Labels
Tuesday, June 22, 2021
Friday, May 28, 2021
Kisahku dan Dedikasinya (Selamat Jalan Pak Slamet)
“Rin, ojo tegang-tegang! Nanti
cepet tua kalo keakehan mikir!” Pak Slamet langsung memijat pundakku begitu ia
masuk ke kantor.
“Enaknya, Pak! Sering-sering aja
pijitin!” sahutku sambil terkekeh geli.
“Malah keenakan!” dengus Pak
Slamet. Ia langsung menarik salah satu kursi kosong yang tak jauh dari tempat dudukku,
kemudian duduk tepat di sampingku.
“Dari afdeling, Pak?” tanyaku
sambil menatap layar ponsel.
“Iya. Dari mana lagi? Masa dari
warung janda?”
“Halah, biasane juga mampir
warung janda,” sahut Pak Mesdi sambil terkekeh geli.
Kami semua yang ada di dalam
ruangan ini, ikut tertawa lebar.
“Ohh ... Pak Met, ya ...
diam-diam suka ke warung janda juga!” seru kerani yang lainnya.
“Cuma ngopi aja,” sahut Pak Slamet
sambil mengeluarkan buku agendanya.
“Rin, BKM ada masalah apa nggak?”
tanya Pak Slamet.
“Nggak ada sih, Pak. Tapi ini
anggaran bapak sudah mau habis, loh. Over budget untuk pekerjaan piringan.”
“Kok, bisa?” tanya Pak Slamet.
“Ya nggak tahu, Pak. Kemarin
pengajuan dananya gimana? Pasti copas, nih!” tuduhku ngasal sambil menahan
tawa.
“Kayak nggak tahu aja, Rin. Wes
mumet neng lahan, suruh bikin laporan lagi. Tambah mumet,” sahut Pak Slamet.
“Suruh kerani bapak, lah. Apa
gunanya gaji kerani kalau asistennya masih repot ngurusin laporan?” sahutku.
“Kamu aja yang jadi keraniku!”
sahut Pak Slamet.
“Hahaha. Lawan dulu Bos Besarnya,
Pak. Kalo boleh jadi keraninya Pak Met. Aku mau aja. Kerjaannya santai dan
nggak banyak. Daripada kayak gini, mumet juga aku, Pak,” sahutku.
Aku bekerja di kantor sebagai Kerani
Pembukuan. Tapi, bukan hanya mengerjakan laporan pembukuan saja. Di perusahaan
perkebunan yang memiliki keterbatasan anggaran. Kami sebagai kerani harus bisa
semuanya. Tapi, memang tidak semua kerani. Kalau kata bosku, aku adalah joker
di perusahaan. Salah satu kerani yang bisa mengerjakan semua pekerjaan di semua
divisi. Mulai dari laporan harian kerani sampai penyusunan budget perusahaan.
Hampir setiap hari, asisten
lapangan akan mengecek laporan yang sudah masuk ke akunku. Hanya akunku yang
bisa melihat semua transaksi perusahaan melalui sistem yang sudah terintegrasi
(Integrated Plantation System; iPlas), sehingga asisten kerap mengecek laporan
bersamaku. Kadang, aku juga sering berantem dengan asisten karena data lapangan
yang masuk ke akunku tidak sinkron. Hal biasa, tapi memang harus terjadi demi
kebaikan bersama.
Pak Slamet adalah asisten yang
paling aktif pergi ke kantor. Kalau istilah candaan kami, mereka rindu sama
aku. Rindu karena modus. Minta baikin laporan dan sebagainya.
Setiap jam dua siang, saat karyawan
lapangan sudah pulang kerja. Asisten akan pergi ke kantor untuk mengecek
laporan. Terkadang, mereka juga terpaksa datang saat aku menelepon. Aku hanya
menelepon ketika ada masalah dalam laporan yang masuk, sementara laporan harus
segera dikunci. Supaya tidak banyak revisi yang memberatkan sistem kami.
