Design Cover by Rin Muna |
“El...
Elza... Gawat El...!” teriak Yani yang tiba-tiba masuk ke kelas dengan wajah
panik.
“Ada
apa sih Yan? Apa yang gawat?” tanya Elza yang masih duduk di kursi sambil
membaca buku biologi.
“Bima
sama Rangga berantem lagi di halaman belakang kelas 10A.” jawab Yani panik.
Elza
terkejut dan bergegas menuju ke halaman belakang sekolah beriringan dengan
Yani. Elza mendapati Bima dan Rangga sedang bergulat dan dikelilingi oleh
anak-anak yang menyoraki mereka.
“Stop...
Stop... Stop...!” teriak Elza sekeras-kerasnya, namun tak membuat Bima dan
Rangga berhenti berkelahi. “Ini kenapa nggak ada yang misahin sih?” teriak
Elza.
“Biar
aja kak, seru tau!” jawab salah seorang adik kelas.
Tanpa
pikir panjang Elza langsung menghampiri Rangga yang terbaring dengan wajah memar
dan berlumuran darah. Sesekali tubuhnya ingin bangkit dan membalas pukulan
Bima.
“Udah
Rangga! Kalian ini kayak anak kecil aja sih!” teriak Elza sambil menatap Bima
yang masih berdiri dan ingin memukul Rangga lagi.
“Kamu
kenapa malah sama dia? Kamu itu pacar aku!” teriak Bima sambil menyeka darah
yang di ujung bibirnya.
“Pede
banget sih kamu ngaku-ngaku. Kapan aku jadi pacarmu!?” teriak Elza.
“Aku
nggak peduli... Kamu harus jadi pacar aku! Dan aku nggak suka kamu dekat-dekat
terus sama Rangga!” sentak Bima.
“Eh,
jelas banget Elza itu nggak mau sama kamu! Sadar diri donk!” sahut Rangga.
Bima
makin naik darah mendengar perkataan Rangga. Dia berusaha mendekati Rangga dan
memukulnya kembali, namun tubuh Elza menghalangi niatnya.
“Udah
Rangga... nggak usah di ladenin orang gila satu ini.” Tutur Elza sambil memapah
Rangga pergi menjauh.
Semakin
hari Elza tak mengerti dengan tingkah Bima dan Rangga. Bima yang ambisius,
egois, dan selalu mau menang sendiri
harus bertemu dengan Rangga yang super ngece dan suka bikin Bima makin
panas hatinya.
“Kamu
kan udah tau Bima itu gimana, kenapa sih kamu cari gara-gara terus? Bima itu
mudah emosi, kamu jangan pancing-pancing kemarahan Bima donk!” tutur Elza
sambil menyeka darah di wajah Rangga dengan tisuue.
“Aku
thu nggak suka aja sama kelakuan Bima kayak gitu El, ambisius dan egois.
Ngaku-ngaku jadi pacar kamu pula.” Sahut Rangga.
“Rangga,
Bima itu sebenarnya baik. Aku kenal dia udah lama, dia seperti itu karena dia
memang jiwanya mudah emosi. Sama yang lain dia nggak pernah seperti ini. Kamu
aja yang selalu cari gara-gara and panas-panasin dia.” Tutur Elza.
Rangga memang baru 6 bulan di sekolah ini, dia pindahan dari sekolah lain di luar daerah. Sejak saat itu Rangga selalu mendekati Elza, sementara Bima tak suka dengan kedekatan Rangga dan Elza. Sebelumnya Bima memang sangat dekat dengan Elza, kedatangan Rangga membuat Bima seperti kehilangan Elza.
Bima selalu saja salah paham dengan kedekatan Rangga dan Elza. Elza tahu kalau Bima mencintainya sejak 2 tahun yang lalu. Elza bukan tidak mau menerima Bima menjadi pacarnya, ia lebih nyaman kalau Bima ada di sampingnya sebagai sahabatnya.
