku di Tengah Derasnya Arus Digitalisasi


Hampir dua tahun dilanda pandemi, membuat rumah baca yang aku dirikan juga terkena dampaknya. Sepi. Nyaris tidak ada yang datang sekedar membaca buku atau bermain.
Semua anak sibuk dengan gawai masing-masing dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumahnya untuk belajar online.
 
Kali ini, aku sedikit lega karena akhirnya ... masih ada yang mau berkunjung untuk sekedar membaca buku. Meski koleksi buku-buku di taman baca ini belum diperbaharui. Di tengah derasnya arus digitalisasi, buku fisik menjadi sesuatu yang terabaikan dan tidak begitu diminati. Namun, beberapa anak masih berminat membaca buku. Terutama untuk mereka yang belum mengenal gawai atau orang tua mereka membatasi penggunaan gawai pada anak-anaknya.

Banyak hal yang bisa diambil oleh anak-anak yang mencintai buku. Membaca buku cerita bisa menambah wawasan, bisa menginspirasi dan membangun karakter pada anak. Oleh karenanya, setiap anak-anak membaca buku, aku selalu memilah buku bacaan yang akan mereka pinjam. Ada banyak komik dari anak-anak sampai dewasa. Sehingga, aku membatasi bacaan mereka. Anak-anak SD belum aku izinkan membaca komik remaja sekelas Naruto. Aku lebih menyarankan mereka untuk membaca atau meminjam buku KKPK (Kecil-Kecil Punya Karya) dan beberapa buku dongeng untuk dibaca.


Tak banyak anak yang suka dengan buku. Hanya segelintir anak saja. Tapi itulah anak-anak yang akan menjadi bagian dari perubahan. Anak yang mencintai buku sejak kecil, karakternya akan terlihat berbeda saat dewasa. Ia memiliki wawasan yang lebih luas jika dibandingkan dengan anak-anak seusianya. 

Aku berharap, akan semakin banyak anak yang mencintai buku di tengah derasnya arus digitalisasi. Meski kita dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman, bukan berarti kita mengabaikan apa yang seharusnya menjadi dasar pembelajaran dan pembentukan karakter pada anak.


Yuk, ajak anak-anak kalian untuk mencintai dan menghargai buku juga! Karena, buku akan menjadi jalan bagi mereka meraih kesuksesan di masa depan. Tidak ada buku yang tidak bermanfaat. Semua buku adalah ilmu dan selalu ada hal baik yang bisa dipetik, ada hal buruk yang bisa dijadikan pelajaran.

Terima kasih untuk kalian yang pernah menginjakkan kaki ke taman baca, meski sekedar untuk mencari tempat pelarian atas kepenatan hari-hari kalian!
Semoga, kalian akan terus mengingat tempat ini dan akan menjadikannya sebagai tempat yang pernah menjadi salah satu pijakan kakimu untuk meraih kesuksesan!


Much Love,



Rin Muna

Wednesday, March 31, 2021

Program Desa Ramah Anak di Desa Beringin Agung


Minggu, 15 November 2020

Yayasan Teman Kita bersama dengan pemerintah Desa Beringin Agung mengadakan pelatihan "Kader Ramah Anak".

Pelatihan ini merupakan pelatihan pertama kalinya untuk mewujudkan program "Desa Ramah Anak" yang ada di Desa Beringin Agung.

Desa Ramah Anak adalah program desa yang bertujuan untuk menjadikan desa ini sebagai desa yang ramah bagi anak. Anak-anak di desa bisa terbebas dari kekerasan seksual, pelecehan seksual dan bullying yang kerap terjadi di sekolah dan lingkungan masyarakat.

Program Desa Ramah Anak ini akan melibatkan seluruh stakeholder yang ada di desa ini. Sebab, semuanya tidak akan terwujud tanpa adanya pertisipasi dan dukungan dari masyarakat desa.

Saya sebagai warga Desa Beringin Agung, merasa sangat senang dengan adanya program Desa Ramah Anak ini. Harapannya, desa ini bisa benar-benar menjadi desa yang aman, nyaman dan ramah untuk anak-anak.

Karena, anak-anak adalah masa di mana karakter dan mentalnya akan terbentuk hingga dewasa. Bagaimana karakter anak saat dewasa nanti, adalah hasil dari penanaman karakter sejak dini. Jika menunggu sampai besar baru dilakukan penanaman karakter, tentunya akan terlambat.
Menanamkan karakter pada anak itu seperti menanam bonsai. Jika masih muda, kita bisa membentuk batang dan pertumbuhan daunnya seperti apa. Hingga ia bisa tumbuh dengan baik dan berkualitas. Jika kita terlambat merawatnya. Maka karakter itu akan tumbuh secara liar. Bahkan, batangnya yang sudah mengeras akan sulit untuk diatur. Jika dipaksakan, hanya akan patah, rusak dan rapuh.

Oleh karenanya, Desa Ramah Anak ini adalah program yang sangat penting karena berkaitan dengan masa depan anak-anak kita. Jika karakter anak-anak terbentuk dengan baik. Maka, masa depan dan kemajuan desa kita juga akan terbentuk dengan baik.

Saya sangat berharap jika semua masyarakat bisa berperan aktif dalam mendukung pengembangan program "Desa Ramah Anak" ini. Kita bisa mengukur indikator keberhasilan program ini setiap tahunnya.
Akan sangat membanggakan jika seluruh warganya bisa saling membantu, berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Desa Beringin Agung sebagai Desa Ramah Anak.