Sebenarnya, aku tidak tega kalau
harus menyuruh asisten harus bolak-balik ke kantor dan lapangan yang jaraknya
tidak dekat. Tapi itulah perjuangan seorang asisten lapangan. Menjadi atasan
yang dibenci karyawan karena keputusannya. Menjdi bawahan yang dimaki-maki
atasan karena belum menjalankan prosedur dengan baik. Kalau kata KTU, posisi
kami ini serba salah. Di atas ditojok sama bos, di bawah di dodos sama karyawan.
Hahaha.
Yah, mau diapakan lagi. Sudah nasib
kami yang berada di posisi tengah-tengah seperti ini.
Seperti saat ini, Pak Slamet
tiba-tiba datang ke kantor untuk mengecek laporannya.
“Haduh, Rin ... pusing aku. Di
lahan banyak masalah. Di kantor banyak masalah. Di rumah juga mumet. Mau mindahin
sekolahnya anakku, biayanya banyak banget,” keluh Pak Slamet.
Aku menanggapi ucapannya. Kami
bercerita sambil mengecek laporan yang ada di komputerku. Meski sambil
mengerjakan laporan, sesekali aku sering mendengar keluhan atasan kami. Mungkin,
ada beban hidup yang tak bisa mereka katakan pada orang lain, bercerita adalah
salah satu cara untuk melepaskannya perlahan. Dan aku hanya bisa menjadi
pendengar yang baik.
Pak Slamet ... setiap ke kantor,
bukan hanya curhat masalah pekerjaan dan pendidikan anak-anaknya. Tapi juga kerap
memberi nasehat padaku. Aku bisa membeli sepede motor, juga berkat saran
beliau. Biasanya, aku memilih jalan kaki dari rumah ke kantor atau ke mess. Saat
itu, gajiku hanya 1,3 juta. Tidak berani kredit motor karena aku harus
menghidupi nenek-kakek, dua orang tua dan adik-adikku. Tapi akhirnya, aku
memberanikan diri mengambil cicilan motor berkat saran dari dia.
Banyak hal yang tidak bisa aku
lupakan. Meski hanya sebagai rekan kerja, tapi kami sudah sepertu keluarga.
Kami bukan hanya berbagi suka-duka. Kami juga saling support, sering berantem.
Tapi tetap berjalan bersama-sama untuk saling support.
Saat aku tahu beliau sakit, aku
merasa iba. Tubuhnya semakin kurus dan ringkih. Tatapan matanya tak lagi
bercahaya. Tapi dia tetap semangat setiap hari. Bahkan, selalu menyempatkan
diri datang ke kantor hanya untuk menghibur kami.
Hari ini ... rasanya masih tak
percaya kalau beliau benar-benar sudah pergi untuk selamanya. Meski sudah 4
tahun aku resign dan tidak lagi menjadi bagian dari keluarga AMS/Gama Group,
tapi dedikasi atasan-atasanku tak kan pernah terlupakan.
Pak Slamet, bukan hanya rekan kerja
yang baik. Dia banyak memberi nasehat. Selalu menghibur meski kami tahu dia sedang
lelah. Baginya, anak-anak di kantor sudah seperti anaknya sendiri. Menjadi
tempat untuk menenangkan diri saat ia sudah lelah di lahan.
Hari ini ... tanggal 28 Mei 2021
adalah hari pemakaman beliau. Meski sudah 4 tahun tak lagi bekerja bersama.
Tapi kami sudah menjadi rekan kerja selama 7 tahun. Bagiku, dia sudah seperti seorang
ayah. Selalu memberi nasehat, menceritakan pengalamannya, mengajak diskusi, membuat
kami tertawa bersama, membuat kami merasakan kehangatan sebuah keluarga di
dunia kerja.
Selamat jalan, Pak Slamet ...!
Terima kasih untuk dedikasinya
selama ini. Terima kasih untuk semua ilmu dan pengalamannya. Mungkin, semua
ilmu yang pernah kamu berikan tak terlihat, tapi bisa dirasakan oleh orang
banyak. Kamu mengajarkan aku untuk kuat menghadapi masalah, berani mengambil
resiko. Hingga hari ini, mentalku yang kuat terbentuk karena peran darimu juga.
“Cintailah perusahaan tempatmu
bekerja. Meski tidak membuatmu kaya, tapi memberikanmu hidup.”