Sekarang semuanya jadi berantakan semenjak kehadiran Rangga. Entah apa yang ada dipikiran Bima, ia tak pernah mempermasalahkan bila Elza ngobrol atau bercanda dengan teman lelaki yang lain. Namun Rangga terlihat berbeda di mata Bima. Entah apa yang membuatnya seperti itu.
Semua hal yang terjadi membuat banyak
tanda tanya besar di kepala Elza. Sudah berkali-kali Bima dan Rangga berkelahi,
ironisnya mereka tidak pernah jera walaupun sudah di-skors dari sekolah.
***
Elza
melamun di dalam kelas sambil memainkan penanya di atas kertas.
“Mikirn
apa sih El? Ngelamun terus dari tadi?” tanya Yani.
Elza
menghela nafasnya. “Aku mikirn Bima sama Rangga. Gimana ya caranya biar mereka
itu nggak berantem terus? Aku tuh capek banget ngadepin mereka berdua.” Ucap
Elza lirih.
“Jalan
satu-satunya ya kamu harus pilih salah satu El.” Sahut Yani.
“Aku
nggak bisa kayak gitu Yan. Aku udah anggap mereka itu sahabat. Padahal dulu
Bima nggak seperti itu. Kenapa dia berubah banget sejak ada Rangga.” Celetuk
Elza.
“Iya
juga sih El. Setau aku Bima itu anaknya baik dan ramah banget, care sama semua
orang. Ya emang sih agak keras kepala dan egois gitu. Tapi, aslinya kan baik
banget. Apalagi kalau sama kamu, semua dia lakukan demi kamu.” Tutur Yani.
“Itu
yang bikin aku bingung Yan. Aku ngerasa Bima itu seperti orang lain setiap
berhadapan dengan Rangga. Apa ya alasan dia seperti itu? Padahal Rangga anaknya
baik banget lho.” Tutur Elza.
“Kalau
itu cuma Bima yang tau. Coba deh kamu tanya langsung aja sama Bima. Dia pasti
punya alasan kenapa dia kayak gitu.” Sahut Yani.
“Oke
deh, ntar pulang sekolah aku langsung ke rumah Bima.” Tutur Elza.
Bima
dan Rangga memang kena skorsing lagi setelah kejadian perkelahian kemarin. Dan
Elza harus menemui Bima secepatnya agar ia tahu permasalahan sebenarnya antara
Bima dan Rangga.
***
Sesampainya
di rumah Bima. Elza langsung dipersilahkan masuk oleh Mama Bima. Keluarga Bima
sudah sangat mengenal Elza, begitu juga sebaliknya.
“Bima
ada tante?” tanya Elza.
“Ada
tuh di kamar. Mungkin lagi tidur, masuk aja ke kamarnya! Tante mau masak dulu
buat makan malam nanti.” pinta Mama Bima.
Tanpa
pikir panjang Elza langsung masuk ke kamar Bima. Mereka memang sudah seperti
keluarga karena mereka sudah berteman sejak mereka duduk di bangku sekolah
Dasar. Sudah beberapa bulan belakangan ini Elza tak pernah menginjakkan kaki di
rumah Bima sejak perseteruan antara Bima dan Rangga.
“Elza...!
Kamu kok tiba-tiba masuk kamarku nggak ketuk pintu dulu sih?” teriak Bima
terkejut.
“Sejak
kapan aku masuk kamar kamu pake ketuk pintu? Lagian tumben banget kamar kamu di
tutup. Cuma main PS doank pake tutup pintu segala.” Sahut Elza sambil duduk di
samping Bima.
“Ah,
kamu ini. Kalau aku pas lagi nggak pake baju gimana?” tanya Bima.
“Hmm...
ya aku teriak sambil bilang ‘Aaaaarrgghhh...!’ gitu.” Jawab Elza bercanda.
“Ah,
kamu ni ya ada-ada aja. Tumben kamu ke rumahku? Kirain udah nggak ingat main ke
sini karena udah ada soulmate baru.” Celetuk Bima sambil memainkan stick PS.
“Soulmate
apaan sih? Kamu kan tahu kalau aku nggak punya soulmate. Gimana mau punya
soulmate kalau ada satpam yang ngawasin gerak-gerikku.” Sahut Elza.