Cukup sampai di sini dulu tulisan kecil dari aku...
Semoga, saat aku bikin tulisan lagi di tahun depan ... sudah ada perkembangan yang baik dari program ini. Mari kita sama-sama membangun desa untuk kepentingan dan kemajuan bersama!



Salam hangat,
@rin.muna

Saturday, March 20, 2021

Rela Menempuh Jarak Jauh dalam Keadaan Hamil Demi Menjadi Relawan Pengajar di Rulika

 


Hai ... hai ...!

Kali ini aku mau cerita tentang hari bersejarah dalam hidupku. Hari di mana aku mengenal sosok wanita yang begitu istimewa. Aku mengenal Miss Fida yang merupakan guru aktif di sekolah menengah atas yang ada di Kecamatan Samboja dari salah satu keluargaku.

Hari itu ... Miss Fida datang berkunjung ke Rumah Literasi Kreatif. Kami berdiskusi banyak hal hingga akhirnya aku mengetahui kalau beliau adalah seorang guru Bahasa Inggris di salah satu sekolah swasta.

Selain mengajar, beliau juga sangat senang berkegiatan sosial. Sama seperti yang kerap aku lakukan di Rumah Literasi Kreatif. Ada banyak kegiatan sosial yang aku lakukan di desa. Meski tidak menghasilkan uang, tapi membuat hidup kami diselimuti banyak keberkahan dari Tuhan.

 

Karena jiwa sosial dan kepedulian beliau. Beliau rela menjadi relawan guru Bahasa Inggris di Rumah Literasi Kreatif. Aku sangat bahagia dan terkesan dengan perjuangan beliau. Beliau rela menempuh jarak yang cukup jauh untuk bisa mengajar secara sukarela di Rulika (Rumah Literasi Kreatif).

Ada banyak guru di desa ini, tapi tidak ada satu pun yang berminat menjadi tenaga pengajar sukarelawan. Aku sedikit kesulitan mencari tenaga sukarela yang mau mengajar di Rulika. Kenapa? Karena Rumah Literasi Kreatif murni bergerak di bidang sosial pendidikan. Kami tidak memungut biaya dari peserta bimbingan atau pelatihan. Sehingga, aku tidak bisa menjanjikan apa pun pada relawan pengajar yang mengajar di Rulika. Kalau nggak dibayar, siapa sih yang mau meluangkan waktunya berlelah-lelah? Nggak semua orang bisa melakukannya.

 

Oleh karenanya, aku meminta bantuan dari beliau. Beruntungnya, Miss Fida justru sudah menawarkan diri untuk menjadi relawan pengajar sebelum aku memintanya untuk membantu mengajar di Rulika. Aku tidak bisa mengajar semuanya, hanya menjadi fasilitator saja. Sebab, ada 6 pola literasi dasar yang aku terapkan di Rulika. Jadi, banyak kegiatan yang harus aku urus di samping pekerjaan utamaku. Aku juga tidak bisa mengabaikan pekerjaanku begitu saja, hehehe.

 

Aku membutuhkan relawan-relawan yang mau membantu mengajar di Rulika. Namun, aku juga tidak bisa mengintervensi atau menuntut mereka untuk selalu aktif mengajar karena aku tidak bisa menjanjikan apa pun. Hanya mengharapkan mereka yang dengan sukarela memberikan tenaga dan pikirannya untuk menjadi bagian dari perubahan masa depan.

 

Kami sudah sama-sama tua. Tidak mungkin bisa terus bergerak seperti anak-anak muda. Oleh karenanya, kami juga hadir dalam acara Youth Camp untuk melihat bagaimana anak-anak muda bersemangat dalam memajukan desanya. Sebab, apa yang aku lakukan saat ini ... aku tetap membutuhkan regenerasi. Orang yang sejalan dengan visi-misi, peduli dengan pendidikan dan lingkungan sekitarnya tanpa menuntut apa-apa.

 

Terima kasih untuk Miss Fida yang begitu menginspirasi. Meski dalam keadaan hamil, dia tetap semangat untuk belajar hal baru. Belajar bersama anak-anak muda yang kelak akan membawa perubahan untuk masa depan.

 

 

Sampai di sini tulisan kecil dari aku ...

Semoga bisa menginspirasi dan menjadikan hidup kita bermanfaat!

 

 

 

Much Love,

@rin.muna 

Sunday, March 14, 2021

Membangun Negeri dari Youth Camp Desa Beringin Agung

 


Samboja, 13-14 Maret 2021 

 

Pertamina Hulu Sanga-Sanga dan Yayasan Teman Kita berkolaborasi mengadakan "YOUTH CAMP" untuk pemuda/pemudi Desa Beringin Agung.

Camping yang berlangsung selama 2 hari 1 malam ini diikuti oleh 21 peserta dan diisi oleh pemateri-pemateri yang kece banget. Ada Kak Rio, seorang psikolog yang membawakan materi "Self Awareness". Ada Kak Andin Destian (Founder Serumpun Lima Studio)  yang membawakan materi "Seni Budaya dan Kearifan Lokal. Ada Kak Dion Agustian Pratama Putra (Founder Editorest.id) yang membawakan materi tentang "Konten Kreator" dan ada Kak Iswahyudi (Manager Riset & Inovasi HBICS, Yayasan Tunas Cahaya Bangsa) yang membawakan materi tentang Kepemimpinan dan Organisasi.

 

Wah, pematerinya keren-keren banget, ya!? Mereka semua adalah orang-orang yang aku kagumi. 

Meski aku nggak ikut jadi peserta, tapi aku juga nggak mau ketinggalan dapetin ilmunya, dong. Oleh karenanya, aku juga hadir di sana hanya untuk belajar. Mengikuti materi dan diskusi dengan orang-orang hebat seperti mereka.