Kutipan ini seringkali kudengar
di tempatku bekerja. Kutipan sederhana yang membuat kami terus bekerja dengan
hati, memberikan dedikasi kepada perusahaan demi keluarga dan si buah hati.
Membuat kami selalu bekerja dengan sungguh-sungguh. Tak mudah pergi meski
banyak orang yang ingin menjatuhkan dan menyakiti.
Selamat jalan, Pak Slamet ...!
Banyak pelajaran hidup yang telah
beliau berikan. Pelajaran hidup yang tidak pernah terlupakan adalah ...
“Tetap semangat dan jangan menyerah pada
hidup. Yang hidup, akan terus menghadapi ujian kehidupan. Kalau sudah tidak
diuji, maka sudah waktunya untuk pulang.”
Tulisan
kecil ini aku persembahkan untuk mendiang Pak Slamet (Asisten Afdeling PT. Alam
Jaya Persada, PT. Tritunggal Sentra Buana – AMS GAMA GROUP)
Thursday, March 25, 2021
My Hope
Hai hai...!
Apa kabarnya nih teman-teman? Semoga semuanya baik-baik aja
ya. Hari ini aku ingin bercerita tentang perjalanan aku bersama dengan sosok
Mungil yang ada di foto ini. Dia adalah gadis kecil yang hadir dalam hidupku.
Dia selalu jadi semangat dalam hidupku.
Di tengah kesibukan ku, aku mengajak dia pergi ke salah satu
pantai karena kebetulan di sana ada kegiatan Camp yang diselenggarakan oleh
Yayasan teman kita untuk pelatihan anak-anak remaja di desa beringin Agung.
Aku selalu bahagia mengajak dia pergi ke tempat-tempat wisata
yang edukatif. Karena di sana, anakku tidak hanya bahagia menikmati wisata
saja. Dia juga bisa belajar banyak hal tentang kehidupan sehari-hari dan
tentang kehidupan masa depan yang akan dihadapi nanti.
Bagiku dia adalah sebuah harapan. Harapan tentang masa depan
dan cita-cita yang tidak pernah terwujud selama hidupku. Ada harapan besar yang
aku inginkan untuk dia. Tidak sulit, Tidak harus menjadi pengusaha sukses atau
menjadi pegawai negeri yang punya gaji tetap. Aku hanya ingin anakku bisa
menghadapi masa depan kelak dengan baik. Mampu bersaing dengan zaman yang
semakin canggih dan dituntut serba cepat.
10 atau 20 tahun lagi, Mungkin semuanya tidak akan seperti
ini. Zaman akan berubah, pola pikir manusia akan berubah, cara bekerja pun akan
berubah banyak. Yang harus aku lakukan adalah mempersiapkan Dia sedini mungkin.
Mempersiapkan mentalnya sejak kecil supaya dia menjadi anak yang tangguh meski
diterpa badai, meski harus menjalani banyak ujian dan tantangan dalam hidupnya.
Aku selalu ingin anak-anakku bisa keluar melihat dunia. Dunia
yang begitu luas, dunia yang tidak pernah dilihat oleh ibunya sebelumnya.
Supaya dia tahu tahu bagaimana menjadi manusia yang sesungguhnya. Supaya dia
tahu bagaimana membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Supaya dia tahu
jalan mana yang akan dipilih untuk masa depannya.
Terkadang kita sebagai orang tua selalu memiliki rasa ingin
menguasai anak-anak kita. Tidak perlu mendengarkan apa yang mereka inginkan,
yang kita mau anak-anak kita selalu menuruti apa yang kita inginkan. Padahal belum tentu mana kita bahagia dengan
pilihan orang tuanya.
Oleh karenanya bagi anak-anak adalah harapan. They are my
Hope. Mereka adalah harapan-harapan ku. Harapanku yang aku inginkan untuk
mereka, bukan untukku. Karena merekalah yang akan menghadapi masa depan, bukan
aku lagi.
Sebab ada rasa takut yang begitu besar menyelimutiku. Aku
takut mereka tidak bisa menghadapi masa depan. Masa sekarang saja rasanya sudah
sangat sulit. Bersaing dengan begitu banyak orang, bukan jutaan lagi tapi
miliaran.
Zaman sekarang, kita sulit membedakan mana yang baik dan mana
yang buruk. 20 tahun lagi, Mungkin dunia akan lebih kejam dari ini. Itulah
mengapa harapan terbesarku adalah membuat anak-anak Mengerti bagaimana dunia di
luar sana. Membuat mereka tangguh yang tetap kuat menghadapi masalah hidup sebesar apapun.
Thursday, January 21, 2021
4 Hak Anak yang Wajib Kita Ketahui
Hai, teman-teman!
Apa kabarnya hari ini?
Semoga tetap semangat selalu ya!
Kali ini aku mau berbagi sedikit ilmu yang aku dapat saat menjalani pelatihan menuju "Desa Ramah Anak" yang diadakan di Desa Beringin Agung. Aku nggak pintar, sih. Mungkin, nggak pantas untuk mengajari orang lain. So, aku cuma mau sharing materi saja. Semoga bermanfaat.
Buat kalian yang masih anak-anak atau pernah menjadi anak, udah pada tahu apa belum sih kalau kita tuh punya hak-hak yang harus kita dapat dalam kehidupan bermasyarakat?
Nah, kali ini ... aku mau bahas 4 hak anak yang wajib kita ketahui.
1. Hak Hidup
Hak atas hidup dan kebutuhan dasar untuk keberlangsungan hidup anak. Mendapatkan ASI eksklusif, imunisasi, mendapatkan makanan bergizi, perawatan kesehatan, mendapatkan tempat tinggal yang layak, dll.
2. Hak Tumbuh Kembang
Hak untuk mengembangkan potensi secara penuh; Mendapatkan pendidikan termasuk pendidikan usia dini, kasih sayang, motivasi, rekreasi, kegiatan untuk mengembangkan minat dan keterampilan, dll.
3. Hak Untuk Dilindungi
Perlindungan anak untuk mencegah terjadinya segala bentuk kekerasan, penelantaran dan eksploitasi. Tidak diperlakukan kasar, tidak dihukum secara fisik atau verbal, tidak digunakan untuk kepentingan seksual dan ekonomi, tidak dipenuhi hak hidup dan tumbuh kembangnya, dll.
4. Hak Untuk Berpartisipasi
Memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat dalam hal-hal yang mempengaruhi hidup mereka seusai denga usia dan tingkat perkembangan anak. Meminta pendapat dalam mengambil keputusannya sendiri seperti tentang mendengarkan pendapat anak tentang pilihan sekolah, makanan, hobby/minat, dll.
Itulah empat hak anak yang wajib kita ketahui. Supaya, kita sebagai anak juga bisa menuntut hak-hak kita jika suatu hari kita menemukan pelanggaran terhadap hak-hak anak.
Sumber : Buku Pintar Perlindungan Anak (dalam rangka mewujudkan Desa Beringin Agung yang ramah anak), Yayasan Teman Kita x Pertamina Hulu Sanga-Sanga
Wednesday, December 30, 2020
Hutang Kebaikan Akan Dibalas dengan Kebaikan
Siapa sih aku?
Aku bukan orang baik, bukan juga orang kaya raya.
Source : pixabay.com |
Aku terlahir di desa terpencil, minim akses pendidikan, minim fasilitas mewah. Setiap hari hanya berpanas-panasan di bawah terik matahari dengan kaki yang tergenang lumpur di tengah sawah. Cuma anak kecil yang dekil, hitam dan sering kali dijuluki "Kecap Manis Kedelai Hitam" karena saking hitamnya ini kulit. It's Okay! Aku nggak pernah ambil hati ketika dibully.
Meski aku mengabaikannya, tapi bukan berarti batinku bisa melupakannya begitu saja. Karena body shamming memang menyisakan luka batin sampai aku sedewasa ini. Tapi aku bisa apa? Nggak punya kekuatan untuk melawan. Hanya bisa menerima kekurangan yang aku miliki dalam hidupku.
Saat aku lulus SD, aku keluar dari desa dan pergi ke kota untuk bersekolah. Karena di desa tidak ada sekolahan dan harus berjalan kaki kurang lebih 10 kilometer kalau ingin bersekolah di desa. Tahun 2004 lalu, desaku masih sangat terpencil. Jangankan punya buku, mau lihat pasar pun hanya bisa satu tahun sekali dan harus berjalan kaki sepanjang 10 kilometer.
Saat aku bersekolah di kota, aku tinggal di Panti Asuhan. Ya, Panti Asuhan memang diperuntukkan untuk anak-anak yatim piatu dan anak tidak mampu. Aku adalah salah satu anak tidak mampu, berprestasi dan beruntung bisa bersekolah di kota walau harus tinggal di Panti Asuhan.
Sebagai anak yang tidak mampu, aku nggak bisa bersaing dengan anak-anak kota yang orang tuanya punya banyak uang. Bisa membelikan buku-buku pelajaran, bisa memberikan kursus tambahan untuk anak-anaknya. Sedangkan aku, harus berjuang lebih keras untuk bisa setara dengan mereka.
Karena aku cuma anak panti yang jelek, dekil, dan tidak punya apa-apa. Aku tidak punya banyak teman dekat. Hanya beberapa orang yang mau berteman tulus denganku. Sampai aku menikah, dia satu-satunya orang yang masih menganggapku sebagai teman.
Di sekolah, aku nggak pernah bisa jajan seperti yang lain. Biasanya, aku cuma dijajanin sama teman. Kadang, harus nahan laper sampai sore karena di panti, aku cuma bisa sarapan mie instan. Nggak ada makanan lain. Kadang juga nggak sarapan karena memang nggak ada apa-apa.
Tinggal di panti asuhan memang nggak mudah. Banyak hal yang membuat kita harus menerima kenyataan kalau kita bukanlah siapa-siapa di masyarakat dan tidak akan mendapatkan peran apa-apa. Sampai aku lulus SMA, aku mengenal orang-orang yang begitu baik. Yang aku tidak bisa membalas budi kebaikan mereka.
Setelah lulus SMA, aku bekerja sebagai admin di salah satu perusahaan perkebunan. Hanya dengan gaji pas-pasan, aku harus menghidupi diriku sendiri, dua nenek kakek dan dua adikku yang masih bersekolah. Setiap aku teringat masa-masa sekolahku, aku selalu berpikir ... kapan aku bisa membalas kebaikan-kebaikan tema-temanku dulu. Hutang budi yang tidak akan terbayarkan, pikirku.
Hingga aku menikah, aku masih harus bekerja keras karena suamiku memilih berhenti dari pekerjaannya dan tidak mau lagi bekerja hingga sekarang. Mengandalkan hidupnya dari penghasilanku. Jujur, rasanya memang sangat berat. Tapi aku tidak bisa pergi begitu saja. Entah karena aku yang terlalu baik atau aku yang terlalu bodoh. Aku nggak sanggup membiarkan kakek nenek dan anak-anakku terluka, itu saja.
Huft, sampai di sini ... aku semakin tidak berdaya. Beban hidup yang aku pikul semakin berat dan aku semakin tidak bisa membalas kebaikan-kebaikan teman-temanku semasa sekolah dulu. Aku hanya bisa berdoa, semoga Tuhan membalas kebaikan mereka melalui malaikat-malaikatnya. Sebab, aku di sini masih terpuruk dan tidak bisa melakukan apa pun.
Sampai akhirnya ... Tuhan menjawab semua doa-doaku. Melihat mereka sukses dan bahagia, aku juga merasa sangat bahagia. Tuhan juga menjawab doa dan harapanku 15 Tahun kemudian. Saat itu, aku pernah membaca 1 buah novel dan bercita-cita menjadi seorang novelis. Aku nggak tahu, apakah aku bisa mendapatkan keinginanku itu karena banyak sekali cerita yang sudah aku tulis, tapi tidak ada yang mau membacanya. Bahkan, aku ditolak oleh penerbit mayor karena tema yang aku tulis tidak marketable.
Dari kata marketable yang dituliskan oleh penulis mayor tersebut, akhirnya aku tahu ... meski menulis adalah sebuah tugas mulia untuk keabadian, tapi ketika ingin masuk ke penerbit mayor, itu sudah menjadi sebuah bisnis dan harus memberikan keuntungan untuk penerbit.
Karena aku sudah berhenti bekerja, uang tabunganku tidak banyak, suamiku pun tidak bekerja. Aku belajar menulis dari berbagai platform dan komunitas penulis. Semuanya sangat mudah untuk diakses ketika di desaku sudah ada internet.
Aku berkarir di dunia kepenulisan, awalnya sebagai konten writer atau blogger yang menulis beberapa artikel "evangelist" untuk beberapa produk perusahaan. Disitulah awalnya, tulisanku bisa menghasilkan uang. Kenapa? Karena saat ini, editor platform lebih banyak menggunakan penulis dengan gaya bahasa santai untuk bisa menjamah banyak pembaca. Cara penyampaian ilmiah pun, harus disampaikan dengan bahasa yang asyik dan tidak membosankan.
Sejak itu, akhirnya aku juga menjadi seorang ghost writer. Dengan aktivitas di dunia nyata yang padat, aku selalu menyempatkan diri untuk menulis. Meski menjadi ghost writer, aku selalu menulis untuk diriku sendiri. Sebab, menjadi GW tidak akan dikenal banyak orang. Menulis hanya demi uang. Karena saya tidak munafik, saya butuh uang untuk anak-anak saya. Meski tidak seberapa.
Sekarang, aku sudah menjadi salah satu penulis best seller. Bisa menghidupi keluargaku dari menulis, bahkan menolong orang-orang di sekitarku. Tapi aku tidak begitu berbesar hati karena belum tentu semua karya tulisku akan best seller.
Sekarang, aku sudah bisa membantu salah satu sahabatku yang sedang membutuhkan pertolongan. Meski tidak seberapa, aku merasa sangat bahagia. Sebab, dia selalu menganggapku sebagai teman baik sejak dulu. Selalu membantuku tanpa pamrih, melihatku sebagai seorang teman sejak SMP hingga sekarang.
Hutang kebaikan, akan dibalas juga dengan kebaikan. Jangan meremehkan orang yang masa lalunya terlihat buruk dan tidak punya apa-apa. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi sepuluh atau dua puluh tahun ke depan. Bisa jadi, merekalah yang akan menolong kita karena kebaikan kecil dari kita, dia menganggapnya sangat besar.
Itulah yang aku rasain sekarang. Jika aku tidak bisa membalas kebaikan orang yang sudah berbaik ke aku. Maka aku akan berusaha melakukan lebih banyak kebaikan yang dia berikan supaya kebaikan-kebaikan itu juga bisa sampai ke tangannya.
Melakukan kebaikan itu tidak seperti berjualan. Asal kita ikhlas melakukannya, Tuhan akan membalas dari mana saja. Bahkan dari sesuatu yang tidak pernah kita duga.
Terima kasih untuk semua yang pernah meremehkanku, menghinaku, berusaha menjatuhkanku sejatuh-jatuhnya. Tapi aku tetap ingin menjadi bola bekel, semakin dijatuhkan lebih keras, aku akan semakin melambung lebih tinggi.
Sebab, saat kita berada di tempat yang lebih tinggi, orang-orang yang ada di bawah kita akan selalu berusaha menarik kita untuk jatuh. Tapi Tuhan tidak pernah pergi. Dia akan selalu berada di sisi orang-orang baik dan menyelimutinya dengan kebaikan.
Semoga tulisan ini bisa membuat kita berusaha menjadi orang baik, walau sering gagal, teruslah mencoba. Karena menjadi baik itu sulit, tidak semua orang bisa melakukannya dengan ikhlas.
Terima kasih sudah membaca tulisan ini.
Salam hangat untuk sahabat-sahabatku yang telah banyak menebarkan kebaikan dan mengajariku cara berbuat baik.
Much Love,
@rin.muna
Thursday, December 24, 2020
Ibu Takut, Nak!
Bulan ini, putera kecilku
genap berusia enam bulan. Masih sangat kecil. Bahkan dia belum bisa memanggilku
“Mama”.
Tapi aku ingin menulis
banyak hal untuk dia. Sebab, bisa saja aku mati besok dan tak ada satu kata pun
yang bisa kuucapkan untuk dia.
Aku tulis ini agar ia baca
suatu hari nanti. Saat aku tak bernyawa lagi atau terserang alzheimer yang
membuatku melupakanmu.
Nak, hari ini Ibu
sangat takut!
Entah, ketakutan itu
datangnya dari mana. Padahal, aku sangat bahagia memilikimu dalam hidupku.
Kamu seorang
laki-laki, haruslah menjadi laki-laki yang sejati. Menjadi laki-laki yang
bertanggung jawab. Menjadi laki-laki yang melindungi dan menyayangi orang-orang
tercintamu.
Sebab itu, Ibu takut
tidak bisa menjadikanmu laki-laki yang baik dan bertanggung jawab. Ibu takut jika
kamu tidak bisa melindungi orang-orang yang kamu cintai.
Kamu seorang
laki-laki …
Harusnya ibu bisa
berjuang memberikan yang terbaik untuk masa depanmu. Agar kamu menjadi
laki-laki yang bisa membahagiakan orang-orang yang kamu cintai.
Kamu seorang
laki-laki …
Harusnya Ibu bisa
berjuang memberikanmu pendidikan yang layak. Agar kamu menjadi laki-laki yang
dihargai di masa depan.
Kamu seorang
laki-laki …
Harusnya Ibu bisa
memberimu senjata. Bukan untuk melukai orang lain, tapi untuk melindungi
orang-orang di sekelilingmu.
Nak, hari ini Ibu
takut …!
Ibu takut tidak bisa
memberikan apa yang seharusnya Ibu berikan untukmu.
Ibu takut, kamu tidak
bisa menjadi laki-laki yang baik dan dihargai.
Ibu takut, kamu tidak bisa menjadi laki-laki yang
bermanfaat untuk orang-orang di sekelilingmu.
Nak, hari ini Ibu takut.
Ibu takut kamu tidak bisa melindungi saudarimu.
Ibu takut kamu tidak bisa lagi menyayangi Ibu
sepenuh hati.
Nak, dua puluh tahun lagi ...
Mungkin kamu akan jatuh cinta dan meninggalkan
Ibu.
Jika kamu jatuh cinta pada seorang wanita ...
ingatlah, hanya Ibu cinta pertama dalam hidupmu!
Jika kamu menyayangi wanita lain selain Ibu.
Ingatlah, hanya Ibu yang cintanya tak bisa kau duakan.
Jika suatu hari kamu memilih wanita untuk menemani
seluruh sisa hidupmu, pilihlah wanita yang bisa mencintai Ibu seperti dia
mencintai ibunya. Cintailah ibu wanita itu seperti kamu mencintai Ibunya
sendiri.
Sebab, Ibunya sudah merawat dan menjaganya penuh
cinta sejak kecil ... lalu kamu ingin mengambilnya.
Sebab, Ibu juga sudah merawatmu sejak kecil untuk
bisa membahagiakan wanita yang kamu cintai sepenuh hati.
Ibu hanya takut saja ...
Ibu takut kamu tidak bisa melakukan hal yang
seharusnya kamu lakukan.
Ibu takut tak bisa memberimu kehidupan yang layak.
Ibu takut kamu menjadi pria yang tidak dihargai
karena tak punya apa-apa.
Nak, jadilah pria dewasa dan baca tulisan ini dua puluh
tahun yang akan datang.
Aku mencintaimu tanpa batas, Nak!
Aku mencintaimu tanpa batas ...
Maka jadilah pria yang istimewa. Pria yang memiliki
keteguhan hati. Pria yang bermartabat. Pria yang melindungi orang-orang
tercintanya. Pria yang berguna bagi banyak orang. Pria yang mampu membawa namanya
sendiri ke tempat yang lebih tinggi.
Catatan kecil ini ... hanyalah bentuk kekhawatiran seorang
ibu. Hiduplah dengan baik dan bacalah tulisan-tulisan Ibu saat sudah dewasa
nanti. Sebab hari ini, kamu tidak mungkin membaca tulisan ini.
Jika suatu hari kamu membaca ini ... Ibu ingin kamu sudah
menjadi seorang pria yang sukses. Ibu akan berjuang sekuat tenaga. Meski harus
melakukannya seorang diri, Ibu tidak akan pernah menyerah. Maka, janganlah kamu
menyerah untuk mewujudkan mimpi-mimpimu!
Salam manis dari Ibu ...
Bolehkah Ibu Egois, Nak?
Tuesday, December 1, 2020
SMEP Program Pokok PKK Desa Beringin Agung Tahun 2020
Sunday, October 18, 2020
5 Aplikasi Desain Grafis Terbaik untuk Cover Novel yang Menarik
Hai, teman-teman ...!
How are you?
Buat penulis pemula, pasti suka bingung kan gimana caranya bikin cover untuk novel kita supaya menarik.
Ada banyak aplikasi design grafis yang murah, mudah dan bahkan gratis ... yang bisa kamu coba untuk membuat design novel kamu.
Aku punya 5 rekomendasi aplikasi yang bisa kalian coba untuk membuat design cover. Untuk gambar gratis, tentunya tidak akan melanggar hak cipta. Gambar premium bisa didapatkan dengan membayar.
Canva
Untuk kita yang masih pemula dan belum memiliki skill design, canva adalah pilihan yang tepat karena di dalamnya banyak template menarik yang bisa langsung kamu gunakan. Selain template juga ada berbagai logo, text, frame, dan objek lainnya yang bisa kita kreasikan. Sangat praktis. Tersedia dalam web maupun aplikasi mobile. Kalian bisa download Canva di Playstore atau App Store. Kalau lewat web, bisa masuk melalui kanal www.canva.com.
Aplikasi yang satu ini adalah yang paling aku suka dari semuanya. Selain design cover, kita juga bisa membuat design lain untuk promosi novel kita agar lebih menarik lagi.
Adobe Spark
Adobe Spark hampir sama seperti canva, aplikasi ini juga menyediakan berbagai template siap pakai. Fitur yang tersedia sederhana. Ini menjadi nilai plus bagi kamu yang pemula karena lebih user-friendly, juga bisa diakses melalui handphone atau PC. Kalo yang namanya Adobe, yah ... pastinya nggak ada yang gratis. Yang gratis selalu ada watermark-nya. Aku paling nggak suka dengan aplikasi yang meninggalkan watermark. Artinya, kita harus bayar kalau ingin memiliki design yang memang kita kreasikan sendiri
Gravit Designer
Gravit Designer merupakan salah satu aplikasi desain grafis berbasis vektor. Aplikasi ini berada di bawah naungan Corel, artinya ... cara kerjanya juga mirip dengan Corel Draw. Hanya saja, aplikasi ini online, jadi kamu harus terhubung ke internet untuk bisa membuat design di aplikasi ini.
Gravit memiliki peralatan desain yang cukup lengkap. Banyak koleksi obyek (bentuk, ilustrasi, stiker, garis, emoji, dll). Tersedia versi Mac, Windows, dan Linux (PC/Laptop).
Untuk kalian yang masih pemula, aku nggak rekomendasi karena agak ribet. Tapi, buat kalian yang ingin membuat desain yang lebih bagus dan berbeda dari yang lain, kalian bisa coba aplikasi yang satu ini.
SketchBook
Autodesk Sketchbook adalah aplikasi desain
grafis yang digunakan untuk membuat sketsa atau menggambar. Sketchbook
menyediakan berbagai tools seperti layer, perspective dan aneka brush. Dapat
diakses melalui HP. Untuk bisa menggunakan aplikasi ini, kita harus memiliki kemampuan menggambar sendiri.
Desygner
Desygner adalah aplikasi sejenis Canva. Isinya sangat lengkap. Cocok untuk kamu yang suka berkreasi. (bahkan kamu bisa upload font sendiri). Aplikasi ini pun user-friendly dan dapat diakses melalui HP.
Nah, itu dia 5 aplikasi yang bisa kita gunakan untuk membuat desain cover buku kita.
Kalau aku sendiri, sejauh ini lebih nyaman pakai Canva. Maybe, karena aku sudah memakainya selama bertahun-tahun dan agak lambat kalau mengenali fitur-fitur baru di aplikasi lain.
Kalau kamu,paling suka pakai aplikasi apa untuk bikin cover buku?
Yuk, share pengalaman kamu di bawah ini ya!
Nanti aku coba, deh.
Much Love,
Rin Muna