Bima tertawa sambil mengacak-ngacak rambut Elza.
Elza memandangi Bima yang masih
terus tertawa sambil terus memainkan PS kesayangannya itu. Sudah lama sekali
Elza tak pernah melihat Bima tertawa seperti ini. Biasanya di sekolah cuma bisa
liat wajah Bima yang terus merengut dan gampang sewot. Elza merindukan canda
tawa Bima dalam hari-harinya.
“Aku
kangen kamu Bim.” Celetuk Elza.
Spontan
Bima menoleh ke arah Elza dan cepat memalingkan wajahnya kembal. “Kalau kangen
cium donk!” pinta Bima sambil menyodorkan pipinya.
Elza
meninju halus pipi Bima. “Dasar cowok cabul!” celetuk Elza.
“Yee...
sembarang aja ngomong. Kapan aku cabul? Yang cabul itu si Rangga noh!” sahut
Bima.
“Hah!?
Maksudnya?”
“Ia,
cowok yang selama ini baik sama kamu tuh. Aslinya dia itu bajingan danbrengsek
banget. Dia itu baik sama kamu gitu cuma modus doank.” Jawab Bima.
“Udah
deh Bim, kamu nggak usah jelek-jelekin Rangga kayak gitu. Rangga itu anaknya
baik,kamu sengaja ya mau bikin aku benci sama dia gitu?” tanya Elza.
“Astaga...
Nggak percaya banget sih kamu. Ntar malam kamu ikut aku kalau nggak percaya!” jawab
Bima.
“Ke
mana?” tanya Elza.
“Ke
tempat yang bisa ngebuktiin siapa Rangga sebenarnya. Kamu ajak Yani atau temen
cewek yang lain ya! Ntar malam aku jemput kamu,” jawab Bima.
***
Elza
dan Yani sudah siap menunggu di teras rumah saat Bima datang menjemput.
“Udah
siap? Ayo bernagkat!” ajak Bima sambil membuka pintu mobilnya.
“Kamu
pake mobil siapa?” tanya Elza.
“Aku
pinjam mobil bokap. Kalau pake mobilku ntar ketahuan kita mengintai dia.” Jawab
Bima.
Bima
segera melajukan mobilnya ke suatu tempat di mana Rangga biasanya ada di situ.
“Kok
kita ke sini Bim?” tanya Elza heran ketika Bima berhenti di suatu tempat yang
penuh dengan banyak wanita seksi dan beberapa lelaki hidung belang, dan dengan
suara musik yang memekakkan telinga. Untung saja mereka tetap berada di dalam
mobil.
“Liat
tuh yang pake kaos kuning siapa?” tanya Bima sambil menunjuk sosok lelaki yang
di maksudnya.
“What!?
Aku nggak percaya ini Bim!” jawab Yani sambil melotot tidak percaya.
“Aku
nggak nyangka dia kayak gitu Bim.” Tutur Elza sambil memandangi Rangga yang
sedang dicumbui oleh 3 orang wanita sexy.
“Udah
deh kalian nggak usah sok kaget gitu. Dia emang udah begitu dari oroknya.”
Celetuk Bima sambil menstarter mobilnya dan keluar dari tempat itu. Bima
menghentikan mobilnya di persimpangan tempat itu.
“Kita
ngapain lagi di sini? Nggak langsung pulang?” tanya Elza.
“Ntar,
tunggu 1 jam lagi dia bakal keluar dan ke mana bawa perempuan itu.” Jawab Bima.
“Aku
rasa itu aja udah cukup kok Bim.” Sahut Elza.
“Belum,
masih ada yang lebih dari itu El.” Tutur Bima.
50
menit berlalu dan sebuah mobl sport warna kuning keluar dari tempat itu. Bima
segera menstarter mobilnya dan mengikuti mobil tersebut dari belakang. Mobil
Rangga berhenti di sebuah hotel bintang 3 dan ia masuk ke hotel ditemani oleh
salah satu wanita sexy.