 

Selain materi-materi yang keren banget. Mereka juga mengadakan outbond dan pementasan untuk membangun kebersamaan, percaya diri, kepedulian, saling menyayangi dan bekerja sama.

Dari materi awal yang dibawakan sama Kak Rio, udah keren banget. Gimana pemuda/pemudi ini bisa nyusun puzzle dengan mengandalkan kepekaan timnya. Kalau temennya nggak peka, itu puzzle nggak bisa jadi. Iih ... pokoknya keren banget! Waktu aku masih muda, aku nggak pernah dapetin pelatihan seru seperti mereka. Rasanya, pengen kembali muda lagi.

 

Materi selanjutnya, tentunya lebih seru lagi. Aku juga nggak mau ketinggalan untuk melihat mereka sedang membuat program apa untuk desa mereka.

Di akhir materi, aku kagum dengan pemikiran anak-anak muda yang memiliki kepedulian terhadap kemajuan desa mereka. Karena ada banyak orang pintar, tapi mereka belum tentu peduli. Ada banyak orang kaya, mereka juga belum tentu peduli.

 

Hari ini aku belajar banyak dari mereka. Belajar tentang semangat muda untuk membangun negeri. Belajar tentang bagaimana menjadi generasi yang peduli pada daerah sendiri.

Jika bodoh, kita masih bisa belajar. Tapi jika di hati sudah memiliki rasa tak peduli, maka masa depan akan hancur.

Kenapa aku peduli pada masa depan? Kadang, orang lain kerap bertanya. Untuk apa aku berlelah-lelah memberikan begitu banyak ilmu dan inspirasi tanpa dibayar? Awalnya, aku memang tidak memiliki jawaban karena aku ini orang bodoh. Aku hanya merasa, ini adalah panggilan Tuhan. Karena hatiku merasa bahwa sedih jika melihat generasi masa depanku tak punya harapan. Sampai akhirnya ... hari ini aku sadar bahwa aku haruslah peduli pada masa depan. Sebab, di sana ada anak-anakku yang akan hidup.

Dunia bisa benar-benar berubah karena segelintir orang yang ingin melakukan perubahan. Jika hidup hanya memenuhi kebutuhan sandang dan pangan saja, tentulah aku tidak akan bisa menulis di blog seperti ini. Tulisanku bisa ada di sini karena ilmu pengetahuan yang terus maju dan berkembang.

Sekarang, kita bisa menikmati mudahnya naik kendaraan bermotor karena ilmu pengetahuan. Itulah sebabnya, kita haruslah peduli pada generasi masa depan kita. Peduli pada kemajuan daerah kita. Jika sumber daya manusianya maju, daerah itu pasti akan maju.

 

Aku merangkul mereka, anak-anak muda untuk berkarya dan menginspirasi. Menjadikan garda terdepan dalam kemajuan desa dan terwujudnya “Kampung Literasi” di Desa Beringin Agung.

 

Karena ...

Yang muda yang berkarya.

Yang muda yang menginspirasi.

Yang muda yang membuat perubahan.

 

 

Terima kasih untuk semua stakeholder yang telah terlibat dalam kegiatan ini!

Semoga “Kampung Literasi” di Desa Beringin Agung akan benar-benar terwujud dalam dua tahun ke depan. Aamiin.

 

 

 

Much Love,

@rin.muna



Artikel lain yang sama : 


Mamuja Tak Henti Berkarya, Kini Berhasil Meluncurkan Produk Mamuja Food




 

 

Sepanjang tahun, Mamuja tak henti berkarya. Dibentuk pada 03 Februari 2019 karena keisengan belaka. Awalnya, hanya ingin kumpul-kumpul untuk memanfaatkan waktu luang agar lebih berisi dan bermanfaat. Tak disangka jika Mamuja mampu bergerak terus-menerus dan menjadi bagian dari penggerak ekonomi masyarakat.


Meski hingga saat ini hanya beranggotakan 7 orang saja, tidak membuat semangat ibu-ibu ini tumbang. Mereka justru bersemangat setiap harinya untuk melahirkan karya, bukan melahirkan anak saja.


Setelah mendapatkan pelatihan bisnis yang diadakan oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga pada Januari 2020. Ibu-ibu Mamuja terinspirasi untuk membuat sebuah produk UMKM yang bisa dinikmati oleh semua kalangan, terutama oleh generasi milenial.


Kali ini, Mamuja bersama Rumah Literasi Kreatif berusaha untuk mengemas produk-produk UMKM hasil binaan agar bisa dipasarkan ke luar desa Beringin Agung. Mengingat bahwa produk-produk desa sulit untuk bersaing di pasar karena banyak kendala dan hambatan yang menjadi pokok persoalan. Salah satunya adalah masalah pengemasan dan pemasaran produk. Jarak tempuh dari pedesaan ke kota lumayan jauh. Akses transportasi ini cukup menjadi pengaruh besar dan menjadikan harga produk tidak lagi kompetitif.


Meski banyak hambatan, ibu-ibu tetap tidak menyerah untuk terus berkarya. Mencoba banyak hal. Belajar dari kegagalan dan tidak berhenti bergerak. Sampai akhirnya, ibu-ibu Mamuja berhasil membuat salah satu cemilan dari buah-buahan yang juga kekinian. Yakni, aneka keripik dan stick buah. 


Karena aku tidak pandai urusan marketing. Hanya punya basic menulis, maka aku hanya bisa membantu ibu-ibu ini mempromosikan produk-produk mereka agar laku terjual dan bisa membantu perekonomian keluarga.

Selai itu, aku juga meminta tolong pada adik bungsuku yang kebetulan bekerja sebagai marketing untuk membantu memasarkan produk dan karya ibu-ibu Desa Beringin Agung. Harapan ke depannya, produk-produk Mamuja yang menaungi beberapa produk ibu-ibu di desa ini mampu menjadi produk yang layak untuk bersaing di pasar. Bersanding dengan produk-produk lain yang juga ada di pasaran.


Ada beberapa produk stick buah yang diproduksi oleh ibu-ibu desa. Salah satunya adalah Stick Nanas yang menjadi produk unggulan di Desa Beringin Agung.



Stick Nanas ala Mamuja ini memiliki daya tarik sendiri karena bahannya berasal dari Nanas khas Samboja. Kalian tidak hanya bisa membawa Nanas Samboja sebagai oleh-oleh, tapi juga bisa membawa stick nanas ala Mamuja. 

 

Mudah dibawa ke mana saja, bisa dimakan kapan saja dan cocok dengan berbagai suasana.




 


 

 

Buat kalian yang ingin order Stick Nanas khas Mamuja, bisa langsung DM di Instagram @nanas.samboja atau WA di 0821-4949-9566 (Chat Only).



Dengan membeli produk-produk Mamuja, kalian sudah membantu berdonasi untuk kegiatan Sosial Pendidikan dan Kemanusiaan yang ada di Rumah Literasi Kreatif Bunga Kertas di Desa Beringin Agung.



Terima kasih sudah bersedia membaca tulisan ini!

Semoga menginspirasi dan membuat kalian tersentuh untuk ikut memajukan desanya.



Much Love,

@rin.muna



 

Sunday, February 21, 2021

PERAN SERTA PEMUDA/PEMUDI DALAM PENDIDIKAN ANAK-ANAK DI DESA BERINGIN AGUNG

 



Hai, buat semua teman-teman yang sudah sering baca blog aku, salam sayang semuanya!

Sudah lama sekali aku tidak menulis di blog aku sendiri. 

Bukan berarti, aku nggak ada kegiatan apa-apa atau lagi mager. Jujur, kerjaan aku di dunia nyata lumayan menguras keringat. Terlebih, aku juga harus survive dengan hidupku sendiri dan kegiatan-kegiatan sosial yang ada di Rumah Literasi Kreatif.

Sejak aku membuka rumah baca pada 18 Februari 2018 lalu. Aku selalu melakukan kegiatan sosial sendirian. Dengan tenaga sendiri dan biaya sendiri pula. So, aku juga tidak bisa mengabaikan pekerjaan atau usahaku supaya bisa tetap bisa menghidupi rumah baca. Karena tidak setiap bulan aku mendapatkan donatur, jadi harus punya biaya sendiri untuk menghidupi kegiatan yang ada di rumah literasi kreatif. Memang cukup berat untuk aku yang tidak punya pekerjaan tetap alias freelance, hehehe.


Meski begitu, aku selalu bahagia menjalaninya. Setiap kali ada banyak masalah hidup yang harus dihadapi ... aku selalu melampiaskan dengan menulis atau berkegiatan sosial. Karena aku tipe orang yang suka foya-foya. Daripada menghamburkan uang untuk hal yang kurang bermanfaat, lebih baik aku gunakan sedikit uangku untuk kegiatan sosial.


Tahun ini ... Rumah Literasi Kreatif kembali membuka kelas belajar Bahasa Inggris untuk anak-anak di Desa Beringin Agung. Kelas Bahasa Inggris kali ini disponsori oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga, sama seperti kelas Bahasa Inggris di tahun sebelumnya.


Bedanya apa?

Tentu ada perbedaannya, dong.

Kalau dulu ... aku masih mengajar sendiri karena belum ada relawan yang mau membantu mengajar anak-anak di Desa Beringin Agung. Tapi tahun ini ... aku mendapat kejutan yang bisa dibilang sangat membahagiakan. Kenapa? Karena kali ini ... kelas Bahasa Inggris di Rulika sudah dibantu oleh 3 orang relawan / volunteer yang bersedia menjadi pengajar untuk anak-anak SD (Basic English).


Aku merasa sangat senang karena relawan/volunteer adalah mahasiswa dan juga penduduk lokal yang rela meluangkan waktu dan tenaganya untuk mengajar tanpa dibayar. Kalau dulu, guru adalah pahlawan tanpa tanda saja. Kalau sekarang, aku bilang ... relawan adalah pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka mau berlelah-lelah, meluangkan waktu dan membagi ilmu yang mereka miliki untuk anak-anak yang punya semangat untuk belajar.


Tiga orang remaja itu adalah Rifkal Artha Yudha (Mahasiswa Prodi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur), M. Ade Surya Husaini (Mahasiswa Teknologi Industri & Proses, Institut Teknologi Kalimantan) dan Aisyah Nurul Hidayah (Alumni Madrasah Aliyah Nuruddin Samboja).

Mereka bertiga adalah pemuda/pemudi yang menginspirasi. Sebab, tak banyak anak-anak muda yang mau meluangkan waktunya untuk berkegiatan sosial. Mereka lebih suka bermain game atau sibuk dengan gadget masing-masing di rumahnya. Tapi ... segelintir anak muda ini telah rela menghabiskan waktu dan tenaganya untuk berbagi. Hal ini, membuat saya sangat terkesan. Saya tidak menyangka kalau masih ada pemuda di desa ini yang ikut peduli dengan pendidikan dan ikut mencerdaskan generasi penerus bangsa tanpa mengharapkan imbalan. Insya Allah ... imbalannya akan dibalas oleh Allah dengan kesuksesan mereka di masa depan. Aamiin...


Di balik semangat mereka memberikan inspirasi, tentunya ada rasa lelah yang harus dikorbankan. Saya tahu, sebab saya pernah mengalaminya. 

Berapa banyak pengorbanan mereka, mereka tidak pernah mengeluh dan tetap tersenyum, penuh semangat memberikan pengajaran untuk anak-anak.

Aku lihat sendiri bagaimana Ade Surya baru datang dari Balikpapan untuk mengajar Bahasa Inggris karena pagi harinya, dia masih ada mata kuliah dan harus kembali lagi untuk belajar secara daring/tatap muka  di kampusnya. Kebayang, gimana heroiknya dia yang harus bolak-balik Balikpapan-Samboja.

Begitu juga dengan Rifkal. Di tengah-tengah kesibukannya kuliah, dia meluangkan waktu untuk menjadi pengajar di Rumah Literasi Kreatif setiap hari Sabtu dan Minggu.

Kalau untuk Kak Aisyah ... mmh, nggak perlu aku sebut lagi, deh. Dia setiap hari memang menjadi relawan di Rumah Literasi. Dia yang kerap bantu beres-beres di Rumah Literasi Kreatif. Kalau bukunya sudah dihambur sama anak-anak yang berkunjung, dia yang akan mengomel panjang lebar karena dia yang sering membereskan buku-bukunya. Ke depannya, semoga bisa di-manage dengan baik dengan menjadi pustakawan di Rumah Literasi Kreatif.


Terima kasih untuk semua relawan yang sudah berperan aktif menjadi bagian dari inspirasi ...

Suatu hari ... Tuhan akan mengangkat kalian ke tempat yang lebih tinggi. Karena ada banyak hati yang berharap, kalian akan terus memberi manfaat untuk mereka...


Cukup sampai di sini tulisan dari saya...




Much Love,


Rin Muna,

Founder Rumah Literasi Kreatif


Thursday, February 4, 2021

2 Tahun Bersama Mamuja - Menjaga Kebersamaan Itu Tidak Mudah

 


03 Februari 2021.

Pagi-pagi sekali, tiba-tiba group dikejutkan dengan peringatan hari ulang tahun MAMUJA yang muncul di Facebook.
Dari delapan orang anggotanya, nggak ada yang ingat sama hari ulang tahun Mamuja kali ini. Entah, mungkin karena kesibukan masing-masing. Juga mungkin karena aku pernah bilang mau merayakannya saat peresmian Rumah Literasi Kreatif. Jadi, emang nggak diingat-ingat, hahaha.

Mamuja adalah salah satu komunitas divisi Literasi Finansial yang ada di taman bacaku. Aku bentuk satu tahun setelah aku mendirikan Rumah Literasi Kreatif pada 18 Februari 2018.


Alhasil, karena nggak ingat .. cuma beli kue ulang tahun doang. Itupun karena aku sekalian keluar nyari kayu. 

Akhirnya, kami harus merayakan tahun kedua kami dengan cara yang sangat sederhana. Mmh ... sebelumnya juga sangat sederhana, sih. Kami ini orang kampung, makan daun singkong dan iwak asin saja sudah merasa mewah. Hehehe.

Meski dalam kesederhanaan, tapi kami tetap bersama-sama. Menjadi teman dalam suka dan duka. Meski tak punya banyak uang, asal bisa bersama-sama menikmati kebersamaan.

Tak terasa, dua tahun sudah aku membersamai Mamuja. Salah satu komunitas ibu-ibu kreatif yang kami bentuk secara mandiri. Bergerak dengan dana pribadi yang kami mampu untuk tetap bisa berkarya dan menginspirasi masyarakat di sekitar.

Kami bukan satu-satunya komunitas di desa ini. Kami hanya sebagian kecil yang ada di sini. Tidak banyak yang bisa kami lakukan, hanya bisa mencoba menjadi orang yang bermanfaat dan berguna bagi orang lain.

Setiap kali melihat semangat ibu-ibu ini ... aku selalu terharu. Banyak suka dan duka yang sudah kami lalui. Mungkin, orang hanya melihat sukanya saja. Tapi tidak tahu bagaimana kami berjuang hingga sampai di titik ini.

Dengan banyak hal yang harus kami hadapi, mereka tetap solid, tetap bersama dan menemani langkahku berjuang hingga detik ini. 

Terkadang, ada sebuah pertanyaan yang kerap mendera. Untuk apa aku memperjuangkan orang lain hingga sampai seperti ini?

Jawabannya, karena kebahagiaan dan obat dari rasa sakit yang teramat dalam. Aku bahagia melihat orang lain, ingin membuat mereka bisa merasakan kebahagiaan. Sebab, merasakan hidup menderita dan dikucilkan di masyarakat adalah salah satu hal yang membuat hidup tidak nyaman.

Awalnya, aku sudah merasa tidak percaya diri saat aku nggak tahu lagi harus membawa mereka ke mana. Berkoordinasi dengan pemerintah pun tidak akan ada hasilnya untuk komunitas pengepul sampah yang kecil seperti kami. Kalau menunggu bantuan, tidak akan ada kegiatan yang kita buat. Akhirnya, kami berinisiatif untuk mengumpulkan uang kas yang akan kita gunakan untuk kesejahteraan anggota nantinya.

Alhamdulillah ... hanya dengan modal 5rb per pertemuan ... sekarang sudah bisa memiliki uang kas di atas 2 juta rupiah dan menjadi modal bagi Mamuja untuk mulai menjadi pelaku ekonomi kreatif. Saat ini, kami tidak perlu lagi memungut uang kas dari anggota dan tetap bisa berkarya, tentunya juga menghasilkan finansial.

Harapan saya, orang-orang ini tidak hanya membesarkan komunitas ini. Tapi juga bisa menjadi besar karena komunitas. Sebab, aku baru berhasil ketika mereka bisa merasakan manfaatnya, merasakan ilmu yang mereka dapat di Rumah Literasi Kreatif benar-benar berguna.

Untuk bisa menyamaratakan visi dan misi tidaklah mudah. Dari seratus orang, mungkin hanya ada 1 orang yang berjiwa sosial dan peduli dengan orang lain. Mereka adalah bagian dari orang-orang itu dan saya bersyukur dipertemukan dengan ibu-ibu muda yang begitu hebat.

Sebab, Mamuja memanglah sebuah komunitas sosial. Lebih banyak kegiatan sosialnya daripada kegiatan ekonominya. Tapi ... dengan kegiatan sosial kita bisa mendapatkan banyak hal. Hal yang tidak akan bisa dinilai dengan uang.

Uang sebanyak apa pun, akan habis dalam sekejap. Tapi ilmu yang kita dapat walau secuil, akan berguna untuk bekal dunia dan akhirat. 
Dengan berkegiatan sosial, kita mengenal banyak orang yang beragam. Memiliki profesi dan pola pikir yang berbeda pula. Bisa mendapatkan banyak ilmu yang mungkin saja tidak bisa dinilai dengan uang. Mendapatkan banyak pengalaman yang mungkin saja tidak bisa dinilai dengan harta yang hanya titipan.

Terima kasih Mamuja ...!
Kalian mengajarkan banyak hal padaku.
Mengajarkan kebersamaan, kekeluargaan.
Mengajarkan tentang bagaimana aku bisa menerima kekurangan orang lain.
Mengajarkan tentang bagaimana aku bisa menunjukkan kekuranganku pada orang lain.
Mengajarkan tentang sabar dan ikhlas dalam menghadapi hidup.
Mengajarkan tentang kekuatan dan keuletan dalam menjalani sesuatu.
Mengajarkan tentang semangat saat aku berada di titik terakhir hampir menyerah.
Mengajarkan tentang cinta dan kasih sayang yang bisa tumbuh meski tak punya pertalian darah.

Aku bahkan belum memberi apa-apa. Apa yang kuberikan tak sebanding dengan apa yang kuterima. Kalian sudah memberikan begitu banyak hal untukku. Pengalaman hidup yang tidak akan bisa aku beli dengan semua uang yang kuhasilkan seumur hidupku.

Terima kasih ... selama 2 tahun bersama dan tetap menjaga kebersamaan.
Suatu hari ... anak-anak kita akan bercerita tentang kita di masa depan. 
Tentang bagaimana kisah kita tertulis hingga 1000 tahun kemudian ...











Monday, November 30, 2020

Nggak Nyangka! Ideku Diadopsi untuk Pembelajaran Pencegahan Kekerasan Seksual untuk Anak Usia Dini



Hai ... hai ...!
Apa kabar semua?
Semoga sehat selalu dan makin rajin membaca ya!


Kali ini, Kak Rin mau sharing sedikit tentang kegiatan keseharian Kak Rin di Desa Beringin Agung.

Eh, Kak Rin kan bukan pendidik, bukan guru ... Cuma ibu rumah tangga biasa yang kebetulan punya rumah baca.

Tanggal 22 November kemarin, aku ikut Pelatihan Kader Ramah Anak yang diadakan di Merkurius Room, Graha Bintang, Balikpapan.

Ada hal lucu di sana yang bikin aku mau ketawa terus-terusan. Mau tahu apa?
Hahaha ...
Ketawa aja dulu, siapa tahu nanti nggak lucu.

Oke, lanjut ... di saat sesi FGD, kami membuat kelompok yang terdiri dari lima orang. Kelompok lain, mayoritas adalah guru dan sudah terbiasa dengan pembelajaran di sekolah. Sedangkan aku, dapet kelompok yang isinya warga biasa dan laki-laki semua. Di kelompok itu, yang perempuan cuma aku. Yang lain itu Pak Eko (Sekdes), Putera (Perangkat Desa), Supri (Karang Taruna), Irul (Warga), Mas Gun (Ketua RT07).

Kalian bayangin, ya!
Bayangin dulu!

Nggak ada satu pun yang punya pengalaman mengajar di sekolah dan isinya laki-laki semua. 
Entah kenapa, aku lebih senang ngobrol sama laki-laki karena pikiran mereka simple, suka bercanda dan nggak mudah tersinggung dengan mulutku yang suka nyablak.
Apalagi, kami semua dapet tugas untuk melakukan pembelajaran pada anak usia dini. Yang ada di pikiranku adalah kegiatan yang simple, seru, disukai anak-anak dan bikin ribut.

Alhasil, saat kelompok lain mulai sibuk dengan karton dan konsep pendidikan yang akan mereka ajarkan ke murid-muridnya. Kami berlima cuma bercanda sambil tunjuk-menunjuk, alias bingung mau bikin apaan.

Oke, karena yang punya pengalaman mengajar cuma Mas Eko. Eh, Pak Eko ... karena beliau dulu adalah guru SD saya. Saat ini, Pak Eko adalah pelatih sepak bola di SSB Desa Beringin Agung. Jadi, aku kasih ide untuk menggunakan kartu merah seperti saat pertandingan sepak bola.

Semua mengiyakan dan Putera menambahkan kalau bagian tubuh yang boleh disentuh menggunakan kartu warna biru, yang tidak boleh disentuh menggunakan kartu warna merah.


Setelah melakukan pengenalan anggota tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh, kami akan menanyakan pada semua murid-murid yang ada di ruangan itu. Misalnya, ketika kami menyebutkan bagian tangan, semua murid akan mengangkat kartu warna biru. Saat kami menyebutkan bagian dada, semua murid akan mengangkat kartu warna merah. Kami akan menyebutkan nama anggota tubuh secara cepat dan yang salah angkat kartu akan mendapatkan hukuman. 

Yeay ...! Seru banget 'kan? Karena sasaran kita adalah anak-anak usia dini. Tentunya berbeda dengan kelompok lain yang sasarannya adalah remaja.

Pokoknya, ini ide paling simple, paling seru dan cocok untuk anak-anak. Kenapa? Karena akhirnya teman-teman dari Pena dan Buku mengadopsi ide ini untuk dijadikan bahan ajar mereka.
Seneng banget rasanya kalau ide sederhana ini bisa dihargai dan digunakan oleh orang lain. Aku merasa kalau hidupku ini ternyata masih ada manfaatnya walau cuma sedikit.

Kalau mau lihat contoh permainan serunya, klik link di bawah ini ya! 👇👇👇




Inilah keseharianku yang bisa aku bagi dengan kalian semua.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi.


Much Love,
@rin.muna

Pelatihan Kader Ramah Anak Desa Beringin Agung

 



Minggu, 22 November 2020.


Pagi-pagi sekali, 30 warga desa Beringin Agung yang terdiri dari perwakilan guru dan warga berangkat menuju Graha Bintang untuk mendapatkan pelatihan kader Desa Ramah Anak yang dilaksanakan oleh Pertamina Hulu Sanga-Sanga, berkolaborasi dengan Yayasan Teman Kita dan Desa Beringin Agung.


Acara ini dihadiri oleh Rendy Wirawan (Ketua Yayasan Teman Kita), Kusnadi (Kepala Desa Beringin Agung) dan Hidayah Utama Lubis (Sr. Officer Communication & Relation Pertamina Hulu Sanga-Sanga).



Program Desa Ramah Anak merupakan program yang fokus pada pencegahan kekerasan seksual pada anak dan pergaulan bebas.


Pelatihan ini merupakan pelatihan kedua yang dilaksanakan oleh Yayasan Teman Kita, minggu sebelumnya, mereka sudah melakukan pelatihan di Desa Beringin Agung untuk 10 orang.


Dalam pelatihan ini, kita diajarkan banyak hal. Terutama bagaimana menyikapi anak-anak era digital yang sangat mudah mengakses informasi yang luas dan tak terbatas.

Selain materi yang diberikan, kami juga melakukan FGD. Dalam FGD ini yang paling seru menurutku. Karena semua orang harus membentuk kelompok untuk membuat bahan ajar dalam mengkampanyekan pendidikan seksual pada anak (mengenalkan tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain).



Karena saya dapet kelompok laki-laki semua dan mereka bukan dari dunia pendidikan alias warga desa biasa. Alhasil, cucok banget dengan kelakuan aku yang bar-bar. Sampai-sampai, kami menjuluki kelompok kami adalah kelompok bar-bar karena tidak menggunakan banyak bahan peragaan. Hanya diskusi kecil sambil ketawa-ketawa, kemudian langsung praktek tanpa ribet supaya bisa mengajarkan anak-anak mengenal tubuh yang boleh disentuh dan tidak boleh disentuh menggunakan dua warna kartu. Merah artinya tidak boleh disentuh. Biru artinya boleh disentuh.


Hingga sore hari, kami semua larut dalam keseruan pelatihan ini. Jadwal yang harusnya sudah selesai jam lima sore. Eh, nambah sampai jam setengah enam. Itu artinya, pelatihan kali ini memang asyik dan tidak membosankan.


Kalian yang sudah baca artikel ini, bantu kampanyekan Desa Ramah Anak yang ada di desa Beringin Agung demi masa depan anak-anak kita semua.





Dengan adanya pelatihan kader ramah anak ini, diharapkan mampu menciptakan Desa Beringin Agung yang aman dan nyaman untuk anak-anak.


___________________________


Buat orang tua di rumah, bisa ajarkan anaknya menggunakan lagu ini ya!


Link Lagu untuk anak-anak, klik ini ya! 👉 : Jaga Diriku (Sentuhan Boleh, Sentuhan Tidak Boleh)



Terima kasih, ini catatan kecil dari Kak Rin.


Much Love,


Rin Muna








Monday, June 22, 2020

Pelatihan Literasi Oleh Kantor Bahasa Kalimantan Timur


Rabu, 07 November 2018

Ini hari ketiga aku menjalani Pelatihan Instruktur Literasi yang diselenggarakan oleh KBKT (Kantor Bahasa Kalimantan Timur).
Seperti hari sebelumnya, aku datang terlambat dan lift masih rusak. Oke, semangat ngos-ngosan naik tangga.
Materi pertama diisi oleh Mbak Sophie Razak dari Bisnis Indonesia dengan tema “Program dan Jejaring”. Kemudian dilanjut dengan materi kepenulisan oleh Pak Amien Wangsitalaja dan materi literasi financial oleh Bang Ali Sadli. Dari awal materi hingga akhir berjalan dengan baik dan lancar.
Aku sempat dikerjai oleh Bang Ali Sadli sebelum ia mengisi materi. Dia bilang tidak tahu jalan menuju ke Perpustakaan Kota dan sudah mutar-mutar tapi tidak ketemu. Otomatis aku langsung bereaksi mau jemput dia. Secara, rasa empati aku kan tinggi ya? Hahaha ... apaan sih? Aku bercanda saja kok.
Ternyata saat aku izin dengan Pak Amien Wangsitalaja yang sedang menyampaikan materi kepenulisan, Bang Ali sudah duduk santai di luar bersama panitia. Pak Amien yang mengatakan kalau beliau sudah lama sampai. Otomatis aku langsung keluar dari ruangan dan menghampiri Bang Ali. Aku tinju saja pundaknya dan dia tertawa lebar sudah berhasil mengerjaiku. Iih ... pematerinya nyebelin banget kan? Kebayang lah waktu ngasih materi, dia sering kali menggodaku dan membuat aku tidak bisa menahan tawa. Bukan hanya ketika menjadi pemateri, hari-hari biasa juga dia sudah biasa ngolokin aku. Ya Allah ... kenapa banyak kali orang senang meledek dan menggodaku? Apa aku ini terlalu lucu? Hadeuuh ...!
Oke, lupakan soal Bang Ali Sadli.
Kita lanjut ke cerita berikutnya.
Jadi, usai sesi foto bersama. Mas Abi mengajakku untuk main ke Kopaja. Wah ... aku seneng banget dong ya karena akhirnya bisa bertandang ke Kopaja. Jelas saja ajakannya langsung aku iyakan.
Mas Abi adalah pendiri Kopaja, komunitas sosial yang membina anak-anak jalanan di kota Balikpapan dan sudah berdiri selama 19 tahun.
Ada banyaaaaak sekali hal yang menginspirasi dari kopaja. Rasanya, aku ingin berlama-lama ada di Kopaja. Sangat menyenangkan. Anak-anak binaan Mas Abi sangat welcome. Menyambutku dengan ramah.
Saat aku datang, dua orang anak sedang duduk di bibir kolam kecil yang ada di sana. Satunya bermain ponsel sedang satunya lagi mengamati. Tak lama kemudian datang seorang anak kecil membuka kunci pintu rumah singgah itu dan ketiganya masuk ke dalam. Aku langsung ikut saja masuk karena memang sudah dipersilakan oleh mereka.
Tak lama Mas Abi dan ketiga temanku muncul. Aku sampai terlebih dahulu karena aku mengendarai motor sampai ke ujung gang. Sedangkan Mas Abi dan dua orang lagi naik Grab. Jadi, harus jalan kaki terlebih dahulu untuk masuk gang. Begitu juga dengan Hendi yang tidak berani menurunkan motornya ke dalam gang karena jalan lumayan curam. Aku saja yang nekat turun dengan modal sok berani. Secara sudah lama tidak mengendarai sepeda motor. Tapi, lumayan lah aku sering ngetrail waktu kerja di perkebunan. Jadi, nggak begitu takut asal kondisi rem baik-baik saja.
Saat Mas Abi datang, anak-anak sedang membersihkan ruangan. Mereka begitu menurut dan menyayangi Mas Abi. Bahkan seorang anak menyuguhkan minuman pada kami saat kami sudah duduk di dalam ruangan itu. Posisi duduk kami berpindah, berpindah pula minuman itu. Anak-anak melakukannya dengan inisiatif sendiri. Mereka sudah peka dengan keadaan di sekitar.
Mas Abi sharing pengalaman panjang lebar pada kami. Ada pajangan foto-foto aktivitas Kopaja sejak 19 tahun yang lalu. Saat Mas Abi masih berjuang membina anak-anak jalanan hanya beralas karpet dan beratapkan terpal. He is so amazing! Aku nggak tahu bagaimana cara Tuhan melahirkan hati malaikat dalam dirinya. Aku sampai bingung. Sampai nggak tahu harus ngomong apa. Semuanya begitu mengagumkan bagiku.
Ada banyak karya anak-anak yang terpajang di sana. Bukan hanya itu. Ada juga karya ibu-ibu rumah tangga berupa bross, hijab dll. Kebetulan di situ ada ruangan menjahit yang merupakan donasi dari kawan-kawan yang peduli terhadap pergerakan Kopaja.
Specially ...!
Tempat ini sangat spesial bagiku. Tak hanya tempatnya, tapi juga pendirinya dan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya. Bukan hal yang mudah untuk membuat tempat yang istimewa ini.
Itulah sebabnya, besok aku akan kembali singgah ke sana. Karena bagiku, 2 jam di sana masih sangat kurang. Aku masih ingin mendengar banyak cerita dari Mas Abi. Masih ingin menikmati tempat itu.
Aku salut.
Aku terharu.
Anak-anak jalanan yang doyan ngelem dan pergaulannya buruk bisa menjadi anak-anak baik di tempat ini. Tentunya pengabdian Mas Abi selama bertahun-tahun menghasilkan kebahagiaan yang tak terkira. Bahagia ketika berhasil merangkul anak-anak yang tidak suka belajar, tidak mau sekolah menjadi anak-anak yang gemar belajar dan mengerti arti pentingnya pendidikan.

Terima kasih Mas Abi untuk pelajaran hidup hari ini.
Semoga esok kita masih bisa dipertemukan di tempat yang sama.

Selamat malam semua ...!
Maaf kalau tulisan ini rada nggak jelas karena aku tulis dalam keadaan sudah mengantuk.
Salam inspirasi, salam literasi ...!

#DWPF
#DWPFDiary

Copyright © Rin Muna
Design by Anders Noren | Blogger Theme by NewBloggerThemes.com | Edited by Gigip Andreas