“Udah
Bim, kita pulang yuk! Aku udah bisa ngebayangin apa yang akan terjadi. Ngeri
banget aku!” ucap Elza sambil mengusap bulu kuduknya yang berdiri.
Akhirnya
mereka kembali ke rumah. Elza dan Yani masih tidak percaya dengan apa yang
mereka lihat. Mereka sama sekali tidak menyangka kalau Rangga sebiadab itu.
***
Elza
selalu menghindari Rangga setelah ia tahu semua kelakuan Rangga sebenarnya. Ia
kini sadar kalau Bima sangat baik dan selalu ingin menjaganya. Andai aja nggak
ada Bima, mungkin Elza bisa menjadi korban dari kebiadaban Rangga. Secara
Rangga sangat pandai sekali menutupi kenyataan tentang siapa dia sebenarnya.
Kini Elza percaya kalau Bima memang selalu menyayanginya dan selalu menjaga
kesucian Elza.
“Bim,
makasih ya buat apa yang sudah kamu lakukan buat aku,” ucap Elza saat Bima mengajaknya
makan di sebuah Cafe.
“Ah,
nyantai aja lagi. Nggak usah mendramatisir gitu. Kayak sinetron aja,” celetuk Bima.
Elza
menghela nafasnya. “Yah, biar gimanapun aku tetep harus berterima kasih sama
kamu Bim. Kamu udah tulus sayang sama aku, kamu selalu menjaga aku dari ancaman
sekecil apapun. Kanu selalu menjaga kesucian aku.” Tutur Elza.
“Itu
semua aku lakuin karena aku beneran cinta sama kamu El, tapi kamu nggak pernah
balas cinta aku. Saat ini aku emang belum bisa bikin kamu cinta sama aku. Tapi,
aku berharap suatu saat nanti kamu bisa cinta sama aku. Dan aku bisa miliki
kamu dalam keadaan kamu yang masih suci El. Aku akan terus jaga kesucian diri
kamu. Aku harap kamu juga bisa terus menjaga kehormatanmu sebagai wanita sampai
tiba waktu aku bisa meminang kamu.” Ucap Bima.
“Makasih
ya, Bim! Aku janji akan jaga
kehormatanku sampai waktu itu tiba.” Sahut Elza.
Bima
menatap mata Elza dengan tatapan penuh cinta. “Maksudnya? Kamu mau jadi...?” Ucapan Bima terhenti karena
masih tak percaya.
“Kamu
mau jadi pacar aku?” tanya Elza.
“Kok
jadi kamu yang nembak aku sih?” tanya Bima sambil tertawa geli. “Harusnya aku
donk ya ngomong kayak gitu.”
“Ya
udah kamu deh yang ngomong!” pinta Elza.
Bima
menggenggam tangan Elza dengan tangan gemetar karena grogi. “Kamu mau nggak
jadi...hmm... jadi....emmm....jadi....”
“Jadi
apaan?” tanya Elza.
“Bentar
aku mikir dulu. Jadi apa ya bagusnya? Jadi Pacarku, ntar ditolak kayak
biasanya. Jadi istriku, tapi kita masih SMA, kan harus kuliah dulu, kerja dulu,
baru nikah. Jadi apa ya bagusnya biar kamu nggak di ambil orang and nggak
berpaling dari aku.” Gumam Bima kebingungan
Elza
hanya terseyum geli melihat tingkah Bima. Mau nembak cewek aja ribet banget,
hihihi...
“Hmm...
gini aja deh... kamu mau nggak jadi cintanya aku?” tanya Bima akhirnya.
“Ia,
aku mau kok jadi cintanya kamu,”
jawab Elza sambil tersenyum.
Bima balas tersenyum. “Aku boleh peluk?”
Elza menggeleng. “Boleh peluk kalau kita udah lulus SMA!”
Bayu menghela napas. Ia mengangguk setuju sambil tersenyum
menatap wajah Elza. Menunggu sampai ujung dunia pun, ia tidak akan keberatan.
Asal bisa menghabiskan seluruh hari yang ia miliki bersama wanita itu.
_Selesai_
Ditulis oleh :
Rin Muna, 28 Juli 